"Hyung, aku mohon hentikan. Jangan sakiti Jimin." Taehyung berusaha melepas semua rasa takut yang menguasainya, menatap sang kakak tertua yang mengangkat sebelah alis dengan senyum miring di bibir nya.
"Kau mengenal pria manis ini ?." V melirik Jimin lewat ujung matanya, pria itu tampak berkerut tak senang.
"D-dia.. temanku, hyung." Taehyung berujar lirih, teringat bahwa sebenarnya Jimin tak pernah ingin berteman dengannya, pria itu terlampau datar dan dingin, tapi Taehyung sadar bahwa ini adalah jalan satu-satu nya agar V sedikit mendengar kata-katanya.
"Lalu.. apa peduliku." Tapi yang Taehyung dapatkan adalah respond yang sudah ia takutkan sejak tadi, ia mengangkat wajahnya, memandang Taehyung yang hanya memutar bola mata malas. "Nah, sekarang kau bisa pergi dari sini. Belajarlah di kamarmu dengan baik, adik manis." V mendekat, menjatuhkan satu usapan lembut di kepala Taehyung yang berarti bahwa ia tak bisa membantah lagi, tatapan semua orang di arena bahkan tertuju pada mereka, tak ada yang berniat mengintrupsi.
"T-tapi.."
"Kim Taehyung-" Kali ini bukan suara V yang mengisi pendengarannya, namun suara lembut dengan nada yang tegas, membuat si berkacamata sedikit terkesiap, menoleh pada Jimin yang memandangnya datar dengan gemeretukkan gigi yang terdengar samar. "-Tinggalkan tempat ini. Aku bisa menghadapi semuanya sendiri."
.
Jungkook masih terdiam seperti idiot saat melihat punggung kurus itu semakin menjauh dengan lirikkan mata yang terkadang ia lemparan ke belakang, menatap Jimin dan V Kim bergantian, mungkin ia merasa bahwa harusnya ia tak pergi dari sini, tapi mau bagaimana lagi, semua orang menyuruhnya untuk tak menjejakkan kaki di sini. Entah mungkin karena ia adalah anak baik-baik yang polos atau... karena perihal lain yang tak dimengerti.
"Baiklah, ayo kita mulai lomba nya." V mengintrupsi, mengangkat tubuhnya dari sandarannya di dinding bercoretan abstrak itu, sedikit mengeratkan jaket yang ia gunakan, tapi Jungkook lebih dulu berujar.
"Aku akan bicara sebentar dengan Jimin." Ujarnya sambil melirik Jimin yang masih ditahan oleh komplotan V lainnya. Pria bersuara berat itu mengangkat sebelah alisnya, memandang Jungkook lama sebelum mengangguk yang otomatis membuat cekalan pada Jimin menjadi terlepas.
Jungkook langsung menggenggam pergelangan tangan putih itu, sedikit menariknya untuk melangkah agak menjauh ke balik dinding kusam yang mengitari mereka.
"Apa ?." Jimin bersuara datar, tapi Jungkook tau bahwa sebenarnya pria itu menatapnya penuh kebencian, merasa tak terima disaat dirinya dijadikan bahan taruhan murahan dengan seorang berandal yang sombongnya minta ampun seperti V Kim sialan itu.
"Hyung, aku mohon, tolong bantu aku sekali ini." Jungkook memang tak bisa ditebak sikapnya, terkadang ia menjadi anak rumahan polos dengan setumpuk buku di kamanya, lalu menjadi liar seperti seorang berandalan menyebalkan, terkadang bersikap seenaknya yang selalu membuat Jimin ingin mendaratkan tonjokkannya di pipi itu, atau Jungkook yang kini berubah menjadi seperti anak kecil yang memohon agar Jimin menuruti keinginannya, memohon dengan wajah memelas yang membuat Jimin hampir muntah.
Pria manis itu mempertimbangkan agak lama, mengetukkan sepatunya ke lantai beraspal dengan senyuman miring yang terbentuk.
"Boleh saja, tapi setelah itu izinkan aku untuk memukulmu ratusan kali."
.
.
Jungkook sudah masuk ke dalam mobil kesayangannya yang selalu menemani semua kegiatannya, ia menyamankan posisi duduknya, melirik pada sisi kanan mobil untuk mendapati V yang sudah berada di dalam mobil kerennya; yang menjadi incaran Jungkook selama ini, balas menatap Jungkook dengan seringaian seksi yang ia miliki, menjadi pertanda bahwa ia sangat excited untuk balapan yang satu ini. Taruhannya tak main-main, bung !.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother (Jimin Uke) (COMPLETE)
FanfictionPS: Yang ingin chapter lengkapnya bisa beli pdf nya ke aku ya..thanks^^ PRIVATE ACAK Jungkook hanya terjebak dalam pesona kakak tirinya yang nyatanya membenci dirinya setengah mati. Apa salah bila Jungkook memendam rasa lebih dari sekedar adik kepad...