Lai Guanlin bukan orang jahat. Hatinya tidak sebusuk itu sampai harus merasa marah atas kebahagiaan orang lain. Dia bukan manusia penuh dengki seperti itu. Ya, kecuali satu hal.
Ketika kedua insan di hadapannya ini mulai mengeluarkan aura merah muda yang manis. Seolah dunia hanya milik keduanya atau setidaknya mereka berada di sebuah ruangan kedap suara tanpa seorang lain pun yang melihat. Padahal nyatanya mereka sedang berada di rumah Guanlin— oh, juga rumah salah satu dari sepasang mabuk cinta itu.
“Kak, aku mau pulang, sekarang sudah pukul 9 malam loh..”
Oh ya tuhan, haruskah si manis itu merengek? Guanlin tahu betul kakaknya— Hwang Minhyun paling anti dengan rengekan menggelikan seperti itu.