Lagi kesengsem kembali sama tokoh utama pertamaku 💜
My all time fave, Nathan.
Happy Reading.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nathanael Hadiwajaya, tampak mendengarkan dengan seksama, ketika salah satu staff pelaksananya memberikan presentasi di hadapan para manajemen. Di setiap awal minggu, Nathan akan mengikuti rapat manajemen untuk meninjau langsung, proyek-proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaannya.
Dia memiliki sebuah usaha yang bergerak di bidang arsitektural dan sudah memenangkan berbagai proyek besar dalam merancang, membangun, dan membuat sebuah perubahan pada bangunan. Ketertarikannya dalam hal pembangunan itulah yang membuatnya menjadi seorang arsitek yang professional.
Pikiran analitisnya dengan kemampuan pemecahan masalah sangat baik. Dia pun begitu detail dalam setiap tugas yang dilakukan oleh para staffnya, serta pemahaman yang spesifik dalam sebuah proyek secara keseluruhan. Belum lagi keterampilannya dalam kepemimpinan, serta kemampuan untuk mengarahkan tim profesionalnnya dengan sangat baik. Kesemuanya itu, dilakukan oleh Nathan-demikian panggilannya- sejak pertama kali merintis bisnisnya sendiri.
"Proyek ini cukup potensial," komentar Nathan, setelah staff pelaksananya selesai memberikan presentasinya. "Segera buat laporan tentang perencanaan bangunan, dampak lingkungan, dan anggaran proyek untuk klien kita."
"Baik pak," balas staff pelaksananya sambil mengangguk.
Nathan menoleh ke arah asisten pribadinya yang bernama Raisa. "Sadurkan proposal, aplikasi, dan kontraknya pada saya. Akan saya pelajari lebih lagi."
Raisa mengangguk sambil memberikan senyuman yang terlihat menjengkelkan bagi Nathan. "Siap, pak."
Nathan pun beranjak dari kursi kebesarannya sambil membetulkan jas kerjanya. Tatapannya mengarah pada peserta rapat yang kini sedang menatapnya. "Rapat hari ini selesai. Jika ada pertanyaan perihal proyek-proyek yang sudah kita rundingkan tadi, silahkan tembuskan email kalian. Akan saya periksa, jika saya sempat."
Setelah itu, Nathan pun berjalan keluar dari ruang rapat itu, diikuti oleh asisten pribadinya.
Aktifitasnya seharian itu cukup melelahkan, dan Nathan merasa jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya akhir-akhir ini. Pertemuan dengan berbagai klien, peninjauan lokasi di berbagai kota, dan banyaknya dokumen-dokumen perjanjian yang harus di tandatanganinya.
Ketika dia tiba di ruang kerjanya, ponselnya berbunyi. Dia mengeluarkannya dari saku celana dan langsung menolak panggilan itu tanpa ragu. Shareena. Sudah hampir dua bulan ini, Nathan menghindari panggilannya. Dia tahu apa yang diinginkan wanita itu darinya. Well, katakanlah wanita itu hanya menjadi fuck buddy yang sudah menjalani hubungan friend with benefit selama dua tahun terakhir ini.
No string attached, demikian prinsip Nathan dalam sebuah hubungan. Baginya, urusan dengan wanita hanya sekedar memuaskan napsu belaka. Tidak lebih. Karena komitmen, masih menjadi urutan terakhir dalam hidup Nathan.
Nathan melirik sinis ke arah Raisa yang masih berdiri di dalam ruang kerjanya. Dia sangat tidak menyukai asisten pribadinya yang sudah bekerja padanya selama dua tahun ini. Wanita itu selalu bersikap seduktif padanya di setiap kesempatan. Membuat Nathan mulai merasa gerah dengan inisiatifnya yang tidak diperlukan. Jika bukan karena hasil kerjanya yang bagus dan semangatnya yang gigih itu, sudah sejak lama Nathan ingin memecatnya.
"Kamu bisa keluar, Raisa!" desis Nathan dengan ekspresi judesnya.
Bukannya takut, Raisa malah memberikan senyuman sumringahnya. Selain seduktif, wanita itu seperti tidak memiliki rasa malu terhadap diri sendiri. Pengusiran kerap kali dilakukan Nathan, jika wanita itu masih berada di dalam ruang kerjanya. Tapi seperti yang sudah-sudah, wanita itu tidak akan bergerak keluar, sebelum menyampaikan niatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN LOVE (SUDAH TERBIT)
RomanceCerita ini sudah pernah dipublikasi dan ditamatkan pada Des 2017 - Feb 2018. Revisi dimulai tanggal 18 Maret 2019... Jika ingin membaca, dimohon bersabar. Jangan uber minta upload karena saya revisi kalau lagi mood dan kalau lagi sempat saja. ...