Then udah pasrah begitu aja terjebak di kasur gede ini. Di tengah ada Elric, si biang kerok, yang keliatan puas banget karena bisa tidur bareng papinya dan—sialnya—juga sama Then.
Awalnya, Then pikir dia bisa tidur dengan tenang, asal nggak banyak gerak. Tapi ternyata, cobaan belum selesai.
"Papi, peluk." Elric merengek, langsung ngedek ke Vandrel.
Vandrel, dengan tatapan datarnya, melingkarkan satu tangan di tubuh kecil Elric. "Sudah. Sekarang tidur."
Tapi bocah itu belum puas. Matanya yang besar berkedip polos ke arah Then. "Then juga peluk."
Then, yang udah hampir merem, langsung buka mata. "Apaan lagi, sih?"
Elric cemberut. "Aku nggak bisa tidur kalau nggak dipeluk dua-duanya!"
"Gue udah ngasih lo selimut, udah cukup, kan?"
"Nggak!" Elric makin manja, tangannya nyari tangan Then dan maksa narik ke badannya.
Then liat Vandrel, berharap dia bakal nolak juga. Tapi Vandrel cuma diem, keliatan malas debat.
"Ikuti saja maunya. Jika tidak, dia akan terus merengek," ujar Vandrel akhirnya.
Then mendesis, tapi akhirnya nurut juga, melingkarkan tangan seadanya ke punggung bocah itu. "Udah, ya? Udah enak, kan?"
Elric mengangguk puas. "Iya!"
Then akhirnya menghela napas panjang. Yah, minimal bisa tidur dikit lah.
Atau… nggak.
Karena rencana bocah iblis ini baru dimulai.
---
Di tengah malam, Elric diam-diam bangun. Matanya melirik kiri dan kanan, memastikan dua orang dewasa di sampingnya benar-benar tertidur. Then masih mengerutkan alis, seperti kebiasaannya kalau lagi tidur, sementara papinya tetap dengan wajah tanpa ekspresi, tapi napasnya teratur.
Saatnya eksekusi.
Perlahan, Elric menyelip keluar dari pelukan papi dan Then, merayap turun dari kasur, dan melangkah dengan hati-hati menuju pintu.
Misinya sukses.
Atau… setidaknya, itu yang dia kira.
Begitu bocah itu keluar kamar dan menutup pintu dengan pelan, Vandrel membuka matanya. Tatapannya tenang, tapi ada sedikit senyum kecil di sudut bibirnya.
"Dasar anak licik," gumamnya pelan.
Lalu, tanpa ragu, dia menarik Then lebih dekat ke pelukannya.
Then, yang masih setengah sadar, menggumam nggak jelas dan nyoba buat ngelepasin tangan Vandrel. Tapi pria dewasa itu justru semakin mengeratkan lengannya.
Dan malam pun berlanjut dengan keheningan yang… aneh.
---
Pagi-pagi, sinar matahari mulai masuk dari jendela. Then menggeliat sedikit, kepalanya terasa berat. Begitu dia buka mata, yang pertama kali dia lihat adalah… dada Vandrel.
Dada Vandrel?
Otaknya langsung sadar. Matanya melebar. "ASTAGA!"
Dia buru-buru mau bangun, tapi sebelum berhasil kabur, tangan Vandrel semakin erat menahannya.
"Jangan berisik," suara Vandrel masih terdengar berat karena baru bangun.
Then membeku. "Bos… Bos?! Ini kenapa gue di peluk?!"
Vandrel membuka satu mata, tenang seperti biasa. "Kau yang datang sendiri."
"BOHONG LO!" Then langsung panik. "Gue normal, nggak mungkin gue tiba-tiba—."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Business [BL] || END ||
Teen FictionThen tak pernah menyangka bahwa ayahnya terlibat dalam bisnis gelap bersama kelompok kriminal bernama Xplor. Ketika sang ayah mencoba melarikan diri dan keluar dari kelompok itu, usahanya gagal. X-Man, organisasi bawahan Xplor, menangkapnya kembali...