抖阴社区

bangkit

221 34 0
                                    

Detak jarum penunjuk waktu jadi satu-satunya suara yang bisa ia dengar. Di tengah malam seperti ini, ingin rasanya Woojin pindah ke ruangan biasa jadi ia punya teman bicara. Sayangnya tubuhnya terlalu lemas bahkan untuk meraih remote control di sisi tempat tidur.

Kelerengnya memandang jauh. Selang infus masih betah mengikatnya pada ranjang. Pipinya masih terasa panas, pun matanya. Sepertinya kak Minhyun sudah menjelaskan hubungan mereka pada ibu. Raut kusut ibunya berakhir tamparan pada pipi kanan.

Ibunya marah besar. Bahkan sorot matanya nyalang seperti mengejek Woojin dan egonya yang luar biasa. Tidak ada ucap bernada khawatir secuil dari bibir yang ia kopi itu. Yang ada hanya rentetan kekesalan wanita paruh baya itu yang menambah retak dirinya. Ia tahu ibunya cinta mati pada calon menantunya itu. Eh, Woojin pun.

Tapi Woojin bisa apa. Ibunya benar. Jihoon pun pasti membenarkan apa yang ibunya katakan. Itu fakta. Ia memang tak pernah terlihat serius dengan Minhyun hingga pria itu masih berpikir Woojin bersamanya karena permintaan ibunya. Juga masih segar di memorinya ketika ia dengan santai berkata pada Jihoon bahwa mengencani Minhyun adalah bentuk baktinya pada sang ibu padahal ia tahu Minhyun hanya di balik dinding kayu.

Hah. Jika Minhyun berpikir Woojin akan bahagia di jalannya sendiri, maka Woojin akan bahagia. Ya, ia bisa kembali pada rutinitasnya tanpa melibatkan pria itu, seperti sebelum pemuda Hwang itu datang. Toh sebelumnya ia juga baik saja. Bahkan sekarang Woojin berpikir untuk kembali mengajar kelas malam dan pergi main dengan Jihoon di akhir pekan.

Woojin akan pastikan bahwa ia bahagia, seperti permintaan terakhir kak Minhyunnya, mungkin?

























Enjoy "Therefore Day-4" wannable-deul *hugs*

titleless [hwangcham]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang