Menikahi Min Yoongi, membawaku pada perjalanan hidup yang penuh warna-tawa, air mata, dan cinta yang terus tumbuh di antara sorotan lampu panggung dan kehangatan dalam rumah. Bersama, kami belajar menjadi suami-istri, orang tua, dan dua jiwa yang sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kiss me for the last time and please don't bite." 🌼🌼🌼 . . . 🌼🌼🌼
Aku baru saja selesai menidurkan Hyemi setelah setengah jam penuh perjuangan. Demam tumbuh gigi membuatnya rewel malam ini, tangisnya seakan tidak ada habisnya. Usianya hampir setahun sekarang, dan dia semakin aktif—merangkak ke sana kemari, tertawa kecil saat bermain, dan mengoceh dengan bahasa bayi yang hanya dia mengerti. Kadang aku merasa dia kecil sekali, tapi di lain waktu, dia sudah tampak seperti gadis kecil yang mulai memahami dunia.
Setelah memastikan Hyemi sudah benar-benar terlelap, aku masuk ke kamar dengan langkah ringan. Di sana, aku mendapati Yoongi sedang bergelung di bawah selimut. Ponsel di tangannya bersinar samar di ruangan yang hampir gelap. Aku bisa mendengar cekikikan khasnya, rendah tapi cukup keras untuk menggema di kamar kami.
"Minyoon, ayo tidur," aku menarik separuh selimutnya, mencoba membuatnya sadar. "Besok kau harus berangkat pagi-pagi." Suaraku terdengar lembut tapi penuh peringatan.
Dia tidak menggubrisku, tetap asyik dengan layar ponselnya, tertawa kecil entah karena apa.
Aku mendesah, berusaha bersabar. "Sugar, ayo tidur," ulangku sambil berjalan ke saklar lampu, memadamkannya hingga kamar terselimuti kegelapan, hanya ditemani cahaya ponselnya. "Sejin oppa akan marah kalau besok kau terlambat bangun..." Nada bicaraku kini lebih tegas.
Namun, Yoongi masih mengabaikanku. Tawa kecilnya terdengar lagi, membuatku semakin gemas. Memang dasar beruang kutub keras kepala!
Aku mendekat, mencoba cara lain. "Yoongi oppa, ayo tidur," panggilku lagi sambil menyelipkan diri ke bawah selimut, tubuhku kini dekat dengannya. Tanganku terulur, perlahan merengkuhnya dari belakang. Aku menyandarkan kepalaku ke bahunya, mencoba memberikan tekanan lembut tapi pasti. "Sudah malam, loh. Kau harus istirahat."
Dia hanya berdeham, masih terpaku pada ponselnya. "Sebentar lagi. Taehyung sedang menceritakan lelucon konyol," katanya santai, dengan senyum kecil yang terdengar di ujung kalimatnya.
Aku mendesah panjang, tahu persis dia tidak akan menyerah dengan mudah. Tapi aku juga tidak berniat membiarkannya terus begini. "Lelucon konyol apa yang lebih penting dari tidurmu?" tanyaku dengan nada setengah menggoda.
Yoongi terkekeh lagi, tetap tidak menjawab. Kesabaranku hampir habis, tapi aku memutuskan untuk mengambil langkah lebih tegas. Perlahan, tanganku menelusup masuk ke dalam piyamanya, menyentuh dada bidangnya yang hangat. Aku mulai mengelusnya dengan gerakan lembut dan penuh perhatian.
Dia berhenti tertawa. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya, suaranya pelan dan sedikit serak, campuran antara terkejut dan geli.
"Memastikan kau tidur," balasku datar tapi tegas. "Kalau cara biasa tidak berhasil, aku harus mencoba cara lain."