Hanum tidak peduli dengan apa yang barusan ia dengar. Entah itu Bang Reza sedang meminta ceweknya Bang Raka, atau justru Bang Reza telah merebut kekasih sahabatnya sendiri dengan percaya diri dan tidak tau malunya. Yang Hanum peduli saat ini adalah bagaimana tidak berbentuknya perasaannya setelah mengetahui bahwa pujaan hatinya sudah tidak sendiri lagi atau memang sejak dulu sudah tidak sendiri? Lalu apa arti kebersamaan mereka selama ini bagi Reza? Kenapa pria itu mau saja saat Hanum minta antar jemput, minta temani ini minta itu?
Tidak jauh dari si gadis yang tengah patah hati Raka tampak sama menyedihkan dengan dirinya. Raka yang tidak tau harus bagaimana saat kembali dihadapkan dengan permintaan terang-terangan Reza soal Uci. Padahal Reza tau, pria itu tau bahwa selama ini pun hubungan Uci dan Raka bukanlah jenis hubungan yang bisa membuat Reza merasa terancam. Bagi Uci maupun Raka, mereka tidak akan berani berjalan ke arah berseberangan dengan Tuhan mereka. Uci juga tampak lemas tak bertenaga. Pikirnya pertunangan ini tidak akan jadi jika ia melarikan diri.
Untuk Raka sendiri, meskipun dirinya yang paling sering bersama Uci, sampai sekarang pun ia tidak terlalu mengetahui apa yang Uci inginkan. Yang Raka tau, meskipun itu agak telat, Reza adalah alasan atas semuanya yang dulu Uci lakukan sampai gadis itu mengenal Adam. Lalu sekarang apa? Apa tepatnya yang ada di pikiran cewek itu? Bukannya Reza cinta pertama dari mantannya tersebut? Lalu apa lagi yang menahannya? Dan bukannya cinta pertamalah yang akan selalu bertahan di hati dan pikiran para perempuan? Kemudian Reza, apa temannya itu tidak merasa tersinggung dengan penolakan bertahun-tahun ini? Apa Reza sudah tidak punya harga diri?
"Apa-" bahkan Uci tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Apa–" Raka menoleh pada Uci karena keduanya sama-sama mengucapkan hal yang sama, keduanya sama-sama menoleh sih, dengan kemudian membuang muka seperti anak TK yang sedang musuhan. Kemudian Raka mengalah untuk membiarkan Uci mengatakan apa yang sejak tadi ia kumpulkan.
"Apa kamu harus mendorong aku dan Raka sampai akhir?"
"Lo!" tunjuk Reza pada Raka, "Apa tadi yang pengen lo bilang?" sambungnya meskipun ia kembali dibuat panas oleh ucapan Uci.
"Apa lo ga capek ditolak cewek sengklek ini, Jak? Karena gue mulai jengah sama sok jual mahalnya. Padahal dulu gue ajarinnya jual mahal itu seadanya aja, eh sekarang kenapa overdosis begini? Keenakan ya lo, Ci?" ucap Raka dengan nada kelakarnya yang biasa.
Reza kembali menekan emosinya karena meskipun perpaduan Uci dan Raka yang selalu mampu membuatnya marah, mereka pula yang mampu membuat Reza diam, tak mampu berkata-kata. Disaat Uci mengatakan seolah Reza menyulitkan dirinya dan Raka, sahabatnya itu justru mengatakan hal yang bertentangan dengan cewek itu. Jadi tolong tunjuki Reza di mana ia harus berpijak? Pada omongan Raka atau Uci?
"Kenapa kalian ga ngomong apa-apa ke gue? Terlebih elo, Ka?" ucap Reza mengalah dan ingin mendengar alasan mereka soal kepergian menemui Ibu Raka.
"Kenapa aku harus ngomong ke kamu?" tanya Uci sengit.
"Buset, Ci.. Jak maksud calon penghuni neraka satu ini tuh, kenapa dia harus ngomong sama elo disaat dia.." Raka tampak memikirkan ulang apa yang ingin ia katakan, disaat dia belum resmi jadi tunangan lo, akan terdengar kasar bukan? "Dia lagi ngambek. Bener kan lo ngambek?" tanya Raka ketus pada Uci.
Raka berusaha keras agar Uci sepemikiran dengannya agar semua segera selesai. Ia tidak ingin membuat Reza semakin pusing disaat teman mereka itu terbaring dengan selang di pergelangan tangannya dan perban di dahi namun sepertinya Uci tidak menangkap maksudnya dengan baik, buktinya Uci menatap tajam padanya kemudian memindahkan kursi yang di dudukinya ke sisi Reza, menjauhi Raka.
"Ternyata cuma butuh lo kesal untuk buat lo pindah ke sisi, Ejak," ejek Raka dengan tawa kesalnya. Sumpah ia tengah kesal tapi ia tau sekarang ia harus tertawa. Makanya kalian mendengar tawa sumbang saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Where to
ChickLitPenting... Untuk kalian baca 'when you' terlebih dahulu.. Okey? ? Penting ga penting sih hohohoh || Kenyataannya kau berada di suatu tempat di bawah nadiku. Andai kau menyatu dengan denyutnya maka aku tidak akan segila ini untuk menemukanmu. || ...