Setelah pernikahan dilangsungkan di kota Solo dan Kediri. Ayuna dan Driyan kembali ke Bandung. Mereka mengambil cuti seminggu, tugas-tugas pekerjaan mereka sangat menumpuk. Mereka berdua terlihat sangat lelah dengan perjalanan di dua kota dan acara yang menggunakan adat Jawa Tengah dan Jawa Timur selama sepekan. Di bandara mereka berjalan beriringan dengan membawa koper masing-masing.
Pak Dullah menjemput mereka berdua dan mengantarkan mereka berdua menuju apartemen baru Driyan. Perabotan sudah dilengkapi Driyan. Buku-buku Ayuna yang penting sudah dibawa ke apartemennya, tetapi beberapa barang yang lain masih Ayuna tinggal di rumah dinasnya. Hubungan Ayuna dan Driyan masih sama seperti dulu, yang berbeda hanya sikap Driyan pada Ayuna tidak sekeras dulu. Driyan sudah berjanji pada dirinya untuk membuka hatinya untuk Ayuna. Tetapi tidak dapat dipungkiri rasa cintanya pada Shana masih tetap ia rasakan hingga kini.
"mandilah dulu dan segera istirahatlah Ayuna, kamu pasti lelah".
Ayuna merendamkan dirinya ke dalam Buth up mewah yang ada. Rasa pegalnya seakan menghilang dari tubuhnya. Setelah mandi Ayuna membaringkan tubuhnya di atas kamar tidur miliknya. Driyan sendiri masih sibuk di balkon berbicara dengan Arya mengenai bisnis yang sudah ia tinggal selama satu minggu.
Driyan kembali ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang sangat kelelahan. Driyan sudah menyediakan dua kamar untuknya dan Ayuna. Ayuna yang memintanya tidur terpisah, sejak di Solo dan Kediri pun mereka tidur di tempat yang terpisah. Ayuna di tempat tidur, Driyan tidur di sofa. Driyan menyadari bahwa mereka berdua belum merasa saling mengenal satu sama lain sehingga keputusan itu akhirnya Ia sepakati. Aturan yang lain adalah Driyan tidak diijinkan untuk bertemu dengan kekasihnya terdahulu di depan Ayuna. Driyan mengiyakan itu, meskipun Ia juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak bertemu dengan Shana selama Ia berstatus suami Ayuna
Driyan mengetuk pintu kamar Ayuna tetapi tidak ada sahutan dari dalam.
"mungkin Ayuna sudah tidur", pikirnya
Sudah 6 jam Ayuna di kamar, Ia tidak keluar-keluar. Jam menunjukkan pukul 18.00 tetapi Ayuna masih berada di kamar.
Driyan yang sedang sibuk dengan beberapa proposal untuk meeting besok pagi sedari tadi melirik kamar Ayuna. Ia heran kenapa Ayuna tidak kunjung bangun sejak siang tadi. Driyan akhirnya beranjak ke kamar Ayuna, sedari pulang dari bandara Ayuna sama sekali belum makan apapun, kecuali nasi liwet yang dibelikan ibu Driyan pagi tadi.
Sudah 10 menit Ayuna tidak membukakan pintu untuknya. Driyan memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Ayuna, Driyan melihat dari pintu Ayuna tertidur meringkuk. Driyan kembali keluar dari kamar sebelum Driyan mendengar Ayuna mengerang. Driyan memutuskan untuk tetap di tempat Ia berdiri. Driyan akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke kamar Ayuna. Ia mendekat ke tempat tidur Ayuna. Ia ingin membangunkan Ayuna karena ia belum makan. Ayuna masih belum sadar. Driyan Akhirnya mengguncang sedikit tubuh Ayuna, ia rasakan panas sekali tubuh gadis mungil itu. Driyan meraba kening, pipi, tangannya. Ia yakin gadis ini sedang sakit. Ayuna hanya mengigau sesuatu yang tidak dimengerti Driyan.
"Ayuna Ayuna bangun Ayuna", Driyan terlihat bingung dengan kondisi Ayuna sekarang.
Driyan memutuskan untuk menggendong Ayuna kepelukannya. Driyan berlari menuju ke basemen parkiran, Ia tidak peduli dengan beberapa orang yang melihatnya di dalam lift. Tubuh Ayuna panasnya tinggi sekali. Driyan membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di sana. Driyan harus mengurusi administrasi pendaftaran dengan sedikit kesal kepada customer service, Driyan membentak petugasnya karena seharusnya pihak rumahsakit segera menangani pasien dulu tidak seperti ini. Setelah bertengkar dengan beberapa petugas, akhirnya Ayuna diperiksa oleh dokter jaga. Ayuna mengalami gejala tifus. Ia harus menginap di rumah sakit hingga kondisinya pulih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Embun
RomanceHanya sebuah cerita yang mudah dibaca dan mudah terlupa. Tentang kisah manusia yang harus rela menyerahkan semua pengorbanan demi merasakan setetes embun cintanya