”Secara fisik aku belum benar-benar pulih, tetapi setidaknya sekarang aku baik-baik saja."
Di mata pria itu, Jihoon terlihat baik-baik saja. Matanya bersinar, wajahnya terlihat segar dengan senyuman tersungging di bibirnya yang merah. Sejak kapan Park Jihoon terlihat cantik seperti ini? Daniel bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Wanita itu cepat pulih karena mendapat asupan makanan yang baik dan banyak istirahat.
"Aku bisa request lagu?”
”Lagu apa?”
“Moonlight.”
“Oh, Moonlight. Pilihan yang bagus.”
Moonlight, sinar bulan. Kira-kira wanita ini akan memainkannya atau tidak? Lagu yang bercerita tentang pantulan sinar bulan di danau yang selalu ada dan menenangkan, menjadi lagu yang biasanya dipersembahkan kepada orang yang kita cintai.
Untungnya wanita itu pernah belajar memainkan piano, entah di reinkarnasinya yang kedua atau ketiga. Waktu itu hanya sebagai hobi saja, jadi tentu saja ada perbedaan mencolok kalau dibandingkan dengan seseorang yang memang menjadikan piano sebagai jurusannya semasa kuliah.
Jari-jari Jihoon menari di atas piano. Dan sesuai dengan perkiraan Daniel, nada-nada yang terdengar berhasil membuat dahinya berkerut. Berbagai pertanyaan kembali muncul di kepalanya. Sebelumnya pria itu memang belum pernah mendengarkan Jihoon bermain piano, tetapi yang dilihat dan didengarnya saat ini terasa bukan dari seseorang yang jago memainkan alat musik itu. Meskipun permainan piano Jihoon sederhana, lama-kelamaan Daniel bisa merasakan kehangatan di setiap nadanya.
"Kenapa? Aneh, ya?"
"Seharusnya kau lebih tahu dibandingkan aku, bukan?"
Daniel tidak ingin menjawab pertanyaan wanita itu. Ia terus memperhatikan wajah tunangannya yang terlihat tulus dan serius itu. Beberapa kali ia mengalihkan pandangannya ke jari-jari Jihoon yang terlihat bergerak ke sana-kemari di atas tuts-tuts piano. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya supaya bisa memahami kemampuan berpiano Jihoon. Untuk pertama kali, penyesalannya muncul karena tidak pernah datang ke konser Jihoon sekali pun.
"Jari-jariku kaku.”
"Maksudmu?"
"Aku sudah lama sekali tidak main piano.”
Jihoon memberikan jawaban apa adanya kepada Daniel yang sedari tadi memperhatikannya.
Terakhir main piano... mungkin sekitar seratus tahun Ialu. Untung saja di abad sembilan betas, piano menjadi pengetahuan umum di kalangan wanita Eropa.
"Sudahlah. Cuma piano, kan? Aku tidak pernah mempermasalahkan apakah kau bisa memainkannya dengan benar atau tidak. Ayo, kita makan malam."
“Tumben. Ada apa? Hari ini kan bukan Jumat."
Daniel tidak menduga kalau Jihoon akan bereaksi seperti itu. Ia pun kembaIi memperhatikan wanita itu. Kali ini Jihoon yang bertanya-tanya.
Kang Daniel adalah pria yang tidak pernah melanggar jadwalnya sendiri. Biasanya mereka bertemu setiap hari Jumat pukul tujuh malam. Mereka akan makan malam, kemudian minum teh, dan selanjutnya Daniel akan mengantarkan Jihoon sampai ke rumah. Tentu saja dengan tatapan dingin. Kencan mereka terasa semakin dingin lagi setelah Daniel membalikkan badannya dan pergi.
”Kau sendiri belakangan ini sering melakukan hal-hal yang tidak pemah kau lakukan. Aku hanya ingin melakukan hal yang sama saja.”
“Oh ya? Jadi sekarang kau pelan-pelan berubah menjadi seorang manusia, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Moon In The Spring. NielWink
FanfictionDi malam bulan purnama, seorang dewi terjebak bersama seorang pria berhati dingin dan licik di permukaan bumi. Dewi Langit, Pria Bumi, lalu Malaikat Kematian. [On Going] ? NielWink ? Fantasy ? Jihoon as Girl
[11]
Mulai dari awal