抖阴社区

Little Mark

797 128 20
                                        

Pansa terbangun dengan kepala yang terasa berat luar biasa, seperti ada beban besar menindihnya. Kelopak matanya berkedut saat mencoba membuka mata, sementara otaknya masih belum berfungsi sepenuhnya. Ia menggeliat pelan, lalu melirik ke sisi tempat tidur. Matanya langsung membelalak. Bukan. Ini bukan kamarnya.

Pansa sontak terduduk, napasnya memburu saat melihat sosok yang tertidur lelap di sampingnya, Tu.

"Ya Tuhan..."

Ia meraba kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi tak ada satupun ingatan yang jelas di benaknya. Ia mengernyitkan dahi, lalu matanya membulat ketika menyadari beberapa kancing bajunya terbuka. Jantungnya nyaris lompat keluar dari dadanya.

Dengan gerakan panik, ia melompat turun dari tempat tidur, hampir saja jatuh karena selimut yang melilit kakinya. Sial. Kenapa juga ia bisa ada di sini?Ia buru-buru keluar dari kamar Tu, berjalan dengan langkah setengah mengendap.

Sampai di kamarnya sendiri, ia membanting pintu lalu bersandar dengan napas terengah. Tangannya meraba leher, dan saat ia melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi, matanya membulat horor. Ada bekas merah di lehernya!

Pansa menelan ludah susah payah.

Jangan-jangan... "AAAAAAAAAA!!!" Teriaknya

Tak lama kemudian, suara jeritan lain menyusul.

"AAAAAAAAAA!!!"

Pansa buru-buru keluar kamar. Tepat saat itu, pintu kamar Tu terbuka dengan kasar, memperlihatkan Tu yang tampak sama kagetnya. Tatapan mereka bertemu, lalu jatuh pada leher masing-masing.

Mata mereka melebar bersamaan.

"AAAAAAAAAAAAAAKKKKK!!!"

"AAAAAAAAAAAAKKKKK!!!"

Mereka menjerit seperti baru saja melihat hantu di kamar masing-masing.

Pansa mengangkat tangan, menunjuk leher Tu. "Le... leher lo!"

Tu menunjuk balik. "Leher lo juga!!"

Mereka kembali menjerit.

Panik, mereka langsung berlari menuruni tangga dengan langkah terburu-buru, menuju dapur tempat Bi Mumu sedang sibuk dengan masakan paginya. Wanita paruh baya itu menoleh dengan ekspresi bingung melihat dua wanita berlarian seperti anak kecil yang berlomba mendapat es krim.

"Bi Mumu, semalem Bibi ada di dapur, kan?" Tu bertanya dengan napas tersengal.

"Iya. Kenapa Mbak?" Bi Mumu menatap keduanya bingung.

"Bibi tau nggak apa yang terjadi semalem?" tanya Pansa, masih dengan suara panik. "Maksudnya, aku sama Tu..." Kalimatnya menggantung. Ia menelan ludah, merasa canggung untuk melanjutkan pertanyaannya.

"Oh... waktu Mbak Pansa sama Mbak Tu ketawa-ketawa semalem ya?" tanya Bi Mumu santai.

Pansa dan Tu bertukar pandang, bingung.

"Ketawa-ketawa?" Tu mengernyit.

Bi Mumu mengangguk. "Iya, semalem itu..."

***

Pansa mengembuskan napas berat, melepas kacamatanya, lalu memijat pelipisnya yang terasa berat setelah berjam-jam berkutat dengan dokumen. Ia menoleh ke arah Bi Mumu yang sibuk memasukkan belanjaan ke dalam kulkas.

"Mau dibikinin kopi lagi, Mbak?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.

Pansa menoleh ke arah cangkirnya yang sudah kosong. Sebenarnya ia masih ingin minum kopi, tapi perutnya sudah terasa penuh.

Accindentally in Love (MilkTu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang