抖阴社区

71

1.5K 159 18
                                        

Kaira menghampiri Mila yang sedang asik menyeruput minumannya di kantin sendirian. Hari ini memang dia tidak bersama dengan saudaranya yang lain dikarenakan dia ada urusan dengan guru Kimianya. Sedangkan, saudaranya yang lain malah sudah pulang sejak tadi.

"mau ngapain lo kesini?" ketus Mila menatap tajam gadis berbaju ketat di depannya

"gue cuma mau bilang satu hal sama lo" sinis Kaira

"apa?"

"jauhin Chiko, dia cuma mau manfaatin lo"

"tau apa lo tentang Chiko?"

"haha.. Lo tanya gue tau apa tentang Chiko? Uh, pertanyaan konyol macam apaan tuh. Ya, jelaslah gue tau semua tentang dia"

"jangan sotoy deh nenek lampir. Mending lo pergi deh, adanya lo disini bikin gue gak konsen sama minuman gue ini. Kan sayang dianggurin"

"denger ya Mil, Chiko itu ada sangkut pautnya dalam kecelakaan Rio beberapa tahun silam"

Mila terdiam kaku, dia yang tadinya tidak menatap Kaira kini menjadi menatapnya. Diam diam Kaira tersenyum smirk melihat respon Mila yang memang diinginkannya.

"haha... Jangan bohong deh Kai, Chiko gak ada hubungannya sama kecelakaan Rio. Gue tau lo kaya gimana orangnya, lo cuma mau nipu gue kan? Tapi sayangnya lo gak tau gimana caranya, jadi lo memperalat Chiko. Iya kan?" teriak Mila

Kaira terkekeh geli kemudian menunjukkan sebuah video durasi satu menit pada Mila. Dimana, di video itu terlihat Chiko yang mengenakam jaket merah tengah bertemu dengan Rio dan sedikit berdebat dengan Rio. Lalu, Chiko pergi kemudian disusul Rio yang mengejar Chiko dengan kecepatan di atas rata-rata.

Mila, menutup mulutnya tidak percaya. Air matanya menetes membasahi pipi chubynya. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras.

Kemudian, dia pergi meninggalkan Kaira dengan emosi yang memuncak. Setelah kepergian Mila, Kaira tersenyum sinis. Lalu, dia mengirimkan video itu ke Whatsapp Mila.

"haha.. Berguna juga ternyata video ini gue simpan" gumamnya

Sementara itu Mila telah sampai di rumahnya. Dia langsung menuju kamar Prilly untuk memberitahukan video yang baru saja diperlihatkan Kaira padanya.

"apaan Mil?" tanya Prilly yang sedang membaca novel di atas kasurnya

"lo liat video ini Prill. Kaira ngirim ini sama gue barusan. Terus tadi dia juga ngata-ngatain Chiko depan gue"

"oh, seharusnya lo seneng dong. Berarti bukti kita nambah satu dan soal Chiko, biarin ajalah. Itukan emang udah konsekuensi dari apa yang telah dia perbuat"

"iya sih lo bener. Tapi Prill, gue masih gak nyangka aja gitu, tega banget sih si Kaira membeberkan hal itu ke gue padahal itu semua terjadi karena usulan dari dia juga"

"lo tau kan pepatah yang mengatakan bahwa seseorang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan yang dia mau. Mungkin itu yang sekarang lagi di jalankan sama Kaira"

"mungkin aja sih"

Mila membaringkan tubuhnya di atas kasur Prilly sambil memandang langit langit kamar.

"perasaan lo gimana?" tanya Prilly

"perasaan gue? Maksud lo gimana?"

"iya. Gimana perasaan lo sama Chiko? Gue liat liat perlakuan dia rada beda ke elo"

"ya, gue sih biasa aja Prill. lagi pula lo tau kan gak mungkin gue punya perasaan lebih ke orang yang udah bunuh sahabat kesayangan gue."

"di dunia ini gak ada yang gak mungkin Mil, gak ada yang mustahil bagi allah"

"gue tau itu Prill. Tapi, untuk sekarang belum ada yang bisa bikin gue jatuh cinta. Belum ada yang bisa bikin gue nyaman selain Rio, Kirun dan papa"

Prilly tersenyum, dia menutup novel dan meletakkannya di atas nakas. Kemudian, dia ikut berbaring bersama Mila.

"kalau lo sendiri gimana sama Ali?" tanya Mila

"ya gak gimana gimana. Gue nyaman sama dia Mil, dia bisa bikin gue ngerasa dilindungi sama seperti gue ngerasa kaya sama Rio"

"berarti lo nyamain Ali sama Rio dong"

"gak Mil. Ali adalah Ali, walaupun sifatnya mirip dengan Rio tapi mereka tetap beda. Rio dengan segala kespesialannya begitu pula dengan Ali dengan segala kelembutannya"

"semoga aja lo jodoh sama Ali ya"

Prilly hanya tersenyum membalas perkataan Mila. Dia tidak ingin mengatakan apa pun untuk saat ini. Bukankah manusia hanya bisa berencana, semuanya tergantung dengan takdir tuhan.

***

Ali senyum senyum sendiri kala wajah Prilly serta senyum gadis itu merasuki pikirannya. Sudah sejak lama dia menyadari bahwa hatinya telah memilih gadis bertubuh mungil, berambut coklat itu untuk menjadi ratu di hatinya.

Namun, mengingat banyaknya salah yang telah dia perbuat, hingga menyakiti gadis itu bahkan pernah membuat gadis itu masuk ICU, membuatnya minder untuk menyatakan rasa cinta pada Prilly.

"gue cinta sama lo, tapi gue gak tau gimana caranya buat mengungkapkan rasa ini. Secara gue sering banget nyakitin lo, gue sering buat lo nangis bahkan gue pernah gak percaya sama lo disaat semua sodara lo mempercayakan keselamatan lo ke gue. Gue harus gimana, rasa cinta ini semakin lama semakin menumpuk di hati gue untuk lo" lirih Ali

"kalau cinta itu diperjuangkan bukan di pantengin aja, keburu diambil orang nyaho lo."

Ali terkejut dan langsung menoleh ke asal suara. Dia melihat Alya bersandar di samping pintu.

Yah, memang Alya tak sengaja mendengar ucapan Ali saat dia melewati kamar adiknya itu. Berhubung pintu kamar Ali tidak tertutup rapat jadilah Alya bisa masuk sesuka hatinya, lalu mengomentari perkataan Ali.

"lo kok bisa masuk ke kamar gue sih" ketus Ali

"salahin pintu lo yang gak ketutup rapat, sengaja kali bikin akses gue keluar masuk kamar lo semakin lancar"

"bacot lo, mending lo keluar gih. Nganggu aja lo"

"iya-iya gue keluar. Emang ye kalau orang yang lagi galau susah diajak bercanda"

"pergi deh lo. Lo kalau ngomong sering halu"

"kampret lo"

"udah, sana keluar"

"gue bilang Prilly ah kalau lo suka dia"

Setelah mengatakan hal itu Alya langsung keluar dari kamar Ali sambil menutup pintunya. Sedangkan Ali dia merasa kesal dan langsung melemparkan bantal ke arah pintu.

"DASAR KAKAK GILA" teriaknya

Alya hanya terkekeh saja mendengar Ali meneriakinya Gila.

"kenapa sih kak, kok Ali teriak teriak gitu?" tanya Alesa pada Alya yang baru turun dari lantai atas

"gak apa apa Ma, biarin aja dia lagi galau tuh"

"galau kenapa?"

"ada deh, mama kok berubah jadi kepo sih"

"duh, mama kan pengen tau anak anaknya mama itu ada masalah apa, gitu aja kok"

"hehe... alya bercanda Ma. Dia katanya cinta sama cewek tapi minder mau ngungkapin, katanya cewek itu terlalu sempurna buat bersanding sama dia"

"emang siapa ceweknya"

Alya menggeleng, seakan tidak tau siapa gadis yang bisa membuat adiknya uring uringan seperti itu.

"Alya ke kamar ya Ma"

"yaudah sana gih, istirahat"

"iya, mama juga jangan terlalu cape cape, Alya gak mau mama sakit"

"iya sayang".

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang