抖阴社区

Chap 34. Bunga Matahari

58 8 2
                                        

Perlahan namun pasti gadis itu berjalan mendekat dengan belatinya yang masih berlumuran darah, meninggalkan gadis yang sedang sekarat dengan darah yang mengucur deras dari luka sobekan yang menganga di lehernya.

Dia berhenti tepat di depan gadis berambut bob yang wajahnya memerah sempurna karena kesulitan bernafas akibat dari cekikan pada lehernya.

Perlahan belati itu mendekat dan menempel di leher calon korbannya, menciptakan sensasi dingin ketika lempengan logam itu bersentuhan langsung dengan kulitnya. "selanjutnya.. lo"

Azizi memejamkan matanya, pasrah dengan kondisinya yang memang sudah tidak bisa melawan lagi. Mungkin ini adalah karma yang harus dia terima karena sudah membunuh banyak orang termasuk.. ibu kandungnya sendiri.

Seandainya saja dia tau lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi. Ibu kandung dan teman-temannya pasti masih hidup, dia tidak perlu melihat Marsha terjun dari lantai empat, dia tidak perlu melihat Freya meregang nyawa perlahan-lahan di depan sana. Semua terjadi tanpa dia bisa melakukan apa-apa. Satu hal yang pasti, dia benci karena tidak bisa melakukan apa-apa, dia benci karena tidak bisa mencegah itu semua terjadi.

Namun setidaknya dia masih bisa tersenyum, setidaknya kejadian-kejadian itu membuatnya bertemu dengan lawan jenis yang membuatnya tersadar, tidak semua lelaki itu payah dan tidak bisa diandalkan.

Untuk beberapa saat dia sudah siap untuk menyusul ibu dan kedua temannya, tapi tidak ada yang terjadi. Dia masih merasakan sensasi dingin di lehernya, hanya itu. Bahkan tiba-tiba saja dia tidak merasakan keberadaan benda tajam itu di lehernya.

KLANG!

"gue emang gak suka sama lo dan marsha" perlahan dia membuka kelopak matanya, Lulu masih di depannya, hanya saja belatinya sudah tergeletak di lantai. "tapi bukan berarti gue pengen ngeliat kalian berdua mati"

"kak lulu?"

Lulu memberikan isyarat pada gadis yang menguncinya agar melepaskan kunciannya. Walaupun tidak setuju tapi Indira tetap melepaskannya.

"sekarang mungkin gue bakal ngelepasin lo" Lulu menatapnya dingin, "tapi kali berikutnya, mungkin gue bener-bener harus ngebunuh lo"

BUGH!

Satu pukulan menyapa rahangnya, membuat Azizi terhempas ke lantai dengan tidak elitnya. Lagi lagi dia dipaksa untuk bangkit, kedua gadis itu menyeretnya keluar, lebih tepatnya ke dalam sebuah mobil minivan yang terparkir di halaman. Memaksanya masuk dan membawanya entah ke mana.

Perjalan itu memakan waktu hampir satu jam, entahlah, Azizi dalam kondisi setengah sadar untuk mengetahuinya.

Yang dia tahu, mobil yang mereka gunakan melewati deretan pepohonan yang silih berganti menyapa penglihatannya, sepertinya mereka berada di tengah hutan. Mobil itu berhenti di sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun, mereka benar-benar berada di tengah hutan. Jauh dari peradaban.

Mereka membuka pintu mobil, menariknya keluar dan menjatuhkannya di atas rerumputan, Tanpa perlawanan. "lo tetep sodara kita" Lulu tidak bisa untuk tidak merasa iba. "jadi plis, jangan keluar dari sini dengan selamat karena gue gak mau kalo harus ngebunuh lo"

Keduanya langsung masuk ke mobil dan pergi menjauh, meninggalkan Azizi sendirian di tengah hutan dengan rasa sakit yang bukan hanya terasa di beberapa bagian tubuhnya. Tapi juga di hatinya.

Tatapannya kosong, namun sekuat apapun dia berusaha bertahan, air perlahan mengalir dari sudut matanya membentuk aliran kecil di pipinya. Tidak, dia menangis bukan karena merasa di buang, tapi karena mengingat tiga orang yang harus kehilangan nyawa karena dirinya.

The Last of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang