∘₊✧──────✧₊∘
Happy Reading
∘₊✧──────✧₊∘
Sore itu, dapur rumah anak-anak elemen tidak terlihat seperti dapur biasa. Tidak juga seperti dapur chef profesional. Lebih tepatnya, seperti zona perang atau laboratorium eksperimen yang meledak.
Semua berawal dari satu keputusan yang sangat mulia: mereka sepakat puasa nadzar. Karena sebelumnya Solar bilang, "Kalau ujian terakhir tadi kita semua bisa ngerjain tanpa pingsan, kita puasa nadzar ya. Trus kita masak bareng buat bukanya."
Dan karena tidak ada yang pingsan—meskipun Ice nyaris ketiduran waktu ngisi lembar jawaban, dan Blaze sempat lupa bawa pensil—akhirnya puasa itu jadi kenyataan.
15.45 WIB
"Kita bikin yang gampang aja. Telur dadar. Sama sayur sop," kata Halilintar sambil membuka kulkas yang... kosong. Hampir.
Taufan angkat alis. "Sop? Mau ngarepin sisa wortel ini?" Dia mengangkat satu wortel kecil yang sudah hampir jadi fosil.
Solar datang dengan penuh semangat sambil bawa tas belanjaan. "Tenang! Aku udah beli semua di warung deket gang. Sayur lengkap, ayam, bumbu dapur."
Blaze menyambut Solar yang baru masuk rumah dengan kantong belanjaan penuh.
"Lo beli apa aja, Lar? Kayak banyak banget kalo cuma sayur, ayam sama bumbu."
Solar mengangkat satu plastik dan tersenyum bangga. "Tambahannya tepung, gula, margarin, kentang—oh, sama ini..."
Ia mengangkat sebuah bungkusan berbentuk kotak panjang. Blaze mendekat, melihat tulisan di bungkusnya, lalu mengerutkan alis. "Ini... mukena?"
Yang lain langsung noleh.
Solar melambaikan tangan buru-buru. "Bukan buat aku! Tadi ibu warungnya cerita panjang banget tentang anaknya yang lagi mondok. Aku jadi gak enak nolak pas ditawarin. Beli deh satu, sekalian sedekah katanya."
Gempa nyengir sambil nahan tawa. "Niatanmu bagus, Lar. Tapi next time, jangan bawa pulang mukena kayak bawa oleh-oleh, ya."
Solar nyengir. "Aku juga baru sadar pas sampe rumah, Kak."
"Terus buat apaan mukenanya, di pakein ke Thorn?" - Blaze.
"Ya simpen aja, barangkali suatu hari ada teman perempuan yang butuh." -Solar.
16.00 WIB
Persiapan dimulai. Mereka terbagi dua tim: Tim Dapur bawah dan Tim Dapur atas.
Tim Dapur Bawah: Blaze (menggoreng), Thorn (ngambil bahan), Halilintar (ngecek bumbu).
Tim Dapur Atas: Solar (motong-motong), Taufan (ngaduk), Ice (tidur di meja makan), dan Gempa... mengawasi semuanya dari sudut ruangan dengan wajah penuh doa.
"Aku bilang juga apa," kata Gempa pelan. "Ini pasti chaos."
16.10 WIB
Blaze mulai menggoreng ayam. Tapi dia kelupaan satu hal.
"Minyaknya kepanasan, Blaze!" teriak Halilintar.
Terlambat.
BZZZZZ! PRANG!
Ayam pertama langsung meloncat keluar dari wajan dan menabrak pintu kulkas.
Thorn yang berdiri di samping langsung loncat. "Wow! Itu ayam atau meteor?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Elemental [Series]: Amanah dari Langit
SpiritualTujuh bersaudara, satu rumah, satu rahasia: mereka anak-anak elemen alam. Hidupnya rusuh, tapi tetap harus sholat. Awalnya cuma soal rebutan kasur dan panci gosong, tapi lama-lama mereka sadar-kekuatan mereka bukan hadiah, tapi amanah. Dan semua yan...