⚠️WARNING ⚠️
INI ADALAH FF TAENGSIC (TAEYEON & JESSICA) ALIAS COUPLE PEMPEK (KAPAL SELAM YANG SUDAH KARAM HINGGA HILANG DITELAN PALUNG MARIANA)
Selama berada di kafetaria Jessica masih setia memandangi dildo berwarna merah muda milik wanita yang ia temui di London waktu itu. Dan ternyata wanita itu adalah jajaran orang hebat di universitas nya. Ia tidak tahu bagaimana cara harus mengembalikan nya, sedangkan ia sudah berjanji akan mengembalikan ini pada sang pemilik. Bagaimana bisa ia mengembalikan jika sang pemilik saja saat bertemu dengannya seolah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Tentu, ia adalah orang yang angkuh dan sok keren setiap kali mengajar. Itu yang dipikirin Jessica.
"Yak!! Bisakah kau simpan benda itu sementara? Kita sedang makan!!" Bentak Sooyoung kemudian merebut dildo dari tangan Jessica.
"Aku yakin dia orangnya, bagaimana cara mengembalikan ini padanya...." Ucap Jessica lirih dengan tatapan kosongnya.
"Dia yang kehilangan barang ini, kenapa aku yang harus berpikir bagaimana cara mengembalikannya., Memangnya aku meminjam benda menjijikan ini? Huh?!" Ucap Jessica kesal.
"Tapi kau sendiri yang berjanji padanya akan mengembalikan benda itu." Ucap Yoona kembali.
"Benar juga, siapa juga yang akan mengira jika benda yang di dalam pouch itu adalah dildo. Ini karena kau Yoong!! Lain kali jangan membuka benda yang bukan punyamu sembarangan!" Bentak Jessica pada Yoona.
"Maafkan aku, hehe." Ucap Yoona sambil menyengir.
"Apa dia akan marah padaku? Karena mempermalukannya tadi?" Tanya Jessica pada teman-temannya.
"Kau yang mempermalukan dirimu sendiri, dasar bodoh. Bisa-bisanya mengeluarkan dildo seolah seperti samurai yang mengeluarkan pedang katana nya." Ucap Sooyoung yang tak habis pikir dengan temannya.
"Huhu.. bagaimana ini." Rengek Jessica kembali dengan bibir melengkung.
"Berhentilah merengek, kau bisa langsung datang ke ruangannya dan berikan itu padanya, Unnie." Ucap Yoona memberi saran.
Sedangkan Taeyeon kini sedang berada di mejanya sambil menunggu seseorang yang kira-kira akan datang untuk mengembalikan barang berharganya. Sebenernya benda seperti itu jika hilang pun tak masalah, ia bisa membelinya lagi. Namun, yang membuatnya berharga adalah benda itu pemberian dari seseorang, ia merasa bersalah saat menghilangkannya. Jam kerja nya mengajar sudah usai, namun ia benar-benar menunggu hingga kampus ditutup pun, gadis yang membawa barangnya tak kunjung datang untuk mengembalikannya.
_______________________
Jessica berada di depan cermin sambil memperhatikan wajahnya yang sudah ia polesi dengan make up. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja paruh waktu.
"Sudahlah, jangan berlebihan memakai riasan, kau hanya akan bekerja sebagai barista. Bukan sales marketing." Ucap Yoona yang duduk di ranjang Jessica.
"Aku memakai make up untuk diriku sendiri, bukan orang lain ataupun menarik perhatian." Jawab Jessica sambil memakai maskara tebal di bulu matanya.
"Aku berangkat dulu ya adik manis, jangan mengacaukan rumah selama tidak ada aku." Ucap Jessica mengusap kepala Yoona kemudian pergi sambil menenteng tas selempangnya.
______________________
Taeyeon baru saja pulang ke rumah dan langsung disambut oleh ibunya yang kini sedang berada di meja makan bersama sang suami dan anak keduanya.
"Bersihkan tubuhmu setelah itu lekas lah kemari nak, kami menunggu mu." Ucap Ibunya menyuruh Taeyeon.
"Silahkan makan saja tanpaku." Jawab Taeyeon dingin.
"Unnie! Kami sudah menunggumu pulang begitu lama, namun saat kau sudah sampai, kenapa dengan mudah sekali kau menolak?! Kenapa kau tidak pernah memikirkan perasaan Eomma?!" Ucap adik nya yang merasa batas kesabarannya habis karena sang kakak tidak pernah menghargai ibunya sama sekali selama ini.
"Kalau begitu mulai sekarang jangan menunggu lagi." Ucap Taeyeon kemudian masuk begitu saja ke dalam kamarnya.
"Yuri-ah, tidak papa. Mungkin kakakmu memang sedang lelah." Ucap Nyonya Kwon menyuruh anaknya yang sedang berdiri itu agar segera duduk.
Setelah masuk ke dalam kamar, Taeyeon terlihat mengepalkan tangannya begitu kuat, ia benci melihat ibunya, ia benci melihat ayah tirinya, dan ia juga benci melihat adiknya yang terlihat banyak bicara seperti tadi.
Dengan cepat ia masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamarnya dan mulai membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai ia keluar dari rumah dan menuju tempat yang biasa ia singgahi. Ia melajukan mobilnya begitu cepat dan berhenti di salah satu Cafeshop.
"Americano dengan extra shoot." Ucap Taeyeon pada sang kasir.
Setelah duduk dan menunggu, akhirnya pesanannya sudah datang. Dengan cepat ia meneguk minuman segar serta pahit itu hingga hanya tersisa setengah. Ia menyerngitkan dahi saat merasakan minumannya yang terasa sedikit asing dan baru.
"Karyawan baru sudah mulai bekerja?" Tanya Taeyeon pada sang kasir dan sang kasir mengiyakannya.
Taeyeon hanya mengangguk pelan, pantas saja kopi yang ia minum kini terasa sedikit amatir. Taeyeon hanya melamun memikirkan kejadian di rumah tadi. Dia yang selalu terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitarnya padahal kenyataannya selalu memikirkan semua perkataan orang tentangnya, semuanya.
Benarkah ia orang yang seperti itu? Tidak pernah memikirkan perasaan ibunya? Ia hanya tersenyum pahit saat mengingat kata-kata adik brengseknya yang selalu terngiang-ngiang di kepala.
"Kau tidak akan tahu, kecuali jika kau berjalan di atas sepatu ku." Ucapnya dalam hati.
Lamunannya terbuyar setelah ada seorang gadis yang merupakan karyawan di sini berjalan mengantarkan pesanan milik pelanggan.
"Kau!!" Tunjuk gadis itu yang terkejut melihatnya. Sedangkan ia hanya mengerutkan dahi tak senang, ia benci jika ditunjuk-tunjuk seperti ini. Seolah dirinya sedang direndahkan.
"Ah, maksud saya Profesor Kim.." Ralat gadis tersebut.
"Kembalikan barangku sekarang juga." Ucap Taeyeon tanpa basa-basi. Ia tidak akan melakukan basa-basi yang seperti orang biasa lakukan, karena menurutnya itu sangat membuang-buang waktu berharganya.
"Tentu aku tidak membawanya, ada di tas kuliahku. Dan sekarang aku sedang bekerja." Ucap Jessica.
"Bukankah sudah kubilang berikan padaku saat kita berada di kampus?!" Tanya Taeyeon sedikit menekan kata-katanya.
"Lalu bagaimana lagi? Kita tidak bertemu." Ucap Jessica juga menyolot.
"Kau bisa menemuiku di ruanganku!" Ucap Taeyeon lagi.
"Aku sibuk, tidak ada waktu untuk datang ke ruangan anda." Ucap Jessica.
"Sibuk? Apa yang kau lakukan? Bukankah kau hanya mahasiswa tingkat dua yang tidak aktif dalam kegiatan apapun? Kau mengikuti olimpiade? Apa kau aktivis? Apa kesibukanmu?" Tanya Taeyeon.
"Kenapa anda bagitu penasaran? Memangnya sibuk harus dengan kegiatan yang anda sebutkan itu? Sudah kuduga kau adalah orang yang sombong dan angkuh. Cih, menyebalkan sekali. Jangan memaksaku untuk tunduk padamu jika kita di luar kampus!" Ucap Jessica tak senang karena sedari tadi Taeyeon terlihat meremehkannya.
PYARRRR
Suara gelas pecah membuat Jessica kembali menengok ke arah profesor angkuh tersebut. Ia lihat Taeyeon dengan wajah datarnya kini sudah menggenggam gelas yang ia pecah dengan genggamannya sendiri.
Taeyeon benci saat ia harus berbincang dengan orang, ia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Maka dari itu ia selalu menghindari semua orang dan memilih menyendiri ataupun melakukan semuanya sendiri.
"Kenapa anda marah seperti itu? Baiklah baiklah aku akan mengembalikannya besok ke ruangan anda, aku berjanji. Lihatlah ini gelasnya rusak karenamu, ckckck. Anda harus mengganti gelas rusak ini, profesor.." Ucap Jessica sedikit merasa bersalah membuat wanita di hadapannya kini emosi hingga melukai tangannya sendiri.
"Sebenarnya ada apa dengan orang-orang seperti ini, apa dia pikir hebat melukai tangan hingga berdarah seperti itu di depan orang lain? Sungguh pencari perhatian." Ucap Jessica lirih dan ia mengatakannya agak keras agar wanita itu dapat mendengarnya.
Taeyeon semakin dibuat emosi dengan gadis itu, jujur ia sangat malu saat gadis itu menyindirnya dengan mengatakan ia pencari perhatian hanya karena melukai dirinya sendiri. Bukankah ia melukai tangannya sendiri? Bukan tangan orang lain? Kenapa orang lain selalu berbicara buruk seperti ini padanya. Taeyeon memasukkan tangannya yang berlumur darah itu ke dalam jaketnya. Kemudian, ia berlari ke lantai atas dimana ada sebuah tempat khusus untuknya.
Jessica yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia berpikir semua orang cerdas ternyata tak semuanya bisa dewasa. Kenapa seorang dengan gelar tinggi itu sangat kekanakan? Hanya karena perkara benda mesum saja bisa membuatnya marah hingga seperti itu.
"Jessica apa yang terjadi?." Tanya salah satu teman kerjanya saat ia sedang membersihkan pecahan gelas di meja.
"Ada orang gila yang memecahkan gelas dan melukai tangannya sendiri. Aku tidak peduli sama sekali dengan tangannya yang terluka atau tidak, tapi lihatlah gelas ini pecah karenanya. Bahkan ini hari pertamaku bekerja kenapa harus mengalami pertengkaran dengan pelanggan gila itu, aishh menyebalkan." Ucap Jessica kesal.
"Dimana dia sekarang?" Tanya temannya.
"Dia berlari ke lantai dua." Jawab Jessica.
"Lantai dua??"
"Iya lantai dua, kenapa?" Tanya Jessica saat melihat temannya itu terkejut.
"Di lantai dua hanya ada gudang dan ruangan sajangnim. Hanya karywan dan sajangnim sendiri yang boleh naik ke atas." Ucap gadis itu pada Jessica.
"Ada apa ini? OMO!! apa yang terjadi? Kenapa gelas sajanagnim pecah seperti itu? Dan darah siapa itu banyak sekali?" Kaget salah satu karyawan yang merupakan kasir tadi.
"Apa kau bilang? Sajangnim? Apa yang kau maksud Profesor Kim?" Tanya Jessica.
"Benar, dia adalah Profesor Kim Taeyeon yang juga mengajar di kampus kita."
"APA???!" Kaget Jessica setelah mengetahui kenyataan yang sungguh mengejutkan ini.
Kenapa orang itu yang harus menjadi owner di tempat kerjanya sekarang? Sepertinya mulai sekarang hidupnya tak akan tenang dan ia harus cepat-cepat menyiapkan surat resign (pengunduran diri) bekerja. Kim Taeyeon pasti sangat membencinya.
Taeyeon kini berada di dalam ruangannya mengobati tangan kanannya sendiri. Di ruanganya terdapat satu sekat yang memisahkan tempatnya yang terdapat meja dan kursi dimana tempat itu berfungsi saat karyawan ingin menemuinya. Sedangkan tempat yang satunya terdapat satu ranjang kecil yang hanya muat untuk dirinya serta ada satu kamar mandi kecil khusus untuknya.
Taeyeon meringis merasakan sakit yang menjalar di tangannya saat ia menuangkan obat merah ke luka tangannya.
____________________________
Jessica sedang mengontrol degup jantungnya sebelum masuk ke ruangan dosen yang tidak bisa membuatnya tidur nyenyak semalam. Ia mengetuk ruangan tersebut dan sang pemilik ruangan mempersilahkannya masuk dengan nada yang begitu datar. Jessica menyerahkan sebuah paper bag yang berisi barang milik wanita itu beserta ia juga memberikannya bingkisan berupa satu botol wine yang ia beli beberapa bulan lalu saat ia pulang ke San Fransisco, dimana keluarganya tinggal saat ini.
Jessica masih berdiri menunggu Taeyeon yang sedang memeriksa benda miliknya tersebut. Ia membuka pouch nya, kemudian menyimpannya ke dalam laci mejanya tanpa menilik lagi barang lain yang ada di paper bag.
"Kau boleh pergi sekarang." Ucap Taeyeon datar tanpa ucapan embel-embel terimakasih.
Saat Jessica hendak keluar dari ruangannya, Taeyeon memanggilnya sehingga ia berbalik.
"Haksaeng! Anda meninggalkan barang anda." Ucap Taeyeon menunjuk paper bag itu dengan dagunya.
"Saya memberikan itu untuk anda." Ucap Jessica kemudian langsung pergi begitu saja.
Taeyeon hanya diam kemudian menatap barang itu dengan malas. Ia tidak suka menerima pemberian apapun dari seseorang, hal itu membuatnya berat hati dan ia harus repot-repot mengucapkan kata terimakasih.
_____________________________
"Apa karyawan baru itu berangkat hari ini?" Tanya Taeyeon pada kasir seperti biasa.
"Maksud anda Jessica, sajangnim? Dia hanya bekerja tiga hari dalam seminggu, lusa dia akan berangkat." Ucap kasir itu lagi. Taeyeon hanya mengangguk dan membawa paper bag yang sedari tadi ia tenteng.
Taeyeon duduk di ranjang kecilnya dan menatap wine pemberian mahasiswa itu dengan sayu. Saat melihat wine ini, pikirannya langsung teringat oleh pertemuan pertama kalinya dengan gadis Amerika kesayangannya dulu.
FLASHBACK ON
Berkeley Univercity, California
Taeyeon mendapatkan kesempatan beasiswa untuk berkuliah di jenjang S2 di kampus California ini. Karena ia merupakan mahasiswa internasional, salah satu temannya kini yang juga merupakan orang Korea mengajaknya untuk ikut berpesta dengan teman mahasiswanya yang lain. Di pesta tersebut banyak dari kalangan ras dan negara yang berbeda-beda, mulai dari Jepang, negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Thailand, Afrika, hingga ada seorang mahasiswa California sendiri yang juga mengikuti kelas International ini.
"Dia berdarah America-Korea, namanya Stephanie. Cantik bukan? Bukankah aku cocok dengannya?" Tanya Heechul yang merupakan teman yang satu negara dengannya.
"Terserah kau saja, aku tidak peduli." Ucap Taeyeon yang terlihat tidak nyaman di keramaian ini.
Terlihat gadis yang bernama Stephanie itu mengocok dengan keras wine yang ia bawa kemudian melakukan hal yang membuat siapapun tak menyangka jika Stephanie memang seliar itu. Ia mengarahkan wine ke wajah Taeyeon begitu santai sambil tertawa kencang dan menampilkan mata bulan sabitnya.
"Hi cutie! What's your name? You don't look so excited tonight. Have fun and let's dance on the floor after this." Stephanie mendekat ke Taeyeon lalu merangkulnya seperti orang yang sudah lama mengenal lalu menuangkan segelas wine penuh pada gadis asia imut tersebut.
"With me, let's dance with me." Ucap Stephanie lalu mengecup pipi Taeyeon tanpa izin kemudian kembali ke tempatnya dimana ia berbincang dengan mahasiswa yang lain.
Taeyeon terlihat kesal sambil membasuh wajahnya dengan tisu yang diberikan oleh Heechul, sedangkan gadis America tadi hanya menatapanya dengan senyum jahil dari jauh.
"Apa-apaan ini, Stephanie sepertinya benar-benar tidak menyukai pria dan lebih memilih gadis culun imut sepertimu." Ucap Heechul sambil menatap Taeyeon.
"Kau benar, aku sangat menyukainya. Taeyeon-ahhhhhhh, Saranghae." Ucap Stephanie yang membuat Taeyeon membelalakkan matanya lebar saat Stephanie berteriak seperti itu sambil membuat tangannya berbentuh hati ke arahnya, sedangkan mahasiswa yang lain hanya tersenyum melihat interaksi Taeyeon yang begitu tsundere sedangkan Stephanie yang sangat clingly.
"OMO!! Aku lupa, jika kau juga orang Korea." Ucap Heechul menutup mulutnya. Sedangkan Taeyeon hanya menundukan wajahnya malu saat semua mahasiswa begitu terhibur dengan lelucon malam ini tentang dirinya, Heechul, dan Stephanie.
________________________
Taeyeon sedang duduk seorang diri sambil memakan kimbab yang ia buat sendiri. Tiba-tiba saja ada tangan dari belakang yang ikut mengambil kimbab di bekalnya kemudian ikut duduk bersamanya. Gadis itu tersenyum lalu kembali mengambil kimbab nya kembali walaupun di mulutnya belum terkunyah habis.
"Hah.. tidak sopan sekali." Ucap Taeyeon lirih.
"Aku juga punya sesuatu untukmu, ini minumlah. Tapi aku mau sushi mu lagi lebih banyak." Stephanie menyerahkan minuman kaleng bersoda pada Taeyeon kemudian merebut kimbab nya.
"Aku sudah sangat lama tidak memakan masakan korea setelah Mommy ku meninggal dunia saat aku SMP. Kau mau mengajariku membuat sushi ini? Aku sangat menyukai sushi ini seperti aku menyukaimu, tapi tentu kau masih yang terbaik." Ucap Stephanie dengan cengirannya.
"Namanya kimbab bukan sushi." Ucap Taeyeon meralat ucapan Stephanie, namun ia tidak menanggapi ucapannya yang lain.
"Taeyeon, ayo ikut ke rumahku. Aku akan mengenalkanmu pada Daddy, dan saudara-saudara ku. Aku juga akan mengenalkan maid ku padamu, agar ia bisa belajar memasak makanan korea seperti ini darimu." Ucap Stephanie menggenggam lengan Taeyeon erat.
"Pergilah, jangan menganggu dan sok dekat dengan ku. Berkenalan dengan dirimu saja aku enggan, apalagi jika aku harus mengenal keluarga ataupun pembantumu." Ucap Taeyeon berusaha melepas tubuh Stephanie yang sedang bergelendotan manja di tubuhnya.
"Taeyeon-ah, berhentilah bersikap menggemaskan di hadapanku. Kau semakin membuatku menyukaimu." Ucap Stephanie masih setia menempel di tubuh Taeyeon.
"Huhhhh, ku mohon lepaskan aku." Ucap Taeyeon sedikit merengek dengan gemasnya. Ia tak tahu lagi setelah ini apa yang ia alami jika gadis Amerika ini selalu mengganggunya.
