Hanya mengenakan kaos oblong oversize berwarna putih dan celana pendek, Pia duduk sambil memeluk bantal di depan teve. Sudah hampir dua minggu kelakuannya begini, ia pikir dengan cepat lulus maka semuanya akan selesai. Tapi kenyataannya ia hanya menambah masalah baru. Rasa bosan menghampirinya setiap hari, terkungkung di rumahnya sendiri.
"Hari ini nggak ke butik?" Tanya Tiffany dari belakang. Pia menoleh lalu menggeleng. Oh ya, ada satu lagi kegiatannya, sesekali datang ke butik numpang tidur.
Beberapa kali Papa-nya menawarkan agar Pia bekerja di perusahaan relasi Adinata. Tapi ditolaknya dengan alasan idealisme bahwa ia tidak akan minta bantuan pada Adinata yang punya banyak "orang dalam", terlebih ia sedang mencoba menjadi dewasa dengan meminimalisir bantuan terlebih dari sang Papa.
"Daripada di rumah mulu, kan lebih enak di butik," ujar Tiffany lagi. "Lo bisa ngeliat gue ngedesain, nyari bahan, lo bisa ke studio, atau apa kek daripada di rumah."
"Nggak mau ah, bosen, ngerti juga nggak. Lagian nih kak, mana ngerti sih aku tuh kerja kayak gituan, ke butik malah tambah bikin puyeng," jawabnya.
Tiffany mengangguk, "mengingat dan menimbang baju-baju yang kamu pakai model dan jenisnya begitu semua, kakak paham."
"Dan itu namanya nyaman. Bukankah fashion itu tentang kenyamanan dan kepercayaan diri, am I right?" Ujarnya membela diri.
Tiffany mengangkat kedua bahunya, mengisyaratkan bahwa ia menyetujui pernyataan adiknya barusan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Atau mau coba kerja di kantor?" Kali ini Nicki bersuara. "Yah, itung-itung jadi anak magang dululah, biar punya pengalaman. Sebenarnya kita lagi butuh buat bantu-bantu soalnya baru ada yang resign minggu lalu. Mau coba?"
"Mau!" Serunya, seketika membuat Nicki dan Tiffany tertawa dengan tingkah polos Pia barusan.
"Ya udah. Kalo mau nanti kakak omongin sama yang lain. Kamu liat aja dulu job desk-nya, kakak nggak maksain buat kamu kerja langsung tapi seenggaknya tau kalo dunia kerja tuh kayak apa. Apalagi ini kan bergerak di bidang design interior jadi sebenarnya agak jauh sama mata kuliah kamu," ujar Nicki menjelaskan.
"Jauh banget malah. Dari geologi masuk ke interior," timpal Tiffany.
"Tapi nggak pa-pa. Jurusan kuliah dan IPK kamu bukanlah segalanya," lanjut Nicki, membesarkan hati adik iparnya.
Pia tersenyum senang, sudah mulai membayangkan bagaimana ia akan bekerja nanti. "Tapi ini tuh termasuk KKN kan, kak? Aku nolak bantuan papa karena takut nepotisme," Tanyanya tiba-tiba, membuat Tiffany kembali tergelak.
"Nggak pa-pa. Temennya papa juga banyak kok yang gitu," balas Tiffany seraya tertawa, membuat Nicki ikut tergelak dengan ucapan istrinya barusan. "Sesekali nepotisme diperlukan untuk kelangsungan hidup."
"Kalo setuju, besok kita mulai!" Ucap Nicki mantap.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.