[Budayakan follow sebelum membaca ceritanya]
Jika kalian pikir kisah anak remaja merupakan kisah yang sederhana, kalian salah. Kisah Ankaa, Aludra, dan keenam temannya tak seperti apa yang kalian kira.
Lika-liku persahabatan dan masa lalu membuat ki...
*Sttt ... jangan lupa beri vote terlebih dahulu. Jangan lupa comment di setiap paragraf atau minimal di akhir setelah membaca. Trimaciii!
------------------
Now playing : One Direction - Moments
"Berapa banyak lagi hal yang bisa kita lakukan? Sedang, bayang-bayang masa lalu selalu ada dalam ingatan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh, itu. Ceritanya lagi ngode, nih?"
Ankaa menepuk bahu Aludra lalu terkekeh pelan. "Sekali-kali, Al," ucapnya.
"Perasaan tadi ada yang bilang makan di rumah aja, siapa ya? Apa gue salah dengar?" sahut Aludra mengejek, tapi tak urung putar balik menuju rumah makan yang Ankaa maksud.
"Ya udah sih, Al. Kapan lagi makan sate berdua. Lagian mulai besok pasti makin sibuk belajar, ya kan?"
Aludra mengangguk-anggukan kepalanya, membenarkan. Dia mana bisa menolak kemauan Ankaa untuk makan. Apa pun yang ingin dia makan, sebisa mungkin Aludra mengabulkannya. Bukan hanya dirinya, tapi keluarga dan teman-teman dekat Ankaa pun melakukan hal yang sama. Jangan tanya apa sebabnya, lambat laun kalian akan mengerti mengapa Ankaa diperlakukan begitu.
"Al, stop!" Ankaa berseru heboh saat berada tepat di depan rumah makan yang dia maksud. Senyumnya mengembang sempurna.
Setelah Aludra memberhentikan motornya, buru-buru Ankaa turun dari motor dan membuka helm, lalu bergegas masuk ke dalam rumah makan. Meninggalkan Aludra yang masih disibukkan dengan motornya.
Ankaa melihat deretan menu apa saja yang tersedia di sana. Pilihannya jatuh pada sate maranggi dan sop iga, ditambah dengan lemon tea dingin sebagai minumnya.
"Mau pesen apa?" tanya Ankaa.
Aludra yang baru masuk mendekat lalu duduk lesehan di hadapan Ankaa. Pemuda itu ikut memperhatikan menu. "Samain aja deh," jawabnya.
"Oke." Ankaa memanggil pelayan lalu menyebutkan pesanannya. Sambil menunggu hidangan datang, keduanya mengobrol dengan santai.
"Semalem belajar apaan sih?" tanya Ankaa.
"Materi yang biasa aja, sih. Ngulas materi pelajaran kemarin, terus pelajari sedikit materi baru," jawab Aludra.
"Al, 'kan udah kubilang, jangan terlalu maksain, deh. Lagian sekolah juga baru mulai besok. Toh pasti guru-guru juga gak langsung ngajar."
Penjelasan Ankaa membuat Aludra berdecak. "Iya emang, sekolah baru mulai besok, tapi masa depan nggak bisa ditunda-tunda, An."
Ankaa mengembuskan napasnya jengah. Topik ini tak akan pernah bisa dia menangkan sekuat apa pun argumennya. "Iya, deh. Terserah yang pintar aja."
"Makanya belajar, biar pintar."
Seorang pelayan datang menginterupsi percakapan Ankaa dan Aludra. Tangannya membawa satu kodi sate maranggi dan dua mangkuk sop iga. Tak lupa dengan dua piring nasi dan lemon tea dingin.