Lee Jeno tertawa, mengangkat kedua tangan ke atas. "Baiklah, baiklah. Galak sekali. Seingatku kau pernah membiarkan peliharaanmu yang sebelumnya dipakai bergiliran. Kau terlalu posesif untuk yang satu ini." Jeno menunduk, menyejajarkan wajahnya dengan Felix yang lebih pendek darinya. "Apa yang membuatmu berbeda, hm?" bisiknya.
"Jangan macam-macam," desis Jisung santai, menarik Felix ke dalam pelukannya. "Akan sangat memalukan untukmu jika kau mati sia-sia, kan?"
Jeno menarik diri menjauh dan memasang senyum menawannya yang biasa. "Baiklah. Selamat menikmati pestanya, bos. Beritahu aku jika kau butuh apapun."
Sepeninggal Jeno, Felix menghembuskan nafas dan meniup poninya sebal. "Orang tadi mengesalkan, ya."
"Benar. Mau dibunuh saja, prince?" tawar Jisung.
"Astaga, Jisung, tidak semua hal harus diselesaikan dengan membunuh." Felix merengut.
"Ok, ok." Jisung menyerah, memilih mengiyakan kalimat kekasihnya. "Kau lapar, prince? Ingin kuambilkan sesuatu?"
Felix menggigit jari telunjuknya, berpikir sembari melihat segala makanan yang ditata di atas meja-meja di ruangan tersebut. "Bisakah Felix mendapatkan panna cotta?" Dia menunjuk salah seorang pelayan yang membawa nampan berisi hidangan itu, jauh di sudut ruangan.
"Tentu saja. Tunggu di sini." Jisung mengecup dahi Felix, kemudian melangkahkan kakinya menghampiri sang pelayan.
Sepeninggal Jisung, Felix menyadari bisik-bisik di sekitarnya makin mengeras. Beberapa bahkan berani menunjuk-nunjuknya. Salah satu wanita yang berpakaian glamor berbicara dengan berapi-api pada temannya, sebelum kemudian menghampiri Felix.
"Hei,"
"Oh, halo," Felix tersenyum ramah.
"Kau peliharaan barunya Jisung?" Wanita itu menatapnya dengan sorot merendahkan.
"Peliharaan?" Felix memiringkan kepala, bingung. "Maaf, tapi Felix kekasihnya."
Wanita itu terbahak. "Kekasih? Kau kira kau layak menyebut dirimu sebagai kekasihnya? Kau tidak lebih dari peliharaannya, tahu. Coba beritahu aku, sudah berapa kali Jisung memakaimu?"
Felix mengerjap. "Jisung tidak—"
"Chaeyeon, jangan ganggu dia."
Felix dan sang wanita menoleh ke arah suara baru yang menginterupsi. Seorang pemuda dengan setelan Armani yang terlihat mahal menghampiri mereka.
"Hwang Hyunjin, ketua muda grup yakuza Kuro. Salam kenal, manis." Dia memperkenalkan diri pada Felix. "Dan Chaeyeon, pergi sana sebelum aku menjajakanmu di perempatan jalan. Jisung bisa membunuhmu jika tahu apa saja yang telah kau katakan pada si manis ini."
Sang wanita melempar pandang benci ke arah Felix dan Hyunjin sebelum melangkah menjauh.
"Maaf soal itu, manis." Hyunjin tersenyum. "Chaeyeon terobsesi pada Jisung, tapi kau tahu Jisung tidak pernah tertarik pada jalang-jalang di bawah jaringan mafianya. Anyway, siapa namamu, hm?"
Felix mengangguk paham. "Felix."
"Nama yang manis."
Felix menggigit bibirnya sendiri. "Terima kasih."
"Kau tahu, grup yakuza Kuro memang bukan yang terbesar di Korea, karena kami tidak berasal dari negara ini. Tapi jika masalah aset dan kekayaan, kami bisa dikatakan bersaing dengan grup kekasihmu." Hyunjin mendekatkan diri kepada Felix, berbisik di telinganya sementara tangan kiri pemuda itu mengarah ke pinggul Felix. Dia menyelipkan dua lembar kertas ke saku belakang celana Felix sebelum menepuk bokongnya. "Kau masih punya kesempatan untuk hidup lebih baik, manis."

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINESIA ? HAREM!FELIX
Fanfiction?×? 4TH COLLABORATION PROJECT ?×? Harem!FELIX; Uke!FELIX Oneshoot ? T - M [WARN! NC SCENE INCLUDED! MATURE CONTENTS! 18+ REQUIRED!] ? Various Genre YAOI! STRAY KIDS IN YOUR AREA! DON'T REPORT OUR BOOK! PLEASE GO AWAY IF YOU HATE IT!
Nemesis ?
Mulai dari awal