抖阴社区

Dejavu

58 46 14
                                        

    Berteduh di bawah pepohonan yang mulai melayu, hari demi hari matanya tak pernah lepas dari pandangannya terhadap Anya. Sudah lama Felix tak melanjutkan sekolahnya, justru ia malah memantau semua pergerakan adiknya. Antar jemput sudah menjadi keseharian Felix, terkadang mengajaknya makan bersama pada jam istirahat agar Anya tak pernah merasa sendiri lagi. Teman-teman Felix mencari, mendatangi, dan mengajaknya untuk berangkat sekolah lagi. Namun, Felix selalu enggan menyetujuinya.

“Berat meninggalkan Anya sendiri.” tidur menjadi tak teratur, pergaulan yang terbatas, membuat temannya menjauhi Felix.

“Kak...” panggil Anya, pelan. Kemudian menarik tangan Felix dan mengelusnya secara perlahan. Anya memiliki kekhawatirannya sendiri terhadap sang Kakak yang merelakan sekolah demi dirinya.

“Aku udah gapapa kok, Kak. Jangan antar aku lagi, ya? Coba jalani hidup seperti mereka pada umumnya. Berangkat sekolah, pulang, dan tertawa bersama teman. Aku ingin Kakak melakukannya!” dengan mata yang berkaca-kaca seolah penuh harapan mengacu pada Kakak. Felix melepas tangan Anya yang tengah mengelusnya, bagaimana bisa? Seorang Kakak tega meninggalkan adiknya dalam kesengsaraan?

“Kak, Anya mohon...” ini adalah sebuah permintaan kedua yang keluar dari mulut Anya, sebelumnya ia meminta kedua orang tua. Namun, sekarang? Anya meminta Felix menjalani kehidupan selayaknya murid pada umumnya.

“Aku tau Ka–”

“Tau apa, Anya?” balasnya dengan sedikit tegas. Lelah bukan perihal mengantar, menunggu, dan menjemput. Baginya lelah fisik tak seberapa jika dibandingkan dengan lelah mental. Anya sedikit takut dengan kondisi Kakak yang seperti ini, air mata mulai mengalir di kedua pipinya. Felix mencoba mengusapnya, namun Anya menepis dan berlari memasuki kamarnya.

                ⭑🕸⋆༺𓆩𓆪༻⋆ 🕸๋࣭ ⭑

TOK TOK TOK! Ketuk pintu.

    Perasaannya tak tertata rapih, dengan berat hati Felix harus menuruti perkataan adiknya. Setelah sepulang sekolah nanti, ia akan bergegas menjemput Anya pulang sekolah.

“Anya, Kakak telah memutuskannya. Kalo itu mau kamu, besok Kakak sekolah, tapi ingat, ya? Setelah sepulang sekolah nanti, Kakak akan jemput Anya.” Felix berbicara dari sela-sela pintu kamar panti.

    Keesokan paginya, Anya melihat Felix dengan seragam sekolahnya. Anya tersenyum tipis menghampiri, kemudian memeluknya.

“Berangkat lebih awal,”
“Berangkat dengan Kakak,”
“Dan pulang juga di jemput Kakak.”

    Setelah mengantarnya, Felix berpesan pada Anya. Jika terjadi sesuatu, Anya harus mengakuinya. Anya mengangguk membisikan sesuatu pada Felix.

“Tapi, Kakak janji ya? Sepulang sekolah nanti tunggu aku di bawah pohon ini, sama seperti yang biasa Kakak lakukan!” kata Anya berbisik, meninggalkan Felix perlahan.

    Felix memperhatikannya hingga rambut indah milik Anya menghilang dari pandangan matanya, saat detik itu juga Felix berlari menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, Felix di datangkan dua murid baru yang duduk di depan bangkunya. Felix sengaja memilih tempat duduk di belakang sana, karena keinginan belajarnya telah lenyap, yang ada dipikirannya selalu tentang Anya.

                ⭑🕸⋆༺𓆩𓆪༻⋆ 🕸๋࣭

TING TING TING! Bell sekolah berbunyi, dengan sigap Felix terlebih dahulu meninggalkan sekolah. Namun, di tengah perjalanan menuju sekolah Anya, Felix justru di hentikan oleh beberapa murid.

Flashback!

“Felix, ya? Lumayan juga ternyata kalo dilihat dari dekat,” kata perempuan yang tak dikenalinya. Perempuan itu berusaha untuk menyentuh tangan Felix.

Sleep IntructionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang