抖阴社区

Untoward (7)

166 36 11
                                        

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~


"Halilintar?"

Solar nyaris berbisik saat menyebut nama itu. Langkahnya melambat, seolah memastikan bahwa sosok di depannya benar-benar orang yang ia pikirkan.

Taufan yang berjalan di sampingnya menoleh, menangkap perubahan ekspresi di wajah Solar. Ia mendengar nama yang disebutkan tadi, dan kini pikirannya dipenuhi pertanyaan

Apakah mereka sudah saling mengenal?

Di sisi lain, Halilintar yang awalnya duduk di depan makam langsung bangkit ketika melihat dua sosok yang mendekat.

Rambutnya terlihat sedikit berantakan, dan matanya yang sayu serta sembab jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menangis.

Namun saat ia menatap Solar, sorot matanya seolah dipenuhi kebingungan dan keterkejutan yang sama.

"Lo...Solar?" tanyanya dengan suara serak, memperjelas dugaannya.

Tidak ada yang langsung menjawab. Udara di antara mereka terasa berat, seperti ada banyak hal yang ingin diucapkan tapi tak satu pun bisa keluar dengan mudah.

Melihat keduanya hanya diam, Taufan akhirnya mengambil alih situasi.

"Loh, jadi kalian udah saling kenal?" katanya, suaranya sedikit menggantung menunggu respon salah satu dari mereka.

Namun Solar dan Halilintar masih saling menatap, sama-sama mencoba mencerna kenyataan bahwa mereka bertemu kembali di tempat ini, setelah hampir dua tahun tidak bertemu dan bahkan tak pernah bertegur sapa lagi.

Taufan menatap datar ke arah mereka berdua. Keheningan yang berlangsung terlalu lama mulai terasa janggal baginya.

Rasanya, ia bisa mendengar suara jangkrik dan serangga lain yang seakan mewakili mereka menjawab pertanyaannya.

"Yeoboseyo?" serunya pelan, meski tidak yakin apakah romanisasi bahasa Korea itu benar atau tidak "Kok malah pada diem gini? Nanti kesambet loh!"

Suara Taufan seolah menjadi pemicu. Halilintar dan Solar yang sejak tadi hanya saling menatap dalam diam, langsung mengalihkan pandangan mereka. Keduanya berdehem pelan, berusaha mengusir kecanggungan yang tiba-tiba muncul.

"Sorry" ucap Halilintar, mengusap ujung hidungnya dengan canggung "Gue udah selesai, silahkan kalian kalau-"

"Bareng aja! Udah, lo diem dulu di situ!" Taufan langsung memotong, tak membiarkan Halilintar kabur "Mumpung udah ketemuan gini, kenapa gak bareng-bareng aja sekalian? Lo berdua juga pasti sebenernya pengen ngobrol, kan? Dan gue sendiri juga mau tau kalian bisa kenal dari kapan!"

Solar masih menatap ke arah lain, enggan menanggapi, walau apa yang dikatakan Taufan sangat mewakili keinginannya. Ia bahkan belum menyadari nama yang terpahat di batu nisan di sampingnya.

Lidahnya masih terasa kelu. Entah kenapa dadanya kembali terasa sesak. Telapak tangan dan kakinya dingin, seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Namun pada akhirnya ia memaksakan diri untuk duduk di samping Taufan. Sementara itu, Halilintar kembali duduk di seberang mereka berdua, meski ekspresi di wajahnya masih menyiratkan kebingungan.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang