抖阴社区

Bab Empat Puluh

2.2K 41 11
                                        

Tirai ditutup sementara, panggung hening oleh dusta, dan di balik bayang, iblis tertawa—mengira lakonnya yang menang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tirai ditutup sementara, panggung hening oleh dusta, dan di balik bayang, iblis tertawa—mengira lakonnya yang menang.

***

Dada Lily bergerak naik turun, tidak beraturan, badannya masih gemetar dan sisa-sisa percintaan mereka mengalir di antara kakinya. Kedua alisnya bertaut saat melihat pria yang baru saja menggagahinya tampak santai memakai pakaiannya satu per satu.

"Pergi sana." Sekali lagi, Lily mengusirnya.

Evan hanya tersenyum miring. Setelah memakai dasi dan jasnya, ia menunduk untuk memberi kecupan singkat di bibir perempuan itu.

"Good night honey." Ia memuji, "Kamu makin ahli bikin saya puas."

Ia tidak membiarkan Lily membalas ucapan selamat malamnya yang manis, dan langsung berlalu begitu saja, meninggalkan kamar perempuan itu.

Lily menatapnya, tidak percaya. Setelah apa yang ia lakukan padanya, menodainya, menyiksanya, bahkan melakukan perbuatan yang tidak senonoh di belakang istrinya sendiri—pria itu masih bisa bersikap biasa saja.

Bisa-bisanya manusia sekejam itu hidup dengan damai di dunia ini. Perempuan itu bergumam, berisi caci maki untuk Evan. Sambil menyumpahinya, ia memaksakan diri turun dari tempat tidur, walau kedua tungkainya masih gemetaran. Ia menunduk, mengambil pakaiannya yang tadi ditendang ke bawah tempat tidur oleh Evan.

Berjalan tertatih ke kamar mandi, ia membawa pakaian kotor itu untuk dibuang esok hari. Ia jijik memakai pakaiannya lagi—dan celana dalam sialannya yang sudah ternoda oleh nafsu pria itu. Semua akan ia singkirkan.

Di depan cermin wastafel, Lily menatap dirinya dengan sedih. Jarinya menyentuh bekas kemerahan di lehernya karena cengkeraman gesper pria tu. Dadanya berdenyut perih, jauh lebih menyakitkan daripada belitan ikat pinggang yang tadi mencekik lehernya. Dari leher sampai dadanya juga penuh jejak cinta yang Evan tinggalkan. Sebanyak apapun ia usap dengan sabun tidak akan langsung menghilang. Meringis, Lily merasa jijik. Tidak ada seorang pun yang boleh melihat tanda itu, terutama bekas kalung di lehernya.

Ia harus mengenakan long neck untuk menutupi garis merah tersebut

Setengah jam berlalu, Lily baru kembali ke tempat tidur setelah mandi dan berganti piyama yang lebih nyaman. Kakaknya masih terlelap dan melihat wajah damai perempuan itu, rasa bersalah kembali menyusup di dadanya.

"Maaf ya, kak." Ia bergumam pelan sambil menutupi tubuh itu dengan selimutnya. Lily bergabung dengan kakaknya, di bawah selimut yang sama. Ia merapatkan tubuhnya ke perempuan itu, berbagi kehangatan.

Lily menatap punggung kakaknya, merasa sedih. Entah sejak kapan, ada dinding tak kasat mata yang memisahkan mereka. Ia bertanya-tanya, apakah dinding itu tercipta karena rahasia yang disembunyikan dari Aurel—bahwa ia menjadi selingkuhan suaminya.

Parts of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang