Devan sudah sampai di rumah sejak tadi membawa dan mengantarkan kekasihnya itu dengan keadaan tidak baik-baik saja.
Sepanjang perjalanan Nayya tidak habis-habisnya merintih karena lehernya yang sakit serta mencicit lantaran ketakutan.
Trauma masa lalunya kini berputar kembali pada otaknya memorynya itu sangat tajam untuk mengingat kembali masa lalu saat dirinya di bangku menengah sekolah pertama.
Nayya menangis hingga sesegukan di balik punggung kekar milik Devan hingga jaket pun basah lantaran air mata Nayya yang terus menerus keluar.
Devan yang melihat kekasihnya itu sungguh tidak tega ia berusaha menenangkan hati Nayya tetapi rasanya tidak cukup malah membuat Nayya menangis tersedu-sedu.
Devan tidak tahu apa yang di alami Nayya dulu bahkan dirinya pun tak berani menanyakan tentang masa lalu kepada Nayya. Baginya masa lalu ya masa lalu ia tak mau di ungkit dan di bahas lagi. Beda dengan masa sekarang.
Setelah sampai rumah Nayya langsung menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan Devan di rumahnya saat ini. Devan yang tahu Nayya tidak sedang baik saat ini ia hanya membiarkan saja biarkan gadis itu sendiri dulu ia tak mau mengganggu untuk kali ini. Mungkin untuk sementara kedepan.
Tetapi ia khawatir dengan kondisi Nayya yang katanya lehernya sakit bahkan untuk berbicara kadang sakit apalagi untuk menelan makanan.
Zaqy yang melihat adiknya itu berbeda dari biasanya pun segera berlari menyusul adiknya ia pamit sebentar kepada Devan untuk menunggu dahulu di ruang tamu.
"Nay, ini abang tolong buka pintunya." Ujar Zaqy yang berada di luar pintu kamar Nayya.
Tetapi nihil tidak ada jawaban dari Nayya.
"Nayya, please open the door!" Ujarnya sekali lagi sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Nayya.
Sama sekali tidak ada jawaban lagi dari Nayya. Zaqy menghembuskan nafas pasrah ia memutar knop pintu itu untung saja tidak di kunci oleh Nayya.
Ceklek.
Pandangan pertama Zaqy yang ia lihat kali adalah Nayya yang sedang menangis di tempat tidur dengan tersedu-sedu serta posiai tubuhnya saat ini membelakangi Zaqy.
Zaqy yang tak tega melihat Nayya menangis ia segera cepat melangkah menemui adiknya.
"Nay," panggil Zaqy berhati-hati.
"Hiks....Hiks....Hiks...."
"Hei, kenapa?" Sahut Zaqy sambil memutar tubuh mungil Nayya agar berhadapan denganya.
"A-abang, Hiks....ta-takut," cicit Nayya semakin menangis.
Zaqy mengerutkan kedua alisnya tidak paham, apa maksud dari perkataan Nayya yang di lontaran tadi.
Zaqy menatap wajah Nayya yang matanya sudah sembab karena air mata yang sedari tadi turun ke pipi. Ia mencoba menenangkan Nayya setelah itu bicara dengan baik kepada Nayya.
"Kenapa Nay? Cerita ke abang gih." Pinta Zaqy dengan halus.
"Erlangga." Lirih Nayya setelah mengatakan itu kepalanya menunduk ke bawah.
Zaqy seketika terkejut bukan main antara percaya dan tidak percaya mendengar ucapan Nayya barusan.
"Erlangga nglakuin apa ke lo Nay?" Jawab Zaqy mendadak cemas.
Nayya tidak menjawab ucapan Zaqy tetapi dengan cepat ia memeluk tubuh kekar Zaqy ia menangis di bidang dada Zaqy. Tubuhnya mendadak lemas dan bergetar hebat Nayya seperti sangat ketakutan.
Zaqy yang mengerti pun ia menenangkan Nayya dan terus menerus mengelus puncak kepala Nayya dengan lembut. Ia membiarkan adiknya menangis dalam dekapan. Mungkin bisa untuk menghilang ketakutan Nayya dengan memeluk di tubuhnya ini.
"Abang, Nayya takut. Hiks...hiks," isak Nayya dengan lirih.
"Ada abang di sini Nay," ujar Zaqy sambil menentang Nayya.
Beberapa menit kemudian Nayya melepaskan pelukanya dengan Zaqy. Nayya rasa sudah sedikit tenang.
Zaqy mengambil air mineral yang ada di tas rangsel Nayya lalu menyodorkan kepada Nayya.
