Telfon
"Halo.."
"Sayang, ini aku"
"Ada apa sayang?"
"Hari ini tidak perlu bekerja ya. Café tutup"
"Ada apa? Apa hari ini tanggal merah?"
"Tidak, aku tidak mood saja"
"Kau sakit?"
"Tidak, yasudah besok aku telfon kau lagi. Istirahat ya sayang, jangan tidur terlalu larut malam"
------------
.
Sudah 5 hari dan kak Sehun tidak ada kabarnya sedikitpun. Padahal setelah telfon tempo hari, kak Sehun berjanji akan menghubungiku lagi. Di rumahku sekarang ada pembantu yang membantuku memasak dan membersihkan rumah.. Itu pun atas perintah dari kak Sehun sejak aku buta.
.
Ting Tong...
Ckleek...
"Siapa ya?"
"Apakah kau yang bernama Desita? Saya Chanyeol, Bisa ikut saya ke rumah sakit?
.
Degg...
.
Apa ini? Siapa yang di rumah sakit? Mengapa aku dipersilahkan masuk kamar sebuah kamar? Aku sudah sampai di kasur rawat, aku meraba-raba kasur rawat itu dan kurasakan ada sebuah tubuh terbaring disana.
.
Kupegang tangan kanannya dan terdapat selang infus disana. Tanganku meraba daerah wajahnya, tanganku semakin gemetar, aku menyentuh selang oksigen yang menutup hidung dan mulutnya kemudian secara reflek aku menjauhkan tanganku dari wajahnya.
.
"Anda siapa? Mengapa saya harus masuk ke kamar rawat anda?"
"..."
"JAWAB!!!!!"
"Sebentar lagi kau akan dapat melihat lagi sayang"
"Cara bercandamu tidak lucu sama sekali kak"
"Ternyata kau langsung mengenaliku, padahal mulutku tertutupi selang ini"
.
"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau menyuruhku kesini? Aku akan menunggumu di rumah sampai kau sembuh. Nanti kalau kau pergi ke rumahku akan kumasakkan makanan kesukaanmu"
.
"Aku akan membuatmu bisa melihat dunia lagi sebentar lagi. Aku sudah berjanji padamu bahwa kau akan dapat melihat lagi secepatnya kan? Dan aku yang akan menjadi matamu"
.
"Bukan itu maksudku. Aku tidak mau matamu. Aku ingin ketika aku membuka mataku, aku bisa melihatmu, bukan aku bisa melihat dari matamu"
.
"Berjanjilah padaku, jangan suka menangis, jangan mudah marah dan tersulut emosi, lihatlah dahulu situasinya seperti apa. Aku tidak akan bisa memelukmu lagi ketika kau menangis, jadi jangan membuatku sedih ya sayang. Kau pasti bisa tanpa aku"
.
"Aku tidak mau mendengar kalimatmu. Kau pasti sembuh kak. Jangan pesimis"
"Sayang, peluklah aku untuk terakhir kalinya, tolong"
"Aku tidak mau"
"Desita, plis"
.
Aku tidak kuat dan tak dapat menahannya lagi, aku menangis sekencang-kencangnya di dalam pelukannya.
.
"Sandaranku tidak senyaman biasanya"
"Banyak kabelnya ya sayang? Maaf ya"
"Kak, aku cinta kepadamu. Jangan tinggalkan aku sendirian"
"Aku jauh lebih mencintaimu. Aku sudah memberi banyak nasehat kepadamu. Ingat baik-baik ya sayang"
"...hiks"
"Sayang, jangan menangis, berjanjilah padaku. Jangan membuatku berat meninggalkanmu"
"Aku akan mengingatnya"
"Akan kupegang...janjimu"
"Jangan pergi sayang. Hiks... Ku mohon"
"Ma...afkan aku...sa...yang"
.
Pip pip pip pip piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiippppppppp............
.
"Kak Sehun? Kak? Jawab aku! KAK!"
.
Tubuhku ditarik mundur oleh seseorang, aku mendengar banyak sekali langkah kaki berlari memasuki ruangan ini. Aku dipeluk oleh orang yang menarikku. Sepertinya ia seorang wanita yang sudah tidak muda lagi. Pelukannya terasa hangat dan menenangkan. Ya, dia adalah mama dari kak Sehun.
.
~2 hari setelah itu~
"Desita, buka matamu nak"
"Sakit sekali tante. Saya sangat susah membuka mata"
"Pelan-pelan sayang"
.
Rasa sakit di mataku sungguh tak tertahankan, serasa ada ribuan jarum menusuk mataku secara bersamaan. Tetapi aku terus berusaha membuka mataku. Dan... Pemandangan yang kulihat adalah orang tua kak Sehun, sepupu dari kak Sehun dan dokter yang membantu operasi mataku. Lebih tepatnya mata kak Sehun yang sekarang bertengger di kelopak mataku.
