Lalu dia ingat sesuatu. Elric. Bocah itu… BOCAH ITU!
Then menoleh ke arah tempat tidur Elric semalam. Kosong.
Sial. Dia dijebak.
Then masih diem di tempatnya, napasnya sedikit berantakan gara-gara panik. Jantungnya deg-degan nggak jelas, bukan karena takut, tapi… ini gila banget, sumpah.
Dia barusan bangun dalam posisi dipeluk sama Vandrel. Vandrel Grissom. Bos besar. Papinya Elric. Orang paling kejam di dunia gelap ini.
Dan dia nggak bisa kabur.
"Bos, lepasin," suara Then udah setengah bisik, takut kalau kebanyakan gerak malah bikin suasana makin nggak jelas.
Vandrel masih keliatan santai. "Untuk apa?"
Then menegang. "APAAN? Ya buat gue kabur, lah!"
Vandrel menarik napas pelan, matanya sedikit mengantuk, tapi ada senyum samar di sudut bibirnya. "Aku sudah nyaman seperti ini."
Then mencelos. Buset, ini orang ngomong apa, sih?!
"Nyaman gimana? Ini bukan bantal hotel, Bos! Gue manusia, manusia!" Then mulai ngeronta, nyoba lepas, tapi Vandrel tetap tenang, tangannya nggak melemah sama sekali.
Oke, ini nggak bisa dibiarkan. Then harus keluar dari sini sebelum dia—
CUP.
Then langsung membeku.
Detik itu juga, dunia terasa berhenti.
Vandrel baru aja… baru aja nyium kepalanya?!
Nggak lama. Cuma sebentar. Tapi cukup buat otaknya nge-lag total.
Jantungnya, yang tadinya udah berdetak kencang, sekarang makin nggak karuan. Oksigen di ruangan mendadak berkurang. Tangannya, yang tadinya masih berusaha ngelepasin pelukan Vandrel, langsung lemes.
Vandrel masih tetap tenang, seperti biasa. Tapi dia pasti tahu apa yang barusan dia lakuin.
Then telan ludah, matanya masih melebar.
"Bos.…" suaranya keluar lebih pelan dari yang dia mau.
"Hm?" Vandrel balas dengan nada santai, kayak nggak terjadi apa-apa.
"Lo barusan… lo barusan… NYIUM KEPALA GUE?!"
"Hanya agar kau diam."
"ITU NGGAK NORMAL, BOS!"
Then mau teriak, tapi suaranya kayak ketahan di tenggorokan. Tangannya mengepal di dada Vandrel, nahan diri buat nggak makin panik.
Vandrel menarik Then sedikit lebih dekat, matanya menatap santai tapi tajam. "Kau terlalu berisik di pagi hari."
Then benar-benar kehilangan kata-kata. Ini… ini harusnya cuma jebakan Elric. Harusnya cuma bercandaan. Tapi kenapa dia malah ngerasa kayak kena serangan jantung begini?
Otaknya muter nyari jawaban, tapi nggak ada yang masuk akal.
Yang jelas, dia nggak bisa tidur di sini lagi.
Bisa-bisa besok dia bangun di posisi yang lebih aneh.
Then akhirnya berhasil ngelepasin diri. Begitu tangannya bebas, dia langsung melompat turun dari kasur, napasnya masih acak-acakan.
"GUE KELUAR!" teriaknya buru-buru, nggak berani liat ke belakang.
Vandrel masih duduk santai di ranjang, matanya setengah terbuka, jelas belum sepenuhnya bangun. "Tidak sarapan dulu?" tanyanya dengan nada tenang.
"NGGAK LAPAR!" Then langsung ngibrit ke pintu.
Buka. Langkah panjang. LARI.
Dia bahkan nggak peduli ada beberapa penjaga yang kaget liat dia lari kayak orang kesurupan di pagi buta. Yang penting dia harus keluar dari kamar itu secepat mungkin.
Jantungnya masih berdegup nggak karuan. Oke, dia udah ngalamin banyak hal gila di hidupnya. Dikejar orang, ditodong pistol, dilempar ke dalam dunia gelap tanpa jalan keluar. Tapi ini? Ini jauh lebih serem.
Bukan karena Vandrel itu bos besar yang kejam dan licik. Bukan.
Tapi karena ada sesuatu yang lebih berbahaya, sesuatu yang dia nggak mau akui.Setiap dia keinget kejadian tadi—tatapan tenang Vandrel, pelukan yang terlalu nyaman, dan yang paling parah, ciuman kecil di kepalanya—perutnya langsung terasa aneh. Semacam… nyesek? Deg-degan?
INI BAHAYA.
Then nyumpahin dirinya sendiri dalam hati. Dia harus cari cara buat ngejauhin Vandrel. Nggak boleh ada kejadian aneh lagi. Nggak boleh.
Tapi begitu dia ngelewatin ruang tengah, ada sosok kecil yang udah nungguin dia di sofa.
Elric.
Bocah itu lagi duduk santai, sambil minum susu dari gelasnya. Begitu ngeliat Then, dia langsung nyengir penuh kemenangan.
"Selamat pagi, Then!" sapa Elric ceria.
Then langsung ngeh. Bocah ini pasti udah tahu semuanya.
"Nih, anak…" Then ngerasa mau muntah darah. "GUE HARUS NGAPAIN SAMA LO, HAH?!"
Elric cuma ketawa kecil, lalu menyesap susunya. "Jangan marah-marah, dong. Gimana? Nyaman, kan?"
Then pengen nangis.
Sial. Dia nggak boleh ketemu Vandrel lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Business [BL] || END ||
Teen FictionThen tak pernah menyangka bahwa ayahnya terlibat dalam bisnis gelap bersama kelompok kriminal bernama Xplor. Ketika sang ayah mencoba melarikan diri dan keluar dari kelompok itu, usahanya gagal. X-Man, organisasi bawahan Xplor, menangkapnya kembali...
Bab 24
Mulai dari awal