抖阴社区

05. Penyesalan

7.2K 946 394
                                        

JAEHYUN TERSENYUM tipis kala memasuki kamar. Matanya  seketika berbinar cerah saat disuguhi dengan pemandangan dimana sang suami kecil nampaknya telah tertidur pulas. Taeyong berbaring menyamping, memeluk guling dengan posisi membelakangi sisi kosong yang akan menjadi tempatnya merebahkan tubuh beberapa saat lagi.

Meski pagi tadi hubungan mereka telah membaik, namun ia maupun Taeyong belum pernah saling bertukar kata maaf atas kejadian kemarin. Bahkan Jaehyun merasa segan untuk menyinggung perihal liburan. Ia hanya tidak ingin keharmonisan mereka di akhir pekan lantas hilang dan berganti menjadi pertengkaran.

Mendaratkan bokong di samping tubuh si lelaki manis, Jaehyun kemudian menarik selimut hingga menutupi tubuh Taeyong; sebatas bahu. Membungkuk lalu mendaratkan kecupan ringan di pelipis juga pipi kiri suami kecilnya sebelum bergumam, “Mimpi indah, sayang.”

Setelah memastikan jika posisi tidur Taeyong tidak akan membuat sosok terkasihnya itu merasa kram atau kesakitan esok pagi, Jaehyun pun ikut membaringkan dirinya. Ia merilekskan tubuh dengan posisi terlentang sebelum perlahan memejamkan mata.

Namun belum sampai tiga menit sejak ia berusaha menjemput mimpi, Jaehyun justru tersentak saat merasakan bibirnya dihinggapi dengan sesuatu yang ringan dan lembut layaknya gulali. Ketika membuka mata, ia refleks tersenyum tipis saat mendapati Taeyong perlahan merangkak di atas tubuhnya.

“Kamu kebangun, Yang?” tanya Jaehyun.

Lelaki yang mengungkung tubuh Jaehyun menggeleng kecil. Ia pun kembali mendaratkan kecupan lain pada ujung hidung mancung suaminya. Membuat sang empu terkekeh geli.

“Pertandingan bolanya udah selesai?” tanya Taeyong dengan suara yang menyerupai bisikan.

Sebab Jaehyun memang meminta izin untuk masuk ke kamar lebih lambat. Tentu dengan alasan ingin menyaksikan siaran turnamen sepak bola ditemani Babah dan Mark di ruang tengah.

“Udah,” Jaehyun membingkai wajah suami kecilnya, “Kamu kenapa belum bobo, hm?”

“Aku nungguin kamu.”

“Kan tadi aku udah bilang, kamu enggak usah nungguin, Yang.” lelaki berlesung pipi itu mengusap pipi tembam Taeyong dengan ibu jari.

“Tapi aku mau ngomongin sesuatu sama kamu.”

“Emang kalau diomongin besok enggak bisa?” Jaehyun menipiskan bibirnya, “Kamu enggak boleh begadang, Yang. Kalau kamu sakit, siapa yang nemenin aku ke kantor coba?”

Taeyong memanyunkan bibirnya sejenak sebelum memilih untuk berbaring di atas tubuh suaminya dalam posisi tengkurap. Kedua lengannya memeluk erat tengkuk Jaehyun sementara wajahnya ia tenggelamkan pada ceruk leher lelaki berlesung pipit itu. Membuatnya seperti bayi yang sedang bermanja-manja.

“Jae...”

“Hm?”

“Maafin aku ya?” gumam Taeyong lirih, “Aku marah-marah mulu sama kamu sejak kemarin.”

Jaehyun tersenyum. Jemarinya lantas bergerak, menyisir helaian rambut merah muda Taeyong lalu bergumam, “Aku juga minta maaf ya karena udah bikin kamu marah-marah mulu.”

Si lelaki manis kemudian mendongak, mempertemukan pandangannya dengan sang yang kini beralih mengusap lembut punggungnya. Membuat ia merasa begitu dihargai dan dicintai. Taeyong ingin menangis saja saat ini.

“Kamu jangan tinggalin aku ya?”

Mendengar penuturan Taeyong lantas memicu tawa ringan dari  si lelaki berlesung pipit, “Tinggalin? Emang aku mau kemana?”

“Aku takut kamu pergi lagi kayak dulu. Kamu ninggalin aku karena aku suka ngatur-ngatur kamu sambil ngomel kan?” Taeyong kembali menenggelamkan wajah pada ceruk leher suaminya lalu bergumam, “Tapi aku kayak gini karena aku sayang kamu, Jae.”

Hiraeth 3 : After | Jaeyong ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang