#117 in Teenager [12-8-20]
#414 in Highschool [25-6-19]
#61 in CeritaSMA [12-8-20]
Kalau sudah begini, siapakah yang patut disalahkan?
-Who's Wrong?- , a teen fiction by Aileen Louisa.
***
Kedatangan Bagas Alvi Ruhyaditama di SMA Pranawa ternyata m...
Sudah berulang kali Dio menatap layar ponselnya tanpa jenuh. Ia terus menatap fotonya bersama Bianca saat mereka masih kelas 1 SMA, dulu. Saat mereka masih sekelas.
Dulu, pada saat ulang tahun Dio, ia pernah request untuk berfoto bersama Bianca. Dan sampai sekarang, ia masih menyimpan foto tersebut.
Gantian, setelah cukup puas menatap foto mereka berdua, kini ia menggeser layar ponselnya yang menampilkan foto yang Bianca post di Instagram nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat sedang asik memandangi foto Bianca, tiba-tiba pintu kamar Dio terbuka. Karena kaget, handphone Dio tak sengaja terlepas dan terlempar ke lantai.
Sontak Bagas langsung mengambilnya. "Asik dah, yang lagi ngeliatin sahabat gue," ledek Bagas sambil tertawa kencang.
Dio berdecak kesal. "Sini ah, Al. Hape gue!"
Bagas memberikan handphone Dio lalu segera duduk disamping Dio. "Tembak aja sih, Di. Masa cuma bisa liatin fotonya doang?"
Melihat Dio yang masih diam, Bagas berujar kembali. "Di, emang lo sesayang apa sih sama Bianca?"
Pertanyaan Bagas tersebut mampu membuat Dio mengalihkan perhatiannya. "Kalo ada kata yang lebih dari 'sesayang gue sama diri gue sendiri', mungkin gue pake itu, Al."
Bagas menatap Dio takjub. "Okay gue paham. Jadi lo nggak hanya sebatas suka ataupun cinta, tapi bahkan udah sayang banget ya?"
Dio mengangguk lalu kemudian teringat sesuatu. "Al! Tapi perjuangan gue selama ini nggak sia-sia!"
Bagas mengernyit. "Maksud lo Bianca udah mulai suka sama lo?"
Dio mengangguk mantap lalu tersenyum. "IYA, AL! Serius, deh. Gue nggak ngerti gimana ceritanya dia bisa suka sama gue, intinya dia cemburu pas gue sama Sasa waktu itu!"
Deg.
Kejadian itu. Bagas menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, berusaha bersikap se-santai mungkin. Padahal batin nya sekarang sedang dilema. Mau dikasih tau, NGGAK MUNGKIN! Bagas tidak mau membuat Dio patah hati. Tapi kalau tidak dikasih tau, takut Dio nge-fly seperti sekarang. Astaga, kenapa jadi rumit?!
"Iya nggak sih, Al? Menurut lo gimana?" tanya Dio lagi.
"Mm, gue nggak tau, Di. Semoga aja dia makin suka sama lo." Jawaban itulah yang akhirnya mampu Bagas berikan.
***
Entah kenapa perut Bianca sejak dua hari kemarin terasa sangat sakit. Sebenarnya Bianca sudah tau apa penyebabnya, itu hal yang lumrah dialami oleh setiap wanita.
Tapi tetap saja Bianca merasa kesal. Sakit perut sangat merusak mood nya. Ia sudah mencoba meminum obat pereda rasa sakit, tapi itu semua tidak berpengaruh untuknya.
Di mobil, ia hanya diam, tidak mau berbicara apa-apa dengan Papanya karena memang ia sedang tidak mood. Sesampainya di kelas Bianca juga cuma meletakkan tasnya lalu tidur.
Sebenarnya ia tidak tidur benaran, ia hanya menutup mata mencoba meredakan sakit.
"Va, pinjem pr mtk lo, dong," pinta Alna.
"Oh iya gue baru nyadar Bianca udah dateng," celetuk salah satu siswi bernama Tiara. "Iya nih, Va. Pinjem pr dong!"
Bianca yang sedang malas ngapa-ngapain hanya berujar. "Ambil aja di tas gue, Al. Gue lagi mager."
Alna menurut, kemudian segera mencari buku Matematika Bianca, lalu menaruhnya diatas meja untuk disalin. Sontak murid-murid lain yang belum mengerjakan pr pun akhirnya jadi berkumpul di meja Bianca.
"Eh apaan sih ini tulisannya kok nggak jelas banget!" ujar Tiara. Kemudian ia bertanya kepada Alna. "Ini apaan, Al? Tulisan Bianca terlalu ajaib, gue ga bisa baca hahahaha.."
Beberapa siswi lain tertawa. Bianca mengerutkan keningnya diatas meja. Apa yang lucu, sih?
Karena merasa terganggu, akhirnya Bianca memutuskan untuk bangkit dan berniat keluar dari kelas.
"Va, lo nggak baper 'kan?" tanya Tiara ketika melihat Bianca beranjak pergi.
"Nggak," jawab Bianca sangat pelan, hingga tak terdengar oleh siswi lain.
"Idih najis baperan. Masih jaman baper-baperan?!" celetuk salah satu siswi yang sedang mencontek tugas Bianca.
Karena memang mood Bianca sedang tidak baik saat ini, ia segera berbalik. "Kalian bisa diam nggak sih? Tadi gue udah jawab 'enggak' tapi mungkin nggak kedengeran. Please jangan bikin emosi pagi-pagi."
Awalnya mereka sempat terdiam. Tapi kemudian siswi lain nyeletuk lagi. "Ya makanya ngomong agak kenceng, dong."
"Wah parah lo, Sya. Udah nyontek punya Bianca juga lo," sahut Alna lagi.
Perempuan bernama Resya itu segera menjauhkan bukunya dari buku Bianca. "Idih nggak jadi deh gue nyontek punya dia!". Setelah itu ia bergegas kembali ke tempat duduknya.
Kepala Bianca terasa panas sekali, ingin pecah rasanya. Ia ingin marah, namun ia belum cukup berani untuk melakukan itu. Akhirnya Bianca segera pergi ke taman untuk meredakan emosinya.
[TBC]
HAPPY 100+ READERS GUYS 💞💞
Makasih banyaaakk buat kalian yang selalu setia baca WW, dari awal sampai sekarang. Aduh, aku sayang banget deh sama kalian😊