抖阴社区

Secret Admirer || UN1TY 脳 Sta...

By TRMirae27

18.7K 3.5K 162

"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia... More

Him
Kezia Lizina Alexandra
Ahmad Maulana Fajri
Fenly Christovel Wongjaya
Pain
Beginning
New Student (?)
Canada and Germany
Muhammad Fikih Aulia
After School
1. AUTHOR
Meet
Tent
Washington, DC.
Promise
Help
Night Sky
Let It Go
Smile
Contest
Comeback Home
Morning Time
Bookstore
Before D-Day
Birthday Party
Sibling
Change
Racing
Between Two "F"
Distance
Elang Kawah vs. Cheetah Putih
Wanna Go
Past, Present, and Future
Relationship
Judge
Bottle and Paper
Threat
Be (Care)ful
Cheating (?)
Dream or Love
Business or Feeling
6,800 Miles
Graduation Day
2. AUTHOR
UPDATE!!

Regret

274 62 2
By TRMirae27

"Puas lu?" Fenly berdiri tepat di depan Chelsea.

"Hah? Kok gue?" Chelsea menatap heran Fenly. "Siapa suruh lu bawa Kezia? Gue kan kagak ikut campur urusan kalian." Chelsea membuang wajahnya.

"Kalau bukan karena perjanjian bodoh lu, ini semua kagak bakal terjadi." Fenly menunjuk dahi Chelsea.

"Heh, Fen." Abelle -bersama Fiki menghampiri Fenly dan Chelsea. Fenly menurunkan jarinya dan menoleh ke arah datangnya Abelle dan Fiki "Lu kenapa ada di sini?" Tanya Abelle heran.

"Lu temennya Kezia kan?" Tanya Fenly dan hanya dibalas anggukan kecil dari Abelle.

"Kasian ya temen lu." Chelsea bersiul ringan sembari menerawang jauh ke arah langit malam.

"Hah? Kezia? Kenapa dia?" Abelle mengerutkan dahinya khawatir.

"Lu bisa diem kagak sih?!" Fenly membentak Chelsea, membuatnya sedikit terkejut.

"Santai, bro. Lu ada masalah apa?" Fiki mendorong bahu Fenly menjauhi Chelsea.

"Lu gak usah ikut campur." Fenly menangkis tangan Fiki pada bahunya.

"Chelsea temen gue, kalau lu ada masalah sama dia, itu urusan gue juga." Fiki melipatkan kedua tangan di depan dadanya.

"Ck. Orang-orang pada kagak bisa berhenti ganggu hidup gue apa." Fenly -yang sudah sangat kesal pergi meninggalkan mereka bertiga dengan langkah cepat.

"Eh, Fen." Abelle berjalan mengikuti Fenly.

"Bel?" Panggil Fiki dan tak ada balasan dari perempuan yang dipanggil. "Chel, gue ke sana bentar ya." Fiki tersenyum tipis kepada Chelsea dan langsung menyeimbangi langkah Abelle.

"Fen, Fen, sampe kapan lu mau pura-pura kuat kyk gini?" Ucap Chelsea pelan, menatap punggung Fenly yang semakin menjauh.

҉҉҉

"Ji, lu bisa lepas tangan gue kagak?" Kezia berusaha keras melepas genggaman tangan Fajri.

Di area parkiran, Fajri menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap Kezia -dengan masih menggenggamnya. Perlahan, Fajri melihat ke arah genggaman tangannya dan menciptakan bekas merah di sekitar tangan Kezia. Refleks, Fajri melepaskan genggamannya. Emosinya yang memuncak membuatnya tak sadar sudah menyakiti lengan perempuan di hadapannya.

"Lu kenapa sih?" Kezia mengelus lengannya yang memerah.

"Sorry, Zi. Gue kagak mau lu terluka." Fajri menunduk lemah.

"Liat tangan gue, Ji." Kezia menyodorkan bekas merah pada lengannya di hadapan Fajri. "Dan lu bilang lu kagak mau gue terluka?" Tak ada balasan dari Fajri. "Ji, kalau lu punya masalah, cerita. Bukan kyk gini caranya, lu kagak sopan ngancurin acara orang gitu aja, terlebih lagi lu kagak kenal deket sama tuh orang." Kezia memegang kedua pipi Fajri dan mendongakkan kepalanya agar menatap wajahnya.

Fajri menatap Kezia dengan pandangan menyesal. Detik selanjutnya, Fajri menatap Kezia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dengan cepat, Fajri melepas jaketnya dan langsung menyematkannya pada pundak Kezia. Kini, Fajri hanya dibalut dengan kaus putih pendek.

"Ji?" Kezia menatap heran jaket Fajri yang kini berada di tubuhnya.

"Udah tau pergi malem, pake baju terbuka gitu, kagak dingin lu? Di motor gue ada celana panjang, ganti lu nanti." Fajri memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Kezia? Fajri?" Suara wanita paruh baya itu mampu mengalihkan pandangan Fajri kan Kezia. Dengan cepat, mereka berdua menoleh ke arah sumber suara.

"Tante?" Fajri membelalakkan matanya kaget.

"Mamah?" Kezia berlari ke arah mamah Fiki. "Kezia kangen, mah." Kezia langsung memeluknya.

"Iya, mamah juga." Mamah Fiki membalas pelukannya dengan hangat.

"Mamah ngapain di sini?" Kezia melepaskan pelukannya perlahan.

"Ini mamah mau ke ulang tahun Chelsea, Kezia sama Fajri ngapain di sini?" Mamah Fiki mengelus lembut rambut Kezia. Kezia menoleh ke arah Fajri ragu.

"Iya sama, tante. Kita juga selesai dari ulang tahun Chelsea, ini mau pulang." Jawab Fajri cepat, tak lupa senyum manisnya.

"Kok cepet banget? Mamah baru dateng loh." Mamah Fiki tersenyum. "Kalian udah ketemu Fiki?" Dalam sepