sang antagonis? ya antagonis memerankan MC cerita ini.. Ini cerita tentang seorang wanita menikahi seorang raja untuk mendapatkan gelar ratu utama, kesombongan dan keegoisan nya membuat semua orang tidak menyukainya dan menganggap dirinya antagonis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hastinapura?!"
seruan Maanavika terdengar terkejut, kerajaan besar itu akan ia kunjungi dan ia mendengar bahwa sebentar lagi pangeran Mahkota akan dilantik.
"ada apa viki? kenapa kau berteriak?" tanya ibunya, Maanavika pun langsung menoleh dan tersenyum. "tidak apa apa ibu, aku hanya terkejut bahwa Hastinapura mengundang kita," jawab Maanavika.
"dasar kau ini, oh ya viki bersikap baiklah disana jangan membuat kerusuhan," peringat ibunya terhadap Maanavika karena ibunya tau Maanavika suka kesal sendiri apalagi dia hanya berdua dengan Maanika.
"tenanglah ibu," jawab Maanika, sungguh ucapan Maanika sangat membuat Maanavika kesal.
"dasar pencari perhatian," batin Maanavika yang matanya sinis kepada Maanika.
Maanavika mendengus pelan, berusaha menahan rasa jengkelnya terhadap Maanika. Kambaran nya itu memang selalu terlihat lebih tenang dan berwibawa, berbeda dengan dirinya yang lebih impulsif. Namun, di dalam hati, ia berjanji tidak akan membiarkan Maanika menguasai seluruh perhatian selama perjalanan ke Hastinapura.
"aku tidak akan membiarkan perhatian putra mahkota itu kepadamu, harus aku yang menjadi pusat perhatian disini," batin Maanavika.
***
Maanavika mendengus kesal sebelum akhirnya melangkah menuju kamarnya. Langkahnya cepat, mencerminkan hatinya yang sedang jengkel. Begitu pintu kamar tertutup, ia langsung menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, menatap langit-langit dengan wajah merengut.
“Vishmita!” serunya, suaranya sedikit nyaring.
Tak butuh waktu lama, seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut digerai masuk tergesa-gesa. Ia hampir tersandung karpet sebelum akhirnya berhasil menyeimbangkan diri.
“Aduh! Astaga, kenapa harus memanggilku dengan suara seperti mau perang, tuan putri?” Vishmita mengomel sambil menepuk dadanya yang masih terkejut.
Maanavika memutar matanya. “Aku kesal.”
Vishmita mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh minat. “Lagi-lagi karena tuan putri Maanika?”
Maanavika mengangguk. “Dia selalu saja berpura-pura lebih dewasa dariku. Dan sekarang, aku harus pergi ke Hastinapura bersamanya! Bayangkan, Vishmita! Aku bisa gila sepanjang perjalanan!”
Vishmita mendekat dan duduk di lantai, menopang dagunya dengan tangan. “Ya ampun, tuan putri. Itu bagus! Pikirkan ini sebagai kesempatan untuk bertemu pangeran tampan!”
mendengar hal itu Maanavika langsung menatapnya tajam. “Kau pikir aku peduli tentang pangeran itu?”tanya Maanavika
Vishmita menyeringai. “Ya… mungkin tidak sekarang. Tapi siapa tahu nanti? Barangkali kau malah jatuh cinta di Hastinapura.” ucapnya yang membuat Maanavika kesal.