Genggaman tangan yang begitu hangat dengan suara sore yang sangat tenang dan nyaman. Langit kini menunjukkan warna jingga keemasan.
Zayyan dan istrinya kini sedang keliling keliling di sekitar villa menikmati suasana sore.
Zayyan Menggenggam tangan Zahra dengan sangat erat,seolah olah tidak ingin dilepaskan. Sesekali ia mencium tangan zahra.
Zahra di Buat malu dengan keromantisan Zayyan yang membuat nya semakin terlena.
"Habi" panggil Zahra dengan menatap ke atas langit.
Zayyan menatap ke arah istrinya dengan senyum "Dalem cah ayu".
Blusss
Zahra tersipu malu.
"Liat deh langit nya, cantik banget!! Ma syaa Allah!!" Zahra terkagum kagum dengan keindahan langit sore.
Zayyan ikut menatap ke langit, lalu menoleh pada Zahra. "Tapi ada yang lebih cantik dari langit sore ini."
Zahra mengerutkan dahi, "Apa??"
*Yang ada di sampingku sekarang," ucap Zayyan sambil menyentuh ujung hidung Zahra lembut.
Zahra langsung menahan senyum sambil menunduk malu. "Habi bisa aja," bisiknya lirih.
Zayyan tertawa pelan, lalu meraih kedua tangan Zahra, menggenggamnya erat. "Humaira, terima kasih sudah memilih bertahan bersamaku… sudah percaya padaku… dan mencintaiku dengan seluruh hatimu. Habi nggak janji jadi suami sempurna, tapi habi janji nggak akan berhenti belajar jadi imam yang baik buat kamu humaira."
Zahra menatap Zayyan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Habi tahu nggak? Kalimat habi barusan, itu doa paling indah yang pernah Zahra dengar."
Zayyan menarik tubuh Zahra ke pelukannya, membiarkannya bersandar di dadanya. "Kalau Huma lelah, cukup sandar di sini. Di tempat yang memang Allah ciptakan untukmu."
Zahra mengangguk pelan, merasakan debaran jantung Zayyan yang hangat dan tenang.
Mereka berdua pun duduk di atas rerumputan, memandangi langit senja yang kian meredup. Zayyan menyelimutkan jaketnya ke tubuh Zahra agar tak kedinginan, lalu membuka termos kecil yang ia bawa dari dalam villa.
"Habi buatin teh hangat tadi, pas kamu dandan. Habi pikir humaira bakal suka minum ini di luar sambil nikmatin langit."
Zahra terdiam, matanya membulat. "Ya Allah… Habi!"
Zayyan menyodorkan cangkir ke tangan Zahra. "Minum dulu, nanti masuk angin."
Zahra tersenyum tulus, hatinya terasa penuh. Bukan karena teh, bukan karena langit yang indah, tapi karena pria di depannya… yang tahu cara mencintainya dengan sederhana tapi begitu dalam.
****
Alisha masih berdiri di dekat tempat dispenser, memandangi galon besar yang gagal ia angkat sendiri. Napasnya tersengal, matanya melirik ke kanan dan kiri, memastikan tak ada yang melihat usahanya yang sia-sia barusan.
"Assalamu’alaikum," suara lembut itu mengejutkan Alisha.
Ia menoleh cepat. "Wa’alaikumussalam, Ustadz Zhalif…"
Zhalif berjalan pelan, membawa handuk kecil di tangannya. "Kenapa nggak minta bantuan pengurus, Alisha? Bahaya kalau kamu angkat sendirian," ucapnya lembut, matanya memancarkan kekhawatiran yang tulus.
Alisha menunduk, merasa malu. "Tadi mereka sedang di dapur, saya nggak enak ganggu…"
Zhalif tak langsung menjawab. Ia hanya berjalan pelan, lalu menarik rak galon mendekat dengan hati-hati, memastikan galonnya tidak jatuh. Setelah selesai, ia berdiri tegak, sedikit menjaga jarak. "Lain kali, jangan ragu bilang ya. Berat ringan urusan akhir, keselamatanmu lebih utama."

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR DILANGIT PESANTREN (HIATUS)
RomanceAssalamualaikum halloww selain ngga boleh KORUPSI?? juga ngga boleh PLAGIAT?? karya orang lain yaa Muhammad zayyan Al-farizki seorang Gus muda lulusan universitas Al Azhar di Kairo, memiliki pondok pesantren di Jawa tengah yang bernama "pondok pesa...