抖阴社区

" Masih capeeeekk~~~ "

5.2K 566 49
                                        

WARN! 2k+ words

.

.

.

Amin yang baru turun dari becaknya di gapura desanya cuma celingukan mencari keberadaan abang-abangnya.

"Lama banget si 'Aa..."

Gak tau aja dia nasib dua abangnya itu yang asik ribut di becak. Yang aslinya perjalanan lama semakin terasa lama karna akang becak mengayuh terasa semakin berat gara-gara dua penumpangnya itu malah ribut bikin becak oleng.

Setelah sekian menit, terlihat objek yang ditunggu Amin melaju dengan kecepatan amat lambat di jalan yang agak menanjak ini. Amin melambaikan tangan, terlihat dua abangnya yang wajahnya kusut di dalam becak tak membalas lambaiannyaㅡjustru malah merengut. Amin keheranan, tapi gak ambil pusing.

Becak berhenti di hadapan Amin, dua penumpangnya pun turun dan memberikan uang pasㅡmasih dengan wajah kusut mereka.

"Makasih kang udah nganterin dua abang saya. Pasti mereka nyusahin di jalan tadi," ucap Amin menyindir dua abangnya yang keliatannya lagi gak akur. Si akang cuma tersenyum maklum sambil mengelap keringatnya dengan handuk di lehernya.

Kemudian si akang pun berlalu kembali menurunin jalan besar yang tak terlalu ramai itu. Kembali menuju pangkalannya di depan pintu masuk desa.

"Merengut wae tu muka," celetuk Amin kemudian berjalan menuju pangkalan ojek dekat sana. Dua lelaki yang lebih tua darinya mengikuti sambil sikut-sikutan.

"Ish, masih gelut wae barudak," gerutu Amin saat melihat dua abangnya masih melempar tatapan sengit sambil sikut-sikutan.

"Udah atuh 'aa, abang... Ayo naek ojek!"

Mereka menghampiri tiga tukang ojek dan melakukan penawaran sampai harga turun sedrastis mungkin. Setelah sepakat, ketiganya pun berangkat dengan ojek masing-masing.

Walau cuaca terik, beruntung desa ini ditumbuhi banyak pepohonan di pinggir jalan sehingga masih terasa teduh.

Mereka melewati jalan setapak yang di tepinya dipenuhi pepohonan rindang, lahan pertanian, dan juga perkebunan milik warga di sini. Tak sedikit rumah warga yang memiliki kebun kecil di halaman rumahnya, sekedar untuk menanam cabai atau tomat. Pemandangan yang jelas sangat beda di Jakarta dimana pemukiman sangat padat dan tak ada lahan lebih untuk bercocok tanam.

Di pinggir jalan pun banyak warga yang lalu-lalang. Ada ibu-ibu yang asik rumpi di depan sebuah warung, gadis-gadis yang sedang menjemur di halaman rumah mereka, anak-anak kecil yang main kejar-kejaran, ada pula balita-balita yang sedang mengorek-ngorek tanah di pinggir comberanㅡberuntung gak pada nyebur.

Nathan tersenyum menikmati semilir angin menerpa wajahnya. Ini yang dia pengen daritadi. Duduk manis di belakang tukang ojek sambil hirup nafas sedalam-dalamnya menikmati sejuknya udara desanya. Bukannya berantem adu bacot gak jelas di dalem becak sama sobatnya.

Jeno juga terlihat menikmati angin selama perjalanan. Di bawah pantulan cahaya matahari dengan rambut berkibas diterpa angin, cowok bertampang bule dengan mata sipit ini berhasil bikin ibu-ibu yang sedang ngerumpi mengalihkan atensi padanya. Siapa yang gak mau punya mantu kayak begitu? Memperbaiki keturunan lah jelas!

Setelah satu belokan kemudian mereka lewati, sampailah mereka di rumah bertingkat dua yang tidak lain tidak bukan adalah rumah nenek Nathan dan Amin. Ketiganya turun dan membayar dengan uang pas. Kemudian memasuki rumah luas dengan kandang ayam di sisi halamannya.

THE BEST DUO ;; Jeno&JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang