Happy Reading guys 🤗
•••
"Neo." panggil Lisa yang tengah mengotak-atik laptopnya, mengalihkan pekerjaannya dengan memanggil nama saudaranya itu.
"Apaan." Neo menyahutinya dengan malas-malasan, matanya setengah mengantuk, dan sungguh Lisa ingin sekali menggeplak kepala Neo, karena wajah tidak niatnya itu.
"Wajah lo bisa di kondisikan nggak?" tanyanya sarkas.
"Dih, malah nge-gas." balasnya tak sinis.
"Muka lo itu tabok-able banget, gausah songong, gue pengen nampol." katanya sambil menutup laptop.
Neo hanya bersikap santai, tak memedulikan Lisa, dan malah meniup-niup poni rambutnya.
"Eh, menurut lo, kalo gue mau kencan lagi nih, enaknya kemana ya?" tanya Lisa tiba-tiba, dan mengalihkan perhatian.
"Tadi ngehina, sekarang malah nanya-nanya lo, dasar saudari laknat!" ucapnya dengan nada yang kesal.
"Yaelah, gitu aja marah lo, bantuin kek elah, gue pusing nih. Tugas belom selesai, di ajak kencan tapi takut corona, masa iya kita kencannya ke kuburan,"
"Nah itu tempat bagus, biar lo inget dosa,"
Pletak!
"Sembarangan kalo ngomong, sekali lagi ngomong ngawur, gue pastiin tengkorak kepala lo retak."
Ancaman Lisa sungguh ampuh, Neo tak lagi bicara, ia diam, takut tengkorak kepalanya jadi korban kekerasan Lisa.
Keduanya hanya diam, Lisa yang memainkan ponsel, dan Neo yang bermain game, ya sebelum bunyi bel rumah terdengar.
"Biar gue aja."
Cegah Lisa saat Neo hendak berdiri dari duduknya, untuk membukakan pintu. Siapa tau 'kan, yang membunyikan bel itu Sean.
Ceklek
Dan benar saja, setelah pintu terbuka, munculah sosok tinggi tampan yang tengah tersenyum simpul ke arah sang pacar.
"Ha--halo, masuk aja Yan." Lisa gugup, ia menginterupsi kekasihnya itu untuk masuk ke dalam rumah, dengan senyum kikuk di bibirnya.
Sean mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah kedua saudara tiri itu, ia lalu duduk di samping Neo yang masih sibuk memainkan game di ponselnya.
"Weh!" Sean menyentaknya, dengam menepuk pundak Neo dengan sedikit kasar, alhasil pemuda berwajah manis itu kaget, karena tak sadar bahwa ada orang lain duduk di sampingnya.
"Anjir, ah nga-getin lo Yan, duh kalah kan gue.." Neo menggerutu kesal.
"Ya maap, abisnya lo sibuk amat."
"Mana si macan, ke dapur ya?" tanya Neo.
"Macan? Lisa maksutnya?"
"Yaiya, siapa lagi yang galak kalo bukan Lisa." Sean tertawa ringan mendengar penuturan Neo. Sebenarnya, jika kedua saudara itu akur, pasti akan dikira pacaran, ya mengingat mereka seumuran, tapi apalah daya pada takdir, keduanya sudah di takdirkan untuk menjadi rival yang selalu beradu mulut.
"Jangan dengerin Yan, tu anak kebanyakan bacot emang." Lisa muncul, bersamaan dengan tawa Sean yang mengudara, gadis itu membawa 3 cangkir susu coklat, juga kue kering.
"Bacot gini saudara lo!" bentak Neo kesal, sembari mengambil kue kering di atas piring, yang dibawa oleh Lisa.
"Heh! Gue lebih tua 5 bulan dari lo ya?! Yang sopan!" titah Lisa dengan senyum jahilnya, tangannya juga mengarah untuk mengambil gelas susu coklat dan menenggaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You [√]
Fanfiction[END] [Sudah di revisi] Awalnya, Lisa kira Sean sama seperti yang lain, takut akan presensinya. Tapi ia salah, karena Sean berbeda. Perlahan namun pasti, Sean dapat merubah sikap Lisa yang buruk, menjadi gadis baik yang manis, dengan cintanya. ???...