⸙ Eridanus Marryne Glandwicjk POV
DALAM waktu singkat Pertahanan terhadap Ilmu Hitam menjadi pelajaran favorit bagi semua anak. Hanya Draco Malfoy dan geng Slytherin-nya yang bicara buruk tentang Profesor Lupin.
"Lihat jubahnya," Bisik Malfoy keras-keras kalau Profesor Lupin lewat. "Caranya berpakaian seperti peri rumah kami."
Tetapi anak-anak lain tak peduli dan tak keberatan jubah Profesor Lupin lusuh dan bertambal. Pelajaran-pelajarannya yang berikut sama menariknya dengan yang pertama. Setelah Boggart, kami belajar tentang Red Cap-Topi Merah, makhluk jahat seperti
goblin yang bersembunyi di tempat-tempat pertumpahan darah, di ruang-ruang bawah tanah
kastil dan lubang-lubang di medan perang, menunggu kesempatan memukul orang-orang yang tersesat dengan gada. Dari Red Cap kami maju ke Kappa, penghuni air mengerikan yang tampangnya seperti monyet bersisik, dengan tangan berselaput seperti kaki bebek, gatal ingin mencekik siapa saja yang tanpa sengaja mengarungi kolamnya.Setelah malam detensi waktu itu, Aku dan Profesor Lupin sering sekali bertemu di Menara Astronomi hanya sekedar untuk mengobrol atau-pun minum Cokelat panas bersama. Jika ada waktu senggang di sore hari, kami biasa pergi berdua ke hutan terlarang dan bertemu dengan beberapa kawanan Centaur.
Hari ini adalah pelajaran pemeliharaan satwa gaib. Tak seorang pun benar-benar menyukai Pemeliharaan Satwa Gaib, yang setelah pelajaran pertama yang super-seru, berubah menjadi sangat membosankan. Hagrid kelihatannya sudah kehilangan percaya diri. Sekarang kami menghabiskan waktu mempelajari bagaimana memelihara Cacing Flobber, makhluk hidup yang paling membosankan.
"Buat apa kita peduli bagaimana memelihara cacing itu?" Kata Ron, setelah melewatkan satu jam menjejalkan cacahan selada ke dalam tenggorokan licin Cacing Flobber.
"Hagrid, bisakah kita mempelajari tentang Naga saja?" Ujarku bosan.
"Boleh saja jika kau ingin Aku di pecat, karena membawa Naga ke hadapan kalian" Kata Hagrid. Aku meringis mendengarnya.
Meskipun demikian, pada awal Oktober, Aku punya Kesibukan yang sangat menyenangkan. Musim pertandingan Quidditch sudah dekat, dan Oliver Wood, kapten tim Gryffindor, mengadakan rapat pada suatu Kamis malam untuk mendiskusikan taktik menghadapi musim pertandingan baru ini.
Oliver Wood adalah pemuda gagah berusia tujuh belas tahun, sekarang berada di kelas tujuh, tahun terakhirnya di Hogwarts. Suaranya mengandung nada putus asa ketika dia bicara kepada kami-enam anggota timnya di kamar ganti yang dingin, di ujung lapangan Quidditch yang sudah mulai gelap.
"Ini kesempatan terakhir kita-kesempatan terakhirku-untuk memenangkan Piala Quidditch," Katanya, sambil berjalan mondar-mandir di depan kami. "Aku akan meninggalkan Hogwarts pada akhir tahun ini. Aku tak akan pernah punya kesempatan lain."
"Gryffindor sudah tujuh tahun tak pernah menang. Oke, memang kita selama ini sial terus-ada yang luka-kemudian turnamen dibatalkan tahun lalu..." Wood menelan ludah, seakan kenangan itu masih membuat tenggorokannya serasa terganjal tangis. "Tetapi kita
juga tahu tim kita adalah tim yang paling baik dan paling kuat di sekolah," Katanya, meninju telapak tangan kirinya dengan kepalan tangan kanannya, matanya kembali berkilat menggila."Kita punya tiga Chaser hebat." Wood menunjuk Aku, Angelina Johnson, dan Katie Bell.
"Tapi Aku baru saja bergabung, Wood" Ujarku.
Mata Wood beralih kepadaku, "Meskipun kau baru bergabung, Aku sudah melihat kehebatan kau saat berlatih kemarin" Katanya semangat.
"Kau berlebihan, Wood" Ujarku, lagi.
"Aku serius, Nona Glandwicjk" Balas Wood dengan muka galaknya.
"Kita punya dua Beater yang tak terkalahkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Possible? | Remus Lupin
Fantasy????????? ??????? ????? ????? ?????? ??????? ????? ??????? ??? ???? ?? ??????? ?????. ??? ????? ????? ?????? ???? ????-???. ?????????? ?...