Vania bangun dari tidurnya saat bunyi alarm weker di samping ranjangnya. Dia merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat kaku. Tak ingin mengulur waktu, Vania segera mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Pagi ini dirinya benar-benar sangat tak bersemangat. Berangkat ke sekolah barunya. Sekolah dimana ia akan memiliki teman baru, guru baru, dan suasana baru.
Keluarganya pindah rumah seminggu yang lalu. Dan Vania hanya bisa mengikuti orang tuanya saat di ajak pindah. Ayahnya dipindahkan pekerjaannya ke Jakarta. Apa boleh buat, kalau dirinya juga harus pindah ke ibukota ini. Keluarganya terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak laki-laki, dan dirinya. Dan kebetulan kakak laki-lakinya itu seorang mahasiswa di Universitas di Jakarta. Yasudahlah, berat jika menolaknya. Tiga lawan satu itu benar-benar kalah.
Langkah kakinya mengiringi tangga yang ia pijak saat ini. Langkahnya tidak semangat. Sudah beberapa kali Vania menghela nafas. Tapi apa boleh buat? Dirinya sudah berada di sini. Dan sudah terlanjur didaftarkan sekolah. Apakah dia bisa kembali ke rumah dulunya? Rumah yang nyaman dengan sahabatnya yang sudah sejak kecil bersamanya. Apalagi rumahnya yang dulu dekat dengan pantai, Vania sangat merindukan suasana disana.
“Vania, berangkat sekolah bareng kak Rizki saja ya.” Ucap ibunya sambil memberikan sepotong roti yang sudah di beri selai cokelat.
Vania menghela napas panjang sebelum ia menjawabnya. “Iya, bu.” Ucapnya penuh dengan tidak semangat.
“Jangan begitu dong. Kamu kan mau ke sekolah yang baru. Kamu harus semangat ya.” Vania hanya mengangguk mengerti dan langsung memakan sarapannya.
Suara kak Rizki menggelegar di seisi rumah memanggil Vania agar cepat. Kak Rizki memang sangat tegas dan disiplin. Namun Vania tak pernah meragukan jika kak Rizki itu sangat menyayanginya.
Sebelum dirinya turun dari mobil, Vania menoleh kepada kak Rizki yang tersenyum kepadanya dan mengangkat tangannya menyemangati adiknya itu. Vania membalas tersenyum untuk membuat kakaknya senang.
“Belajar dengan baik ya, Adikku yang manis!!” Ucapnya dengan mengacak poni Vania yang sudah ia rapihkan.
Vania merenggut kesal saat melihat hasil perbuatan kakaknya itu. Lalu dirinya merapihkan poninya kembali.
Vania benar-benar sangat gugup hari ini. Tadi dia merasa acuh tak acuh dengan sekolah barunya. Tapi kenapa sekarang dia gugup dan jantungnya berdetak cepat? Ah, mungkin saja efek karena dirinya terlalu takut jika teman barunya tak sebaik teman sekolah lamanya dan takut jika teman barunya akan tak suka dengannya.Hatinya bimbang untuk masuk ke dalam sekolah itu atau kembali pulang ke rumah.
Kak Rizki mengernyitkan dahinya saat melihat wajah murung Vania. “Kamu ini tidak usah takut begitu, jangan seperti kamu akan di hukum mati. Ayo, cepat masuk, nanti kalau telat malah lebih gawat lagi. Oke! Semangat ya, adiknya, Rizki si cowok tampan.” Ujarnya membuat Vania tertawa.
“Ge-er banget ih. Udah akh! Kalau begitu aku masuk dulu ya kak, do'ain aku biar selamat.” Vania menghela napas lalu membuka pintu mobil dan menapakkan kakinya di aspal. Rasanya kakinya gemetar dan berat untuk berdiri.
Mobil kak Rizki segera pergi setelah dia memberikan senyuman dan lambaian tangan untuk adiknya. Vania menghela napas kembali, entah ini sudah ke berapa kalinya ia menghela napas pagi ini.
Banyak para murid menoleh kepadanya. Memang ada apa dengan dirinya? Apa ada yang salah dengan pakaiannya? Atau ada sesuatu diwajahnya?
Vania berjalan mendahului para murid itu dan segera menuju ruang TU. Tapi dimana dia harus pergi? Vania hanya mengikuti langkah kakinya saja. Dia bingung harus pergi kemana. Sekolahan ini cukup besar dan luas. Banyak ruangan-ruangan di setiap koridor sekolah ini. Apa ayahnya tak salah memasukkannya ke sekolah sebesar ini? Apa tidak terlalu mahal? Vania jadi merasa bersalah dengan ayahnya karena sudah memasukkannya ke sekolah yang mahal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My BOYfriend [Sudah TERBIT di PlayStore]
Teen FictionSudah TERBIT di PLAYSTORE! Penerbit Eternity Publishing. Hidup Vania akan lebih mudah jika di awal pindah ke sekolah barunya tidak bertemu dengan Reval, preman sekolah yang memiliki banyak pengikut. Reval memiliki masalah dengan temperamen-nya dan...