.
~Beberapa hari setelah operasi mata Desita~
"Tante saya ingin pergi ke makam kak Sehun"
"Tante antar ya"
"Tidak usah tante, tante beritahu saja lokasinya dimana. Saya akan kesana sendiri"
"Baiklah, hati-hati ya"
"Iya tante, terima kasih"
.
Aku pergi menuju area pemakaman yang ternyata satu lokasi dengan makam kedua orang tuaku. Aku memandangi pusara itu. Makam dengan tanah yang belum sepenuhnya mengering, taburan bunga yang beberapa diantaranya nampak masih segar dan yang membuat hatiku tersayat adalah nama yang terukir pada nisan itu adalah "Sehun".
.
~Satu bulan kemudian~
"Hei tampan. Sedang apa? Ternyata kau benar-benar pergi meninggalkanku lebih dahulu. Aku sudah bisa melihat sekarang. Tetapi aku sudah bilang dari awal aku ingin bisa melihatmu, bukan bisa melihat dari matamu. Apakah kau tidak bisa mengartikan kalimatku dengan benar? Bukan ini yang kumau. Lalu apa yang bisa kulakukan sekarang kak? Kau pergi, papa dan mama juga lebih dahulu pergi. Kau tega padaku kak... Hiks..."
.
Akhirnya aku tidak mampu lagi menahan air mataku. Maafkan kau kak, aku tidak bisa memegang janjiku untuk tidak sering menangis. Bagaimana aku tidak menangis kalau penyebab tangisku adalah kau sendiri kak Sehun.
.
~Tiga bulan kemudian~
"Hei sayang, apa kabar? Apakah kau merindukanku? Atau kau sudah menemukan bidadari yang lebih cantik dariku? Mengapa kau tidak pernah datang ke dalam mimpiku? Jahat sekali kau ini. Oh iya, apa kau tahu? Aku sudah mulai kuliah lagi sekarang. Aku mau melanjutkan skripsiku. Tapi percuma saja, dulu semangatku untuk menyelesaikan skripsiku adalah karena kau akan menikahiku, tapi sekarang apa? Aku bahkan tak punya impian dan tujuan hidup"
.
Ya Tuhan, dadaku semakin sesak. Aku berkali - kali mencoba menahan air mataku. Tapi Tuhan, bolehkah aku menangis lagi?
.
"Kak Sehun aku rindu padamu.. Hiks... Saat ini aku sedang menangis di pusaramu. Apa kau tak ingin memelukku? Jawab aku kak. Kak, aku lelah berpura-pura tersenyum dan berpura-pura tegar"
.
"Aku teringat dengan keisenganmu mengerjaiku selama satu tahun di café dengan sok menjadi boss yang jutek dan dingin itu, aku teringat saat pertama kali kau duduk di sampingku dan bodohnya aku langsung bercerita banyak hal padamu. Parahnya lagi aku langsung menemukan sandaran ternyamanku"
.
"Kalau kupikir, kau ini sama saja kurang ajarnya dengan Kai. Kau mengetahui kalau kau akan pergi meninggalkanku, tetapi mengapa kau malah datang kepadaku lebih dulu? Sekarang aku tak memiliki siapapun di dunia ini. Kau bilang kau akan selalu ada untukku. Tetapi sekarang kau dimana sayang? Hiks..."
.
~1 tahun kemudian~
Hai kak Sehunku yang paling tampan, aku mau melaporkan sesuatu. Jangan marah ya. Aku akan menikah. Hehehe... Jangan cemburu ya. Tolong jangan marah, jangan tinggalkan aku. Ia mengetahui semua tentangmu, ia juga mengetahui kisah kita secara detail, dan ia tidak cemburu kok, ia bangga karena aku bisa berubah menjadi lebih baik dan setegar ini karenamu. Kau tahu, air mataku serasa sudah habis. kering tak berbekas. Namun ia datang menenangkanku, ia juga sangat baik. Ia tahu aku tidak akan bisa melupakanmu dan ia tidak mintaku untuk melupakanmu. Ia tidak mau menjadi penggantimu, ia hanya ingin menemaniku bersamamu. Aku bodoh, egois, jahat memang. Tapi apakah salahku karena menjadi seperti ini?
TBC
Jangan lupa vote dan comment nya ya, makasih :)

KAMU SEDANG MEMBACA
My (Various) Tears [complete]
FanfictionAku tidak tahu lagi bagaimana caraku untuk melanjutkan hidup. Mengapa bencana datang kepadaku bertubi-tubi? Terima kasih karena kehadiranmu yang dapat menyembuhkan lukaku, walau..... (100% Desita pov) Work yang lama aku unpublish ya demi kenyamanan...