Nayya menenguknya hingga habis setelah itu ia beralih menatap kosong ke arah balkon dekat kamarnya.
Zaqy tak sengaja ia melihat leher Nayya sedikit merah seperti bekas dari cengkraman jari yang kuat.
"Nay, leher lo kenapa?" Tanyanya panik sambil menatap Nayya seperi meminta penjelasan.
"Ulah Erlangga bang," sahut Nayya ia menduduk tidak berani menatap Zaqy.
"BRENGSEK!" Umpat Zaqy refleks ia emosi.
Nayya terlonjak kaget mendengar umpatan kasar dari Zaqy. "Sa-sakit," cicit Nayya yang tiba-tiba.
Zaqy yang mendengar itu tanpa pamit ia dengan cepat pergi ke dapur untuk mengambil segelas air hangat untuk Nayya.
Beberapa menit Zaqy kembali dengan membawa nampan yang berisi air hangat serta peralatan P3K untuk Nayya.
"Di minum dulu." Titah Zaqy sambil menyodorkan segelas air hangat kepada Nayya.
Nayya segera menenguk hingga habis lalu memberikan kembali gelas kosong tadi kepada Zaqy.
"Gimana masih sakit?" Tanya Zaqy masih cemas.
Nayya menggeleng lemas sebagai jawaban. Kemudian ia langsung menceritakan kejadian yang ia alami saat pulang sekolah tepatnya saat di Minimarket. Mulai dari Erlangga yang tiba-tiba menarik tanganya membawa pergi menjauh dari Minimarket, lalu Erlangga yang dengan nekat mencekik lehernya dengan kuat, dan Devan yang menolong Nayya dari ancaman bahaya Erlangga.
Zaqy yang mendengar cerita Nayya tadi ia tak tega dan ia sangat marah dan sangat membeci seseorang itu bernama Erlangga. bisa-bisanya ia muncul lagi di hadapan Nayya bahkan nekat untuk menyelakai Nayya.
"Bang, jangan salahin Devan ya." Pinta Nayya dengan memohon menatap wajah Zaqy.
Zaqy menggeleng lalu tersenyum kepada Nayya. "Enggak Nay," kata Zaqy.
"Devan udah pulang bang?" Tanya Nayya. Zaqy menggelengkan kepala. "Belum, masih di ruang tamu." Sahut Zaqy.
"Lo sekarang mandi, habis itu istirahat bentaran." Perintah Zaqy.
"Gue mau ada something sama Devan bentar," lanjutnya. Membuat Nayya seketika penasaran. "Something?" Ucap Nayya bingung.
Zaqy menghela nafas pelan. "Nay, ini waktu yang tepat buat jelasin semuanya sama Devan." Ujar Zaqy.
"Tapi bang---"
"Jangan cegah abang Nay. Please, Devan harus tahu semuanya ini, abang takut Nay kalau sampai lo kenapa-kenapa lagi karena Erlangga." Ujar Zaqy ia sangat memohon kepada Nayya.
Nayya mengangguk pasrah kepada Zaqy. "Iya bang," jawab Nayya.
••••••••
Di lain tempat kini ada seseorang yang berperawakan tinggi serta dengan wajahnya yang sangar membuat siapa saja yang melihatnya mendadak ketakutan dan tak berani menatap.
Seseorang tersebut sedang berada di Markas yang tersembunyi dengan posisi yang duduk manis layaknya seperti seorang raja.
Seseorang berjenis kelamin pria tersebut bernama Erlangga Attariq ia terkenal dengan tegas dan pemberani ia adalah salah satu ketua dari geng motor yang terkenal yang bernama Dewangga. Ia masih berstatus pelajar tepatnya di sekolah SMA PERTIWI saat ini ia kelas XII dengan jurusan IPS.
Siapapun yang bermasalah denganya atau berani mencari masalah denganya ia tidak akan biarkan seseorang tersebut lolos. ia akan mengganggu hidupnya atau menyusik setelah beberapa hari kemudian ata beberapa tahun kemudian setelah masalah itu. Ia pun tidak memandang bulu entah itu pria atau wanita ia tetap kekeh mengganggu atau menghabisi dengan cara kekerasan hingga berhasil.
Erlangga saat ini ia sedang bermain dengan ponsel yang ia genggam sedari tadi ia merasa senang bahkan sangat senang. Sambil tersenyum-senyum tidak jelas.
Bertahun-tahun ia selalu mengstalker akun seseorang yang sangat ia cintai. Bukan-bukan, lebih tepatnya ia terobsesi dengan seseorang itu. Ia tergila-gila kepada wanita cantik itu.
"Nayya Nayya. Lo makin cantik aja." Puji Erlangga yang melihat postingan Nayya dari instagram.
"Gue gak akan lo lolos begitu aja Nay," gumam Erlangga sambil mengepalkan jari-jemarinya itu di tangan kirinya, setelah itu tersenyum iblis.
"Tunggu Nay, tunggu, balasan dari gue." Lanjutnya sembari tertawa jahat.
Tok...Tok...
"Masuk!" Sahut Erlangga dengan suara beratnya.
"Ada apa lo panggil gue?" Tanya pria yang berjaket hitam bernama Cakra.
"Gue ada tugas buat lo, sama seluruh anggota Dewangga." Ujar Erlangga serius.
Cakra mengerutkan kedua alisnya. "Tugas apa bos?" Tanyanya penasaran.
Erlangga segera menunjukan foto seseorang dari ponselnya itu kepada Cakra tepat di depan mata dia.
"Lo inget-inget muka seseorang tadi, kalau bisa lo ganggu dia dengan cara lo. Bikin dia ketakutan aja," Perintah Erlangga serius kepada Cakra.
Cakra mengangguk paham sembari memperhatikan dan mengingatkan foto seseorang itu.
"Ingat ya kalau dia lagi sendiri aja jalankan aksi lo." Lanjutnya dengan masih serius.
"Siap bos! Cuman ini doang tugasnya?" Sahut Cakra memastikan lagi.
Erlangga berfikir kembali sambil memegang dagunya dengan kedua jari jempol dan jari telunjuknya itu.
"Ada lagi," sahutnya dengan semangat.
"Apa bos?" Ucap Cakra penasaran.
Erlangga menunjukan foto di ponselnya sendiri kepada Cakra. Kali ini dengan foto yang berbeda dari yang pertama.
"Lo awasin orang tadi, kalau bisa habisi dia sampai mati." Perintah Erlangga dengan nada penuh kebencian.
"Siap laksanakan bos." Jawab Cakra dengan mantap.
"Sekarang lo boleh pulang." Ujar Erlangga. Cakra mengangguk sebagai jawaban ia langsung keluar dari markas ini dan melenggang pergi.
Erlangga kali ini tertawa jahat ia sangat senang sudah merencankan ide kejamnya itu lalu ia serahkan langsung kepada anak buahnya.
"Sebentar lagi hidup lo gak akan tenang Nay." Gumam Erlangga lalu tersemyum dengan kemenangan.
"Dan sebentar lagi lo bakal kembali sama gue Nay." Setelah mengatakan itu Erlangga dengan senangnya tertawa lepas. Tawanya itu yang penuh dengan kejahatan.
••••••••
Zaqy menuruni anak tangga satu persatu sebelumnya ia melangkah ke dapur dahulu untuk membuat minuman untuk Devan serta menyiapkan camilan yang sudah di masukan ke dalam toples dengan rapi.
Setelah semuanya selesai ia berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Devan yang sudah menunggu lama sejak tadi.
"Soryy Dev lama." Ucap Zaqy sembari menaruh nampah berisi segelas sirup dan camilan di atas meja.
"Sans bang." Sahut Devan singkat.
"Di minum dulu Dev," titah Zaqy hanya di angguki Devan sebagai balasan.
"Dev," panggil Zaqy.
Devan mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa bang?" Jawab Devan.
Zaqy seketika menatap Devan. "Gue mau ngomong something sama lo." Ujarnya dengan serius.
Devan berdehem singkat. "Something apa?" Tanya Devan penasaran.
"Well, this is important for you." Sahut Zaqy masih dengan serius.
Devan mengangguk paham. "Oke. Just talk to me directly." Jawab Devan dengan enteng. Lalu menyruput sirup dengan rasa cocopandan.
Sebelumnya Zaqy menarik nafas dengan dalam lalu ia hembuskan secara perlahan dan pelan-pelan.
Flhasback On:
Saat itu Nayya sedang berada di halte, ia sedang menunggu Zaqy yang katanya akan menjemput dirinya pulang.
Nayya waktu itu masih menginjak di sekolah menengah pertama, tetapi ia sudah menjadi senior lebih tepatnya kelas IX.
Siang itu ia menunggu Zaqy yang tak kunjung datang padahal Zaqy sudah sudah berjanji kepada dirinya akan menjemput tepat waktu. Tapi hampir 15 menit batang hidungnya belum muncul juga.
Nayya berdecak kesal, ini yang Nayya benci menunggu itu membuat tidak pasti. apalagi cuaca saat ini panas ingin rasanya Nayya mandi dengan air es.
Nayya dengan sabar untuk menunggu Zaqy tetapi membuat dirinya merasa bosan. karena seorang diri Nayya memilih menunggu hingga Zaqy benar menjemputnya.
Beberapa jam kemudian Nayya sudah menunggu. Dan benar ternyata Zaqy tidak menjemputnya.
"Abang ingkar janji!" Desis Nayya dengan kecewa.
Ia memutuskan untuk berjalan kaki sembari mencari angkutan umum.
Tiba-tiba saja Nayya tak sengaja dirinya menubruk seseorang yang memakai jaket hitam yang sedang berdiri tegak.
Bruk!
Nayya sontak kaget lalu mendongakan kepala ke atas. "Sorry gue gak sengaja." Sahut Nayya setelah itu melanjutkan berjalan.
Tetapi ia sudah di cegat langsung oleh pria itu.
"Mau kemana lo?!" Ujar pria itu dengan membentak.
Nayya sempat terkejut ia tidak berani menatap pria yang di depanya itu.
"Lo tau kesalahan lo dimana?" Tanya pria itu dengan tegas. Nayya hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Mulut lo bisu hah? JAWAB!" Lanjutnya dengan kalimat terakhir yang terdengar membentak.
Nayya kali ini berani menatap pria itu. "Ma-maaf," hanya kata itu saja yang ia lontarkan.
Pria itu seketika kagum melihat wajah Nayya. "Cantik juga." batin pria itu.
"Gue mau maafin lo, asalkan lo mau jadi pacar gue." Sahut pria itu dengan enteng lalu tersenyum smrik.
Nayya yang mendengar itu terkejut. Pasalnya ia juga tidak mengenal pria itu. "Gak akan!" Tolak Nayya ketus lalu dengan cepat melangkah dari sini.
Pria itu segera menarik keras tangan Nayya membuat sang empunya merintih kesakitan.
"Berani membantah, sekolah lo gak akan aman." Ancamnya bukan main.
Nayya bingung mau berbuat apa dan bagaimana, ia juga tidak mau sekolahnya jadi sasaran karena hal sepele ini.
Nayya hanya diam ia menunduk kebawah dengan memainkan jari-jemarinya dirinya saat ini mendadak tremor.
Nayya memejamkan matanya sumpah demi apapun ia terpaksa memilih pilihan yang menurutnya tidak baik.
"Oke gue mau." Jawab Nayya dengan terpaksa.
"Bagus, kenalin gue Erlangga Attariq." Sembari menyulurkan tanganya kepada Nayya.
"Gue Nayya, dan sekarang gue mau pulang!" Jawab Nayya tak menerima jabatan tangan dari Erlangga.
"Oke santai," ucap Erlangga membiarkan gadis itu pergi.
"Target pertama di mulai." batin Erlangga tersenyum smrik.
Nayya berjalan kaki dengan menangis ia menyesal karena keputusan yang ia lontaran sendiri. Menolak sekali pun percuma yang ada ia akan di ancam lagi dengan pria itu.
Beberapa minggu kemudian Nayya sedang berjalan menuju taman kota. Lantaran perintah dari Erlangga yang tidak di anggap Nayya sebagai pacarnya sendiri.
Tak sengaja dirinya mendengarkan berbincangan Erlangga dengan seseorang lewat ponselnya itu.
"Nayya cuman gue bikin bahan taruhan balapan doang,"
"............"
"Oke, kalau lo menang. silahkan ambil Nayya dari gue."
"..............."
"Gue gak suka dia apalagi cinta, tenang broo. Cantik orangnya."
".............."
"Haha, sabi lah buat main dulu."
Nayya tak menyangka dirinya hanya di jadikan bahan tahuran doang ia sangat menyesal. Seandainya akan terjadi seperti ini Nayya akan menolak berkali-kali.
Plak! Tamparan keras itu melayang tepat di pipi Erlangga.
"Kurangajar lo!" Sentak Nayya yang sudah emosi.
"Mulai sekarang gak ada yang namanya pacaran lagi!" Ujar Nayya to the point. Lalu melenggang pergi begitu saja. Tak peduli dengan cowok itu.
Sepanjang jalan Nayya menangis dengan tersedu-sedu ia tak habis fikir kepada seorang Erlangga tega sekali berbuat seperti itu.
Sampai rumah Nayya langsung menceritakan hal ini kepada Zaqy, Zaqy saat itu merasa bersalah seandainya ia menjeput adiknya pasti tidak akan terjadi seperti ini.
Semenjak kejadian itu Nayya menjadi murung di kamar dan selalu melamun. Hampir saja dia depresi memikirkan itu. Nayya terpuruk dengan kejadian itu. Dan saat itu Nayya menutup hatinya dengan rapat membiarkan benteng pertahananya berdiri kokoh. Ia tidak mau nanti terulang kembali.
Flhasback Off.
Devan yang mendengar itu ia tak habis fikir kepada Erlangga cowok brengsek itu. Ia terharu mendengar masalalu Nayya yang Zaqy ceritakan.
"Gue percaya sama lo Dev, lo cowok baik, jadi Nayya langsung bisa terima cinta lo." Ujar Zaqy dengan yakin.
"Gak! Gue bukan cowok yang baik bang, gue udah ngelanggar amanat lo untuk kedua kalinya." Kali ini Devan bicara panjang lebar dengan berani.
"Gue tahu, tapi ini musibah jadi mau gimana lagi Dev," sahut Zaqy seadanya.
"Gue minta maaf." Ucap Devan merasa bersalah. Seandainya dirinya tidak membiarkan Nayya menunggu di luar pasti tidak terjadi seperti ini.
"Gue maafin kok," jawab Zaqy.
"Gue jahat bang, gue pernah nyakitin Nayya." Ujar Zaqy terus terang.
Zaqy mengerutkan kedua alisnya tak paham. "Maksud lo?" Tanyanya bingung.
"Hubungan gue sama Nayya pernah ada problem," ujarnya.
"Langsung ceritakan semuanya!" Perintah Zaqy tegas.
Devan dengan berani dan jujur ia menceritakan masalah hubunganya saat itu kepada Zaqy. Mulai dari peneroran, soal foto dalam kotak, menuduh Nayya, dan pelaku peneroran.
Zaqy yang mendengar itu seketika nafasnya tidak teratur ia langsung mengepalkan jari jemarinya dengan kuat rahangnya mulai mengeras. Ia tak tahan dengan emosinya, tetapi ia mencoba menahan. tahu tempat juga di mana dirinya akan marah kepada Devan.
"Gue menyesal waktu itu bang," ucap Devan.
"Lo boleh benci sama gue, boleh marah juga sama gue bang." Lanjutnya.
"Tapi, asal lo tahu bang. Gue cinta dan sayang sama Nayya, gue sangat takut kehilangan dia bang," ucap Devan dengan serius.
Zaqy mengangguk paham. "Oke, kali ini gue maafin lo Dev. tapi entah esok yang datang atau nanti, lo nyakitin adik gue lagi gak ada kata maaf dev." Sahut Zaqy dengan serius.
"Gue pesan ke lo, please jaga Nayya baik-baik Dev, jangan sampai dia jatuh ke tangan Erlangga lagi." Perintah Zaqy memohon kepada Devan.
"Gue akan jaga Nayya dengan baik bang." Ucap Devan dengan yakin.
"Makasih Dev, sekarang lo pulang ya, takut di cariin sama bonyok lo." Ujar Zaqy di angguki oleh Devan.
"Nayya perlu istarahat dulu Dev," lanjut Zaqy.
Devan menatap Zaqy. "Bang, soal tadi jangan ceritain ke Nayya ya," ujarnya dengan memohon.
"Oke, gue turutin kemauan lo." Jawab Zaqy. "Thanks bang, gue pulang." Pamitnya.
"Hati-hati." Ucap Zaqy. Devan mengacungkan jempol sebagai jawaban.
Sebelum pulang Devan menelfon seseorang terlebih dahulu karena ini sangat penting bagi Devan.
"Cari tau tentang Erlangga Attariq!" Ucap Devan dengan seseorang sebrang sana.
"............"
"Nanti gue kirim foto orangnya."
".............."
Tut tut.
Setelah itu Devan menyalakan mesin motornya lalu melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.
Erlangga Attariq ketua geng motor yang bernama Dewangga. Manusia yang selalu di hormati oleh banyak orang yang mengenalnya bahkan anak buahnya selalu berlutut tidak ada yang melanggar satu kali pun.
Erlangga type orang yang mau di hormati oleh orang lain juga, maka dari itu banyak yang tidak berani melawan termasuk anak-anak yang ada di SMA Pertiwi.
To Be Continued!
Silahkan berpendapat tentang part ini!!
Next?
ERLANGGA ATTARIQ