Mata Zahra mulai memerah, namun berusaha ia tahan mengingat kondisi yang sedang tidak baik baik saja.
Zayyan membawa Safira ke mobilnya diikuti dengan Zahra di belakangnya.
"Zahra buka pintu mobil nya" pinta Zayyan.
Zahra? Apakah benar Suami nya kini menyebut namanya? Biasanya Zayyan menyebut nya dengan sebutan 'humaira'. Secepat itukah perubahan Zayyan setelah kembali di pertemukan dengan masa lalunya?.
Zahra mengangguk, namun gerakannya terhenti saat mendengar ucapan Safira.
"Kak Iyan, bolehkah aku duduk di depan?, nafas ku masih belum stabil, aku takut kembali sesak saat berada di belakang" ujar Safira.
"Iya, boleh" ujar Zayyan.
Zahra sangat tidak menyangka dengan jawaban yang di berikan oleh Zayyan, Zayyan yang selama ini melarang wanita lain untuk duduk di bangku khusus miliknya, bahkan Kayla adik kandung Zayyan sendiri tidak di izinkan untuk duduk di depan karna itu khusus milik Zahra.
"Zahra,buka pintu depan" ujar Zayyan,Zahra langsung membuka pintu mobilnya, lalu Zayyan memasukkan Safira dengan perlahan.
"Humaira, Kamu duduk di belakang gapapa kan?" Tanya Zayyan dengan pelan.
Zahra tidak menjawab,ia langsung masuk ke dalam mobil di kursi belakang.
Zayyan kemudian juga ikut masuk dan Mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di dalam mobil
Sepanjang perjalanan,Safira terus berbicara dengan Zayyan, mengingat masa lalu mereka.
"Kak Iyan, ingat nggak dulu, kak Iyan selalu ngajarin aku nahwu Sharaf walaupun aku ngga ngerti ngerti, tapi kak Iyan tetap sabar"
Zayyan hanya menjawab dengan singkat. "Iya,ingat"
Safira Tidak memperdulikan Zahra sama sekali,bahkan ia tidak menganggap Zahra ada.
"Kak Iyan masih ingat ngga dulu pernah janji sama aku" ucap Safira.
Zayyan mengernyit heran, "janji? Janji apa?".
Safira dengan mata berbinar "Janji kalau aku lulus bakal nikahin aku,terus kita punya anak dan hidup dalam keluarga sempurna" Safira tersenyum ke arah Zayyan.
Zahra menggigit bibir bawahnya, sungguh hati nya sekarang sangat berisik.
Zayyan terkejut. "Safira, itu dulu, waktu kita masih remaja, dan sekarang saya sudah menikah!"
Safira menoleh sebentar ke arah Zahra tanpa ekspresi sedikit pun. Dan kembali menatap ke arah Zayyan. "Janji adalah hutang,dan hutang harus di bayar".
"Saya mohon lupakan janji itu,saya sudah menikah" ujar Zayyan.
"Tapi aku mau kok jadi istri kedua Kaka" Safira dengan mata berbinar-binar.
"NGGAK! ITU NGGA AKAN TERJADI" bentak Zahra dengan keras ke arah Safira.
Safira kaget bukan main,begitu juga dengan Zayyan yang ikut kaget.
"Humaira!, jangan bentak dia!" Tegas Zayyan.
Zahra kaku, suami nya sendiri membentak nya demi perempuan lain?.
"Kak Iyan kok bisa sih Nikahin perempuan sekeras dia" Safira berusaha memanaskan Suasana.
"Habi..."lirih Zahra, ia menggigit bibir bawahnya. Mata nya mulai berkaca-kaca.
"Humaira... Maaf" Zayyan tersadar dari apa yang telah ia lakukan,ia membentak istri nya sendiri di depan masa lalu nya.
Zahra membuang wajah ke arah samping jendela,air mata nya mulai terjun bebas. Zayyan sangat merasa bersalah kepada Zahra.
"Kak Iyan, gimana? Mau ngga nempatin janji Kaka?" Safira berusaha untuk terus mendesak Zayyan.
"Safira, jangan merumitkan suasana, lupakan janji itu,saya sudah memiliki istri, Zahra istri saya satu satunya" ujar Zayyan, ia kembali, ia menyakinkan pada hatinya bahwa hanya Zahra satu satunya cinta sejatinya.
Mobil Zayyan berhenti tepat di depan rumah Safira.
"Ternyata kamu masih ingat kak, padahal aku ngga bilang tadi di mana rumah aku" ujar Safira lagi.
"Makasih ya kak, aku masih berharap kamu takdir ku" ujar Safira lalu keluar dari mobil milik Zayyan.
Sebelum masuk rumah ia sempat melambaikan tangan nya ke arah Zayyan.
Bersambung....
Jangan lupa follow akun WP author ya.Gimana perasaan kalian dengan bab ini?
Spam next disini ➡️
Vote Banak banakkkkkk

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR DILANGIT PESANTREN (HIATUS)
RomanceAssalamualaikum halloww selain ngga boleh KORUPSI?? juga ngga boleh PLAGIAT?? karya orang lain yaa Muhammad zayyan Al-farizki seorang Gus muda lulusan universitas Al Azhar di Kairo, memiliki pondok pesantren di Jawa tengah yang bernama "pondok pesa...
BAB 49. janji lama luka baru
Mulai dari awal