___________________________
"Taeyeon!!!! wake up!!" Teriak Stephanie tepat di telinag Taeyeon yang kini masih tidur.
"Apa yang kau lakukan di kamarku...." Ucap Taeyeon setengah sadar sambil mengucek matanya.
"Taetae, aku baru tahu jika kau tidur juga sama sepertiku, sepertinya akan sempurna lagi kita tidur bersama." Ucap Stephanie yeng membuat Taeyeon mulai berpikir.
"HAHHHHHHHHH!" Teriak Taeyeon kaget kemudian menutup tubuh telanjangnya dengan selimut.
"BAGAIMANA KAU BISA MASUK?!!" Teriak Taeyeon.
"Awalnya aku meminta kunci duplikat pada security, namun ia tidak mau memberikannya padaku. Jadi aku membawa tangga dan masuk melalui jendela saja. Untung kamar mu hanya berada di lantai dua di asrama ini. " Ucap Stephanie menunjuk jendela yang berhasil ia congkel hanya dengan obeng.
"Kau sungguh menakutkan....." Ucap Taeyeon menatap Tiffany yang terus memamerkan senyumnya sambil curi-curi pandang pada tubuhnya yang kini tertutup selimut.
"Apa yang ingin kau lakukan sebenarnya? Bahkan ini adalah weekend, ku mohon jangan ganggu aku di hari istirahat ku juga." Ucap Taeyeon.
"Happy Valentine." Stephanie menyerahkan sebuah kotak berwarna merah muda pada Taeyeon.
"Aku hanya ingin memberikan ini padamu. Ku tunggu hadiah valentine untukku segera. Aku pulang dulu, cutie. Beristirahatlah di weekend ini." Ucap Stephanie kemudian mengecup pipi Taeyeon.
"Buat apa memberi ini jika mengharapkan balasan? dasar gadis aneh..." Ucap Taeyeon sambil memandang Stephanie yang kini sedang menuruni tangga tanpa rasa takut sama sekali dan kembali berjalan sambil membawa tangga itu kembali entah kemana, sungguh gadis yang sangat periang, berbanding terbalik dengan Taeyeon.
Taeyeon kembali mengunci jendela dan menutup tirainya kemudian beralih menatap sebuah kotak pemberian Stepahanie itu. Ia terkejut dan dengan reflek melempar kotak tersebut sekaligus isinya. Benar-benar gadis gila pikirnya, Taeyeon kira Stephanie akan memberinya coklat ataupun hal yang berbau dengan hari valentine lainnya. Namun yang ia berikan pada Taeyeon justru benda menjijikan ini. Sebuah sex toys/dildo berbentuk penis berwarna senada dengan kotaknya.
FLASHBACK OFF
Entah apa yang Taeyeon lakukan saat ini, Taeyeon pergi ke restoran dan memesan satu porsi kimbab. Ia tanpa sadar mengeluarkan air matanya selama mengunyah makanan tersebut. Seperti apapun bentuknya, seperti apapun rasanya, ia selalu merindukan gadis amerika itu saat menyantap makanan ini.
"Kenapa saya selalu bertemu dengan anda saat anda sedang menangis seperti ini?" Ucap Jessica pada Taeyeon. Ia mengingat saat dimana Taeyeon menagis dalam tidurnya saat ia satu pesawat dengan profesor muda tersebut.
"Kenapa kau harus melihatku? Jika pun kau melihatku seperti ini tidak bisakah kau berpura-pura tidak melihat saja? Jangan seolah-olah kita dekat hanya karena kita pernah bertemu di London waktu itu." Ucap Taeyeon yang membuat Jessica tak habis pikir dengan orang angkuh di depannya ini.
"Baik! Anggap kita tidak pernah bertemu selama ini. Awas saja jika menyabotase nilaiku hanya karena masalah di luar seperti ini! Terserah juga kau mau memecatku atau tidak!" Ucap Jessica yang langsung keluar setelah membeli beberapa bungkus makanan untuk Yoona dan Yuri.
"Jessica-ssi!!" Teriak Taeyeon kemudian menahan tangan Jessica.
"Tunggu di sini sebentar." Ucap Taeyeon kemudian masuk ke dalam mobilnya dan kembali membawa sebuah paper bag.
Taeyeon mengembalikan wine yang diberikan Jessica beberapa hari lalu padanya.
"Kenapa memberikan ini kembali pada saya?" Tanya Jessica.
"Seharusnya saya yang bertanya pada anda. Kenapa anda memberika wine itu pada saya?" Tanya Taeyeon.
"Memangnya harus ada alasan hanya karena memberimu wine ini?" Tanya Jessica.
"Tentu harus ada, terkecuali jika anda memiliki maksud lebih."
"APA? Pfttt, kau berfikir saya menyukai anda?" Tanya Jessica tak habis pikir.
"Saya tidak mengatakan seperti itu, anda sendiri yang menyimpulkannya." Ucap Taeyeon santai.
"Waaah, selain angkuh ternyata kau juga begitu percaya diri." Ucap Jessica memandang kesal Taeyeon.
"Apapun itu, saya tidak bisa menerimanya." Taeyeon menyerahkan paper bag yang sedari tadi tidak diterima oleh Jessica.
"Anda terlalu terlambat untuk mengembalikannya, buang saja jika memang tidak mau menerimanya." Ucap Jessica.
"Benarkah? Aku boleh membuangnya?Kau tidak mengharap ucapan terimakasih dari ku juga kan? Karena aku tidak suka mengatakan itu."
"Aishhhh lakukan saja apa terserah mu!! Kenapa hanya masalah benda mesum hingga wine saja kau permasalahkan hingga seperti ini?!!"
"Jangan mengikutiku!!!" Teriak Jessica saat merasa ujung bajunya di tarik setelah berjalan beberapa langkah.
"Ku bilang jangan mengikuti ku, lepaskan aku nona Kim Taeyeon!!!" Teriak Jessica lagi, namun saat ia berbalik ternyata Taeyeon masih berdiri jauh darinya membawa paper bag dan juga menatap Jessica aneh.
Jessica terlihat malu setengah mati, karena ia kira Taeyeon menahannya untuk tidak pergi, tapi ternyata ujung kaosnya menyangkut pada tanaman di pinggir jalan. Dengan segera ia copot lepas ujung kaosnya yang menyangkut dan berlari menuju apartemennya.
"Huaaaaa memalukan sekali." Ucapnya sambil berlari.
Tanpa sadar Taeyeon sedikit tersenyum melihat tingkah gadis mahasiswa tadi yang begitu konyol. Taeyeon pun mulai masuk ke dalam mobilnya dan memilih pulang.
Saat Taeyeon sudah sampai dan hendak membuka pintu apartemen nya. Ternyata adiknya sudah membuka pintu terlebih dahulu dan hendak keluar.
Taeyeon menatap adiknya tajam, namun ia menyerahkan paper bag yang ia bawa untuk adik tirinya tersebut.
"Apa ini?" Tanya Yuri saat tiada hujan tiada angin tiba-tiba kakaknya yang sangat dingin itu memberinya sesuatu dan ia lihat ternyata sebotol wine.
"Terimakasih, Unnie.." Ucap Yuri sedangkan Taeyeon hanya diam dan masuk begitu saja.
"Taeyeon apa yang terjadi pada tangan---" belum selesai pernyataan dari ibunya selesai, Taeyeon sudah masuk ke dalam kamarnya.
Sang ibu terlihat khawatir saat melihat perban yang melilit di tangan anaknya. Ia ingin mengobati ataupun memeluk anak pertamanya seperti yang ia lakukan pada Yuri. Namun Taeyeon terlihat masih sangat kecewa padanya, ia tak ingin menyalahkan Taeyeon yang selalu bersikap dingin padanya ataupun dengan semua orang di rumah ini. Ini adalah kesalahannya sehingga anaknya tersebut terlanjur kecewa padanya.
________________
Jessica baru saja selesai mandi dan kini ikut bergabung dengan Yoona dan Yuri yang sedang menyantap tteokbokki yang baru saja ia belikan di restoran saat ia bertemu dengan Kim Taeyeon si angkuh tadi.
"Hai, Yul. Sejak kapan kau datang?" Ucap Jessica mengecup pipi Yuri.
"Aishh, jangan melakukan itu di depan ku." Ucap Yoona menutup wajahnya saat melihat pemandangan itu.
"Baru 15 menit yang lalu." Jawab Yuri.
Pandangan Jessica terjatuh pada sebotol wine yang sangat tak asing baginya. Ia menatap wine itu dengan teliti, merek dan bentuknya sangat sama dengan wine yang ia berikan pada wanita itu.
"Kakakku yang memberikan wine itu, coba lah." Ucap Yuri yang terlihat begitu senang kemudian menuangkan wine itu pada Jessica.
"Hmmm, terimakasih.." ucap Jessica kemudian menegak pelan wine nya.
"Ngomong-ngomong, aku sangat penasaran dengan kakakmu, Unnie. Boleh aku melihat fotonya?" Ucap Yoona pada Yuri.
"Bukankah kalian sudah saling mengenal lama? Kenapa kau tidak mengenal kakaknya?" Tanya Jessica pada Yoona.
"Jangankan aku, Yuri Unnie saja seolah tidak begitu mengenal kakaknya sendiri." Ucap Yoona.
"Tidak, kau tidak boleh melihat wajahnya. Jika aku memberitahumu, dia akan marah padaku." Ucap Yuri.
"Memangnya dia itu siapa? Penyanyi atau aktris terkenal? Atau kakakmu adalah tokoh politik di negara ini? Misterius sekali..."
"Tokoh politik tidak akan menyetrika dan mencuci baju nya sendiri. Kemarin aku melihatnya." Ucap Jessica.
"Benarkah??? Kau melihatnya??" Kaget Yoona.
"Tapi tidak terlihat wajahnya, saat itu setengah badannya tertutup keranjang baju." Ucap Jessica.
"Huh... sayang sekali." Ucap Yoona setelah mendengar penuturan dari Jessica.
"Dia bukan penyanyi, aktris, ataupun tokoh politik. Namun dia orang yang sangat hebat, aku sungguh bangga dan mengaguminya, yang ku inginkan hanyalah aku ingin berbincang dengannya lebih banyak seperti kakak dan adik pada umumnya." Ucap Yuri yang tersenyum namun menyiratkan kesedihan di matanya.
Jessica kembali mengingat saat Nyonya Kwon mengatakan padanya bahwa kakak Yuri bukan tipe orang yang suka bergaul dengan banyak orang ataupun menghabiskan waktu dengan orang lain, ia lebih suka menyendiri. Hal itu mengingatkannya pada seseorang.
Seseorang yang berpergian ke London, minum kopi di kafe yang tenang di mana ia bekerja, serta makan kimbab seorang diri sambil menangis. Dan yang lebih menyedihkannya lagi, seseorang tersebut membutuhkan sex namun ia tidak memiliki seseorang di sampingnya, sehingga orang itu begitu frustasi saat kehilangan sex toys nya.
Jessica dengan cepat menggeleng dan membuang jauh-jauh pikirannya yang selalu ada Profesor Kim sekaligus bos nya di tempat ia bekerja paruh waktu.
TBC
Mungkin kalo kalian baca cerita ku yang lain, seperti Roomate, Save Me, ataupun Perfect slave pasti udah ga asing kalo selain romance aku selalu nambahin sisterhood relationship antar cast nya.
Dan yaa, di cerita ini Yuri dan Taeyeon yang akan mendapatkan peran itu.
Silahkan vote dan beri komentar untuk chapter kali ini jika menurut kalian cerita ini pantas untuk mendapatkannya.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya 👋