MALAM ini sunyi, seperti biasa. Hanya ada suara kipas angin tua yang menderu beradu dengan detak jarum jam yang tidak terlalu lantang. Ayuna duduk bersila di atas tempat tidur, bersandar pada tumpukan bantal. Lampu kamar sengaja ia redupkan, menciptakan bayang-bayang panjang di dinding. Di tangannya, sebuah foto polaroid yang sudah mulai usang.
Ayuna memandangi foto itu lekat-lekat sembari jari jempolnya mengusap halus. Terlihat dirinya dengan Haikal berdiri berdampingan, tangan Haikal merengkuh pundaknya. Mereka berada di depan mading sekolah, nampak tertawa lepas dan masih menggunakan seragam biru-putih khas SMP. Di belakang mereka terpajang hasil kerja keras satu ekstrakurikuler mading.
Haikal, orang yang selalu excited dengan ide-ide yang Ayuna ujarkan saat ekstra berlangsung. Orang yang selalu tersenyum manis hanya pada dirinya dan orang yang selalu ada untuk Ayuna dalam situasi apapun.
"Aku nyaman aja kalau ngobrol sama kamu. Kayak... beda aja." Ucap Haikal 5 tahun yang lalu dan selalu berhasil membuat Ayuna bahagia.
Ayuna bergerak, memotret kenangan itu hendak mengirimkannya kepada Haikal. Siapa tahu pacarnya itu mengingat kembali kata-kata manis yang dulu pernah ia ucap.
[Kak, aku kangen masa-masa ini]
Namun Ayuna tahu ini akan menjadi sumber masalah, seolah Haikal sangat phobia dengan kata 'kangen', ia menghapusnya.
[Kak, dulu kita selucu ini yaa?]
Dulu Ayuna pernah mengirimkan hal serupa dan balasan Haikal hanya 'iya' lalu mengalihkan topik. Ayuna sedikit kecewa.
Ia menghapus lagi.
Semakin Ayuna mengetikkan kata, semakin banyak pula ia memikirkan balasan apa yang mungkin akan dilontarkan Haikal— tentu saja ujungnya akan hanya menyakiti hatinya. Ayuna kemudian memutuskan untuk tidak mengirimkan pesan apapun kepada Haikal, daripada membuat Haikal kesal. Ia hanya memilih mengunggahnya di Instagram stories. Tidak ada kata-kata, hanya ada potongan lagu Heather milik Conan Gray yang berdurasi 15 detik.
Ayuna merebahkan diri setelah meletakkan kembali foto polaroid itu di nakas. Handphonenya masih menyala, ia masih menunggu Haikal sembari menonton ulang storynya.
Mata Ayuna sampai hampir terpejam, namun satu notifikasi berhasil menyadarkannya. Ayuna sempat tersenyum, ia kira Haikal membalas pesannya atau mengomentari postingannya. Ternyata bukan, dahinya berkerut saat membacanya.
noah.emmanuel started following you
Belum sampai 10 detik masuk satu notifikasi lagi, kali ini direct message atau DM.
[Kak Ayuna, ini aku Noah yang tadi. Follback yaaa! hehe <ketawa baik>]
"Noah? Si bocil tadi?" Ayuna dibuat bertanya-tanya sendiri. Ia penasaran, kemudian mulai mengunjungi akun cowok itu, tanpa menggubris pesan yang dia terima.
Ayuna sempat kaget dengan akun Noah. Akun itu mempunyai pengikut lebih dari 1000 orang dan yang diikuti hanya 78 orang saja, rata-rata yang difollow Noah cowok semua dan akun-akun yang menurut Ayuna sangat berguna seperti belajar bahasa inggris, matematika, self improvement, dan lain-lain. Sementara itu yang mengikutinya kebanyakan cewek. Kalau Ayuna tidak salah ingat, meskipun penampilan Noah terkesan seperti anak nakal tapi tampangnya tidak rugi juga untuk dikagumi, meskipun menurut Ayuna kalau disandingkan dengan Haikal tetap tampan Haikal.
Foto profil Noah dia sendiri berdiri di bawah rambu lalu lintas 'STOP di malam hari, namun entah disengaja atau tidak fotonya sangat blur, bahkan hampir tidak jelas kalau itu dia.
"Dasar bocil kematian." Diam-diam Ayuna menggelengkan kepala. Dan langsung mematikan handphonenya karena sudah tidak ada apa-apa lagi di sana. Haikalpun juga tidak kunjung mengiriminya pesan dan matanya sudah tidak bisa diajak kompromi.
•••
"Ayuna Elvaria Azzahra... namanya secantik orangnya."
Noah memandang atap-atap kamar yang bertabur bintang-bintang palsu glow in the dark. Di kamar gelap bernuansa galaxy ini Ia tersenyum sendiri seperti orang gila. Membayangkang senyum, cara bicara, dan semua hal kecil yang dilakukan Ayuna tadi. Apalagi saat Ayuna menyahuti ucapannya tadi, "In the end..." Noah mengulanginya lagi, tangannya mengepal tidak tahan menahan rasa gemas.
Speaker kecil di nakas mengalunkan lagu Until I Found You milik Stephen Sanchez dengan lirih seolah mendukung perasaannya sekarang ini.
Noah memutar tubuh, meraba handphonenya yang juga berada di nakas. Ia membuka galeri, melihat kembali kartu try out milik Ayuna yang ia foto beberapa waktu lalu. Ia semakin bahagia melihat wajah polos Ayuna menggunakan seragam putih abu-abu, rambutnya di kuncir satu dengan sedikit senyuman. Menurutnya Ayuna sangat cantik natural dan terlihat jelas kalau siswi pintar.
Lama memandangi, Noah terpikirkan sesuatu. Ia beralih ke aplikasi Instagram dan tangannya dengan lihai mengetikkan nama Ayuna. Ada banyak nama pengguna di sana. Satu persatu Noah kunjungi dengan sabar dan berakhir pada satu akun yang sangat ia yakini itu milik Ayuna meskipun tidak ada foto profile. Noah menekan akun bernama ay.elvariaazahraaa. Tidak dikunci dan ada story yang masih aktif. Noah sempat ragu, namun rasa penasaran mengalahkan segalanya. Dan Noah bisa bilang kalau ini memang akun Ayuna, karena di Instagram storynya ada foto polaroid dimana Ayuna dengan beberapa temannya. Mereka semua terlihat sangat bahagia, namun yang membuat Noah salah fokus adalah ada cowok di sebelah Ayuna yang merangkulnya, dan Ayuna malah terlihat sangat bahagia.
♪ I still remember, third of December
Me in your sweater, you said it looked better
On me than it did you, only if you knew
How much I liked you, but I watch your eyes as she ♪Potongan lagu di insta story Ayuna membuat dadanya sedikit sesak sekarang.
"Mungkin cuman temen atau sahabatnya. Yah, bisa jadi 'kan?" Noah bermonolog, menghibur diri.
Tangannya sudah gatal ingin memencet kata 'follow. Ia berada di ambang keraguan, namun di sisi lain, "You only life once, right?" Noah memutuskan untuk memfollow Ayuna, dan bukan hanya itu ia juga mengirimkan sebuah pesan. Baru kemudian Noah beralih ke tampilan lain. Tidak ada postingan feeds, pengikut hanya 53, sementara yang diikuti jumlahnya juga hampir sama dengan pengikutnya. Yang membuat Noah salah fokus adalah dua highlightsnya. Noah semakin menyamankan posisi tidurnya sebelum memencet highlights pertama: books. Isinya sesuai dengan judulnya. Kumpulan foto-foto buku dengan tone yang sama dan dibumbui lagu-lagu yang pas dengan isinya.
Highlights ke dua yang diberi nama: rain. Isinya foto dan video hujan dengan tone yang serupa juga, namun kali ini dibumbui caption-caption syahdu seperti buatan Ayuna sendiri. Dan Noah mulai membacanya satu per satu.
Hujan itu seperti kenangan:
turunnya perlahan, basahnya diam-diam.Noah tersenyum kecil, membaca yang selanjutnya dan malah tidak memperhatikan fotonya.
Di antara gemuruh langit dan derasnya hujan,
yang paling kurindukan tetap suaramu.Ada sedikit rasa aneh di dada Noah, namun ia tetap melanjutkan melihat dan membaca highlights itu.
Kadang aku tak tahu mana yang lebih menyakitkan...
rintik hujan yang dingin,
atau rindu yang tak pernah kau jawab.Noah hanya bisa menarik napas dalam.
Hujan mengajarkanku satu hal:
bahwa mencintaimu tak harus lantang,
cukup setia jatuh,
meski tak pernah kau sadari.Noah penasaran, siapa yang bisa membuat Ayuna merangkai kata-kata seperti itu, hingga akhirnya satu notifikasi membuatnya tahu segalanya. Mungkin untuk berhenti berharap? Atau justru melangkah lebih dekat, karena mungkin ini bisa jadi kesempatan....
• to be continued •

KAMU SEDANG MEMBACA
Even If I Loved You
Teen Fiction"Kadang bukan lamanya waktu yang membuatmu bertahan, tapi siapa yang paling sering ada saat kamu merasa sendirian."