???WARNING, BESTIE???
Ini cerita 100% asli dari kepala penulis-no plagiat, no cap!
Kalau ada yang mirip... ya mungkin semesta kita emang udah di-setting satu server.
Seliora Valeska Anzya tumbuh di antara reruntuhan kasih sayang yang re...
❣️ ATTENTION ❣️ Alangkah baiknya sebelum membaca Voteee duluu dan follow yaa~ . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Langit agak mendung sore itu, dan angin berembus lembut menggoyangkan dedaunan di sepanjang jalan kecil menuju rumah.
Gadis kecil berbaju TK-Seliora-berjalan pelan sambil menggenggam tas kecil bergambar kelinci. Ia tak bicara sepatah kata pun, hanya menunduk, menendang-nendang kerikil kecil di jalan.
Ia pulang sendirian. Lagi. Sudah biasa. Teman-temannya di sekolah lebih memilih bermain dengan anak yang lebih cerewet dan ramai. Seliora dianggap "aneh", terlalu pendiam, katanya.
Tapi dia nggak peduli. Dia suka sendiri. Lebih tenang. Lebih damai. Setidaknya begitu pikirnya.
Tiba-tiba, suara ban sepeda berderit terdengar.
"Hey! Kerjain Seliora yuk!" teriak seorang anak laki-laki yang mengayuh sepedanya dengan gaya sok jagoan. Di belakangnya, dua temannya-Dio dan Raka-mengangguk, langsung turun dari sepeda dan menghalangi jalan Seliora dari dua sisi.
Seliora berhenti. Matanya menatap mereka satu-satu, datar. Tidak takut, tapi juga tidak marah. Ia hanya menghela napas kecil.
Dari depan, muncullah anak laki-laki lain yang juga mengendarai sepeda. Wajahnya tajam, sorot matanya seperti pemimpin dari geng kecil itu.
Riven Elster.
"Woy!" katanya sambil menghentakkan rem sepedanya persis di depan kaki Seliora. "Ini jalan punya gue ya! Kamu sana, lewat jalan lain!"
Seliora diam. Matanya menyipit. Ia menggenggam tali tasnya lebih erat.
"Gamau!" jawabnya dengan suara lantang, namun tetap tenang. Sorot matanya menantang.
Seliora memejamkan mata, menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya. Bahunya menegang, siap menerima benturan sepeda kalau benar-benar menabrak.
Namun detik berikutnya...
Riven mendadak berhenti. Dia menatap Seliora yang mematung ketakutan. Dada kecilnya naik-turun pelan. Jantungnya berdegup cepat melihat ekspresi takut yang tak bisa ditutupi dari wajah gadis kecil itu.
Ada yang aneh. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Kayak... rasa iba?