Someone said i should double up.
Maaf kalau sedikit membingunkan alurnya.
Karena saya sedikit lupa alurnya, otak saya di penuhi sidang T T.Happy Reading
_________________Orm masih merasa sesak di dadanya, bahkan saat dia mencoba melanjutkan rutinitasnya yang biasa.
Setiap kali membuka pintu, hatinya berharap menemukan Lingling kembali, dengan senyum yang biasa, canda yang biasa. Tapi pintu itu tetap kosong.
Di mejanya, ada catatan kecil dari Lingling yang belum terbaca, seperti pesan yang tak bisa dia sentuh."Aku... minta maaf, Orm. Aku butuh waktu untuk berpikir. Aku tak tahu bagaimana kita sampai ke sini. Aku berharap kamu bisa memaafkanku."
Tapi kata "memaafkan" terasa sangat besar, terlalu berat untuk disematkan pada rasa sakit ini.
Orm memutuskan untuk berusaha melanjutkan hidupnya. Dia mulai lebih banyak berkegiatan di luar. Sesekali teman-temannya mengajak jalan, atau pergi ke acara. Tapi malam itu, ketika dia duduk di balkon apartemennya, di bawah langit yang cerah dengan bintang yang entah kenapa selalu membuatnya merasa sepi, Orm merasa hilang.
Lingling juga tak lebih baik.
Setiap harinya terasa seperti berjalan dalam kabut. Setelah kejadian itu, dia pergi dari rumah mereka, tinggal sementara di tempat lain, memberikan ruang untuk semua yang sudah terjadi.
Di matanya, bayangan Orm terus menghantui. Begitu banyak kenangan yang mereka buat bersama. Begitu banyak tawa yang mereka bagi. Lingling merasa seperti ia telah menghancurkan bagian dirinya sendiri.
Malam-malam panjang di tempat sewaannya terasa sunyi. Lingling hanya bisa terdiam, seringkali menatap ponselnya, berharap Orm akan menghubunginya duluan. Tapi tak pernah ada pesan masuk, tak ada panggilan. Bahkan pesan maaf yang dikirimnya beberapa minggu lalu pun belum mendapat respons.
Suatu hari, saat sedang duduk di kafe sendirian, Lingling melihat pasangan lain tertawa bersama. Entah kenapa, rasa sakit itu datang begitu mendalam. Mungkin karena dia tahu... dia merindukan Orm. Tapi dia merasa dirinya tak layak.
Pagi itu, Orm memutuskan untuk mengunjungi taman yang sering mereka datangi dulu. Tempat yang penuh kenangan manis, tempat mereka duduk berjam-jam sambil membicarakan impian-impian kecil.
Dengan langkah pelan, Orm menuju bangku yang dulu sering mereka tempati, yang selalu dipenuhi tawa mereka. Dia duduk, memandang sekitar. Seketika, seseorang menghampiri dari belakang.
Lingling.
Dia berdiri di depan Orm, tampak ragu, tapi seolah sudah memutuskan sesuatu."Mau duduk?" tanya Orm, suara seraknya menandakan bahwa hatinya belum benar-benar sembuh.
Lingling mengangguk pelan, lalu duduk di sampingnya. Mereka diam sejenak, sama-sama merenung, seperti mencoba menata hati yang telah hancur.
"Aku nggak tahu harus mulai dari mana," kata Lingling akhirnya, suaranya hampir berbisik. "Aku terlalu bodoh, Orm. Aku... aku mengkhianatimu, dan aku nggak tahu bagaimana menghapus rasa sakit itu."
Orm menatapnya, ada keraguan di matanya, tapi juga ada keinginan untuk memahami. Untuk kembali.
"Kenapa kamu nggak jujur sejak awal?" Orm bertanya, matanya sedikit merah. "Kenapa kamu biarkan kita sampai di titik ini?"
Lingling menarik napas dalam-dalam. "Karena aku... aku takut, Orm. Aku takut kehilanganmu, tapi aku juga takut kehilangan diriku sendiri. Aku terlalu egois."
Ada keheningan yang menegangkan. Semua kata-kata itu terasa lebih tajam dari sebelumnya, dan Orm merasa seperti dua dunia berbeda bertabrakan di dadanya.
Tapi kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, Orm mengulurkan tangannya, agak ragu, seolah bertanya apakah Lingling akan menerima.
Lingling menatap tangan itu, air mata menggenang di matanya, lalu perlahan dia menggenggam tangan Orm."Aku nggak bisa janji semuanya akan kembali seperti dulu," Orm berkata dengan suara pelan, "tapi... aku ingin mencoba lagi. Coba untuk melupakan semuanya dan mulai dari awal."
Lingling mengangguk, suara isaknya menggetarkan hatinya. "Aku ingin itu juga, Orm. Aku janji, aku akan memperbaiki semuanya."
hari setelah itu bukanlah proses yang mudah. Mereka tak langsung menjadi seperti dulu. Kadang, Orm masih merasa cemas, bertanya-tanya apakah Lingling benar-benar bisa berubah. Begitu banyak keraguan yang muncul, tapi ada satu hal yang mereka tahu pasti: mereka tak bisa hidup tanpa satu sama lain.
Mereka mulai saling berbicara lebih jujur, lebih terbuka. Lingling belajar untuk tidak menutupi perasaannya, dan Orm belajar untuk memberi ruang, tanpa menekan.
Proses penyembuhan memang panjang, tapi langkah pertama telah diambil.
Dan kadang, hal yang paling sulit dalam cinta adalah belajar untuk memaafkan diri sendiri sebelum bisa memaafkan orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET BETWEEN US
RomanceLingling bermain aplikasi dating hanya untuk melupakan mantan pacarnya yang berselingkuh darinya, dia mungkin memaafkan mantan pacarnya karena umur dia masih kepala dua untuk masih memiliki jiwa remaja, sedangkan dirinya sudah berkepala tiga yang ha...