"Jja, tiuplah lilinnya sekarang!" teriak Ten antusias
Winwin dengan senang hati segera menuipkan lilin yang menyalah di atas cake, mengepalkan kedua tangannya mengucapkan sebuah permohonan.
"Terima kasih sudah mempertemukanku dengan sahabat yang baik seperti Taeyong dan Ten, semoga mereka selalu bahagia dan selalu bersama-sama hingga menua."
"Apa yang kau inginkan?" ucap Ten pada Winwin yang baru saja membuka matanya.
"Rahasia." jawab Winwin terkekeh saat melihat Ten mencebik lalu memotong kue memberikan kepada kedua sahabatnya.
"Semoga keinginanmu terkabulkan, Win." ujar Taeyong mengusap bahu Winwin yang hanya tersenyum dan menerima suapan cake dari sahabatnya.
Genap dua puluh empat tahun usianya, memang hanya mereka bertiga yang merayakannya di apartemen milik Ten, walaupun sederhana tetapi sangat mengesankan untuk Winwin.
Tiga tahun lalu semenjak Winwin untuk memutuskan pergi dari China; kota asal kelahirannya, karena ia sudah tidak tahan akan tingkah sang ibu yang selalu menghaburkan uang bersama ayah dan kakak tirinya.
Ayah kandungnya sudah meninggal karena mempunyai penyakit gagal ginjal yang di deritanya, sehingga saat ini ayahnya sudah bahagia berada di pangkuan Tuhan, hari ke lima setelah kepergian sang ayah saat itu juga ibu Winwin menikahi lelaki lain tanpa persetujuan dari dirinya. Di situlah semua kehidupan Winwin berubah dengan ke egoisan dan kesenangan semata yang selalu ia dapatkan setiap detik oleh keluarganya sendiri.
Menyedihkan sekali bukan hidupnya?
Setidaknya saat ini Winwin bersyukur mempunyai sahabat seperti Taeyong dan Ten yang perngertian dan selalu ada di sisinya, walaupun terkadang bar-bar di saat yang bersamaan.
"Win..ups!"
Sebuah cream menempel tepat di pipi Winwin. Seharusnya ia mengetahui jika hal ini akan terjadi dan tidak menoleh ke arah Ten yang memanggilnya.
"Chittaphon leechaiyapornkul!!" teriak Winwin ketika melihat Ten sudah melarikan diri.
"Haha..bukan aku tapi tanganku!!" jawab Ten dengan teriakan.
Menyolekan cream cake, Winwin melirik kesamping dengan senyuman jahilnya ia mengarahkan jarinya kepada Taeyong, Melihat itu Taeyong menggelengkan kepala dan menahan tangan Winwin, sungguh karena ia sangat membenci benda lembek dan berminyak itu.
Namun usaha Taeyong menghindar gagal, buktinya sekarang wajahnya sudah dipenuhi oleh cream. Winwin terkekeh ketika berhasil membuat karya seni diwajah sahabatnya.
"Oke!! kita mulai permainannya!" ujar Taeyong lantang dengan tangan dipenuhi cream begitu juga dengan Winwin yang sudah berlari menyusul Ten yang entah hilang kemana.
Taeyong berlari kekamar Ten, ia akan membalasnya dengan memberi lulur diwajah kedua sahabatnya itu. Siapa yang ulang tahun, siapa yang jadi korbannya.
Begitulah rutinitas ketiga sahabat itu ketika salah satu dari mereka ada yang berulang tahun. Pesta cream, ruangan yang dipenuhi dengan gelak tawa dan cake yang sudah tidak terbentuk berhamburan dilantai. Rutinitas yang tidak pernah terlewakan.
TBC
Vote and comment.
•Maaf kalo masih berantakan ceritanya🙏 komen aja gpp dimana yg salahnya, baru belajar nulis kek gini soalnya..
•Tolong bantu dukungan & bimbingnya😊
•Ini Real cerita hasil dari otakku gk ada yg copypaste.
•kalo banyak yg voment aku up part selanjutnya.hargai karya yang buat cerita💚
-Call me Nai

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Be Chance | Yuwin
RomanceSebuah ketidaksengajaan kecil yang berujung menjadi kisah cinta. Untuk pertama kalinya Yuta mencintai lelaki mungil yang mempunyai hati sulit untuk di taklukan dan tingkah misterius nya. Akankah Winwin mengizinkan Yuta untuk menuliskan namanya di ha...