抖阴社区

09. Panic

2.5K 190 68
                                        

"Hai Kak, apa kabar?" sapa Sabina pada Sandra yang sudah duduk menunggunya di sebuah cafe.

Wanita berambut panjang bergelombang itu tersenyum padanya. Sandra---influencer dengan jutaan pengikut yang dikenal dengan konten kecantikan dan gayanya yang elegan---tampak anggun di cafe yang sepi itu. Mereka memang sengaja ke cafe yang sepi karena tak mau membuat orang lain mengenali Sandra. Lagian mereka disini untuk menjalin kerjasama.

Sabina menarik kursi di hadapan wanita itu dengan gerakan anggun, meletakkan tas Hermès birunya di atas meja dengan hati-hati.

"Hai, aku baik. Kamu gimana?" Sandra tersenyum hangat.

"Baik juga," jawab Sabina. Pandangannya beralih pada pelayan muda berseragam hitam yang menghampiri meja mereka. "Lemon tea satu ya."

"Ada yang lain, Bu?" tanya pelayan itu.

"Tidak, terima kasih," jawab Sabina.

"Langsung aja ya, Sab. Aku ada schedule lagi setelah ini," ujar Sandra, melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Dari wajahnya tampak buru-buru.

"Iya Kak." Sabina mengeluarkan iPad dari tasnya dan membuka sebuah presentasi yang telah ia siapkan. "Sama kayak yang udah kita bahas tipis-tipis di telpon kemarin. Aku rencananya adain first anniversary for VL and release brand sendiri bulan depan."

"Hair-mask itu ya," Sandra mengangguk.

"Iya, betul kak," Sabina menyapukan jarinya ke layar. "Jadi aku mau nawarin Kak Sandra buat jadi brand ambassador kita."

Sabina melanjutkan dengan menjelaskan detail penawaran, "As a brand ambassador tetap. Kalau waktu itu aku cuma nawarin endorse. Kali ini BA tetap kak. Dari sini Kakak bakal dapat fee untuk kontrak selama enam bulan, paket perawatan rambut VIP bulanan gratis, akses early ke semua produk baru kami sebelum diluncurkan ke publik, dan pastinya supply untuk semua varian hair-mask yang kita launching."

"Kirim kontrak sama detail ke manajer aku aja ya."

"Iya kak."

Lemon tea pesanannya datang, dan Sabina menyesapnya perlahan sebelum melanjutkan, "Dan aku mau sekalian undang Kakak di acara launching dan anniversary party bulan depan."

"Itu tanggal berapa ya?"

"Bulan depan tanggal 10 sih kak."

"I see. Nanti aku lihat jadwalku lagi dan ngabarin kamu."

"Oke kak."

"Udah kan? Aku agak buru-buru juga ini."

"Udah sih, Kak."

Sandra mengangguk dan mengambil tasnya. "Aku duluan ya?"

"Iya kak, hati-hati."

Sabina menghela napas lega begitu Sandra menghilang dari pandangan. Satu agenda selesai. Ia segera membuka email di iPad-nya dan mengirimkan kontrak beserta detail penawaran ke alamat email manajer Sandra yang sudah tersimpan di kontaknya. Tak lupa ia menambahkan beberapa detail tentang acara peluncuran dan menekankan betapa berharganya kehadiran Sandra.

Setelah email terkirim, Sabina tidak langsung beranjak. Ia memutuskan untuk memanfaatkan suasana cafe yang nyaman untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan lain. Ia membuka spreadsheet laporan keuangan bulanan yang harus ia tinjau. Angka-angka berjajar rapi di layar, menunjukkan pertumbuhan stabil bisnis yang telah ia rintis dengan susah payah.

Jam bergulir cepat. Langit di luar jendela cafe perlahan berubah dari biru cerah menjadi semburat oranye, lalu gelap. Lampu-lampu cafe dinyalakan, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan kehidupan yang masih sibuk di luar sana. Sabina terlalu fokus pada pekerjaannya sampai tak menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

My Always Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang