抖阴社区

? Vingt Deux - 22

455 56 1
                                        

Hati ini semakin ragu untuk memperjuangkannya, rasa lelah mendominasi hati ini. Rasa sakit mulai muncul perlahan, entah apa yang terjadi nantinya dengan hati. Ia hanya mengikuti alur cerita ini.
•••

Titania menatap lapangan di depannya dengan menopang dagu, menatap teman seangkatannya yang sibuk bermain bola kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titania menatap lapangan di depannya dengan menopang dagu, menatap teman seangkatannya yang sibuk bermain bola kaki. Ia menatap kanan kirinya yang nampak ramai, menghela napasnya pelan dan kembali melihat ke arah lapangan bola.

Matanya memicing saat melihat Rigel yang memasuki perpustakaan, ia beranjak dan berlari menuju perpustakaan. Melepaskan sepatu dan menaruhnya di rak sepatu yang berada di depan perpustakaan. Titania masuk ke dalam perpustakaan yang nampak tenang, aroma buku langsung menyambut Indra penciumannya saat ia melangkah semakin dalam.

Titania mengambil salah satu buku yang berada di dekatnya, melangkah mendekat ke arah Rigel yang nampak sibuk dengan buku di depannya.

“Rigel.”

Rigel mengangkat wajahnya, menatap Titania yang duduk di depannya dengan alis terangkat satu, “apa?”

Titania berdehem, ia tersenyum kaku ke arah Rigel, “gimana kotak musiknya? Ampuh bikin badmood kamu hilang?”

“Hm.”

Titania mengerucutkan bibirnya sebal, “iya apa gak? Jangan hm doang.”

“Iya.”

“Gue bilang juga apa.” Titania terdiam, ia menatap Rigel yang nampak serius membaca. “Kotak musiknya di lo dulu gakpapa, gue lagi gak butuh banget kok.”

“Hm.”

Titania menghela napas, “gue ganggu ya?”

Rigel menatap Titania, menghembuskan napasnya pelan. Ia menggelengkan kepalanya, “gak kok.”

Titania mengeluarkan sesuatu dari sakunya, menulis kata demi kata yang menggambarkan seseorang di depannya. Rigel menatap Titania dengan alis terangkat satu, tidak mengerti dengan apa yang Titania tulis.

Ia memberikan kertas tersebut pada Rigel, “bacanya nanti aja, gue mau ke kelas dulu.” Ia beranjak pergi dari hadapan Rigel dengan langkah santai, sesekali mulutnya mengeluarkan senandung karena suasana hatinya yang nampak senang.

Rigel terus menatap punggung Titania yang menghilang di balik rak buku perpustakaan. Matanya menatap kertas yang diberikan oleh Titania. Dengan ragu ia menguak kertas tersebut, membaca satu kalimat yang Titania tulis.

Senyum Rigel, senyum gak bikin lo mati muda kok 😉

Rigel mendengus geli, ia melipat kertas tersebut dan memasukkan ke dalam saku celana. Ia kembali menyibukkan dirinya dengan buku di depannya.
•••
Titania melangkah santai di koridor sekolah, senyum terus terlihat dibibirnya saat ini.

“Titan!!”

Titania menghentikan langkah, membalikkan tubuhnya menatap Dione yang berlari ke arahnya.

Antara Cinta, Waktu, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang