Haris dan Sarah keluar bersama. Mereka berjalan menuju lift dan disana sudah lumayan banyak orang yang mengantri. Melihat orang-orang yang menunggu lift disana--mendadak Sarah merasa minder. Lihat saja pakaian orang-orang itu, terlihat sekali kalau mereka adalah orang kantoran yang bekerja digedung-gedung tinggi dengan gaji mentereng, yang lelaki menggunakan jas dan kemeja sedangkan yang perempuan menggunakan blazer dan pakaian formal khas kantoran. Sarah menilik penampilannya sendiri, seketika saja dia merasa makin compang. Sarah mengenakan baju kaos Haris yang kebesaran, celana training pria itu yang dia gulung diujung karena terlalu panjang meski sudah dia pakai hingga perut, serta sandal rumahan Haris yang tentu saja seperti sandal raksasa ketika dikenakan oleh Sarah.
Seketika Sarah ingin melarikan diri, tidak apa dia turun dari lantai 6 menuju basement daripada harus terjebak didalam lift dengan orang-orang yang bau duit nya sudah tercium dari jarak jauh. Tapi bagaimana bisa, saat lengannya kini tengah ditahan oleh Haris. Berontak dari cengkraman pria itu akan percuma saja. Jadi Sarah seperti pembantu rumah tangga yang tengah digeret oleh tuannya. Sarah bahkan bisa merasakan tatapan menilik dari beberapa perempuan yang turut mengantri didedapan lift.
Ting!
Sarah dan Haris memasuki ruangan, mereka berada diposisi paling belakang. Didepan mereka berdiri seorang perempuan yang bentukan body nya seperti gitar spayol, rok span ketat itu sukses membentuk bokong besarnya, bergerak mundur sedikit saja bokong besar itu akan mengenai bagian depan Haris yang menjulang tinggi dibelakang nya.
Sarah memalingkan wajah, menghindari situasi canggung itu dengan sedikit demi sedikit menjauhi Haris, dia menggeser tubuhnya kearah kiri mendekati seorang pria yang kelihatan nya tidak jauh beda umurnya dengan mereka. Namun baru berhasil menjauh hanya beberapa jengkal, tubuh Sarah sudah ditarik oleh Haris, ditempatkan oleh pria itu tepat didepannya.
Sarah refleks menahan nafas ketika tubuhnya nyaris bertubrukan dengan tubuh bagian belakang perempuan didepannya.
Sarah mendongak melihat Haris yang menahan tubuhnya dari belakang. Pria itu menggenggam kedua tangan Sarah lalu menggerakan tangan Sarah untuk memeluki dirinya sendiri sehingga secara tidak langsung Haris juga tengah memeluki Sarah.
Sarah menyikut Haris untuk melepaskannya.
"Hem, kenapa?" Bisik Haris ditelinga kanan Sarah. Sarah menjauhkan wajahnya, ingin menyingkir dari sana karena posisi perempuan itu makin dekat dengan Sarah yang berpindah posisi.
"Mau pindah," Ikut Sarah berbisik.
"Diam disini sa--"
"Aww!" Pekik perempuan yang berdiri didepan mereka itu, ternyata tubuhnya limbung kebelakang dan hampir mengenai Sarah. Beruntung Sarah menahan bahunya. Sebenarnya bukan Sarah, melainkan Haris yang melakukan itu. Ingat jika tangan Sarah digenggam oleh Haris? Pria itulah yang menggerakkan tangan Sarah untuk menahan tubuh perempuan itu agar tidak mengenai Sarah.
"Aduh Sorry banget, saya mendadak pusing," Ungkap si perempuan sambil sedikit berbalik.
Sarah belum sempat menjawab ketika pintu lift terbuka di lantai satu, orang-orang berhamburan keluar. Tinggal lah Haris, Sarah, perempuan itu dan dua orang pria lagi yang akan menuju bassement.
"Thank U ya, kalau kamu gak nahan saya tadi, pasti saya udah jatuh." Si perempuan berterimakasih, namun bukan kepada Sarah melainkan kepada Haris. Sarah yang memang lebih pendek dari Haris dan perempuan itu--nampak tidak terlihat, meski posisinya berada ditengah--diantara mereka berdua.
"Bukan saya, tapi dia," Tunjuk Haris pada Sarah dengan gidikan dagu nya. Perempuan itu akhirnya melirik Sarah, agaknya tidak terlalu menyadari kalau Sarah yang telah menangkapnya dan Sarahlah yang selama di lift tadi berada dibelakangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire (21+)
RomanceTentang nafsu yang tidak pada tempatnya dan bukan pada orang yang seharusnya.