抖阴社区

BAB 71 : Sendu

17.3K 3.8K 5.1K
                                        

JANGAN SPOILER IDENTITAS X DI KOMENTAR TIKTOK ‼️ Aku harus ngasih peringatan gimana lagi biar kebaca? Cukup nama Shea aja yang sering kecolongan disebut, nama si X asli jangan dibawa-bawa gt 🥲

Padahal attention udah ada segede gaban. Weh, ini yang kecewa bukan cuman aku, tapi Rayyan juga. Doi ikutan nyiptain Enigma. Pasti belio geleng-geleng liat spoiler X di mana mana 😭

Ini aku update! Ramein yaaa 💙🥑

****

❝Aku mencintaimu, dengan nama apapun yang kamu pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mencintaimu, dengan nama apapun yang kamu pakai. Dengan bahaya apapun yang kamu bawa. Mari bertempur sehancur-hancurnya.❞ —Shea Annora

***

"Udah ngobrol sama Mama?" tanya Barra —yang entah sejak kapan, sudah memunculkan diri di ambang pintu kamar saudara lelakinya. "Jadi Mama itu dulunya kenapa sih, Mas?"

Haga menoleh, sebelum lanjut membereskan tempat tidur Mochi yang berantakan. "Kan Mas bilang enggak tau, Bar. Kok nanya lagi."

"Ya, terus aku harus nanya siapa lagi dong? Kan Mas Haga yang paling lama tinggal bareng Mama," kata Barra kemudian. "Logikanya gini, Mas. Aku nggak mungkin nanya tentang masa lalu, kalau bukan Mas Haga yang paling deket sama Mama." Barra maju beberapa langkah, lalu ikut duduk di sisi ranjang Haga.

Sepertinya Barra sangat ingin tau, seperti biasa air wajah pria itu telah disetting normal. "Mas kurang tau, Barra. Nanti coba Mas ajak ngobrol Mama lagi. Sekarang kayaknya masih sensitif."

"Oke." Barra manggut-manggut.

Semakin lelaki itu penasaran, semakin tidak berhenti berceloteh juga mulutnya.

Barra menyerongkan posisinya ke arah Haga, mengambil ancang-ancang untuk menggali lebih dalam. "Mas, maaf nih kalau ungkit-ungkit masalah lama... Mas ini bukan anak kandung Mama, kan?" tanya Barra hati-hati. "Soalnya Papa Farzan bilang, pas nikah sama Mama dulu bilangnya nggak punya anak kandung."

"Emang bukan, Bar. Perasaan Mas pernah cerita ini dari dulu sama kamu. Lupa, ya."

"Lupa." Barra menyengir. "Dari bayi banget, Mas?"

Haga mengangguk membenarkan. "Iya, dari umur setahun udah diadopsi sama Mama Shagita," cerita pria itu. Haga berhenti dari kegiatannya, lalu berdiri —menghadap Barra dengan kedua tangan bertumpu di pinggiran box bayi. "Kalau nggak salah inget... waktu itu Mama masih usia tujuh belas tahun, Bar."

"TUJUH BELAS TAHUN?!" Barra memekik kaget. "Umur segitu Mama Shagita udah nikah sama adopsi anak? Minor nggak sih jatohnya?!"

Haga terkekeh melihat reaksi Barra yang hiperbola. "Ya namanya juga orang tua jaman dulu, Bar. Nikahnya suka pas muda-muda. Jangankan dulu, era sekarang aja banyak kok yang nikah di bawah umur."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: 3 days ago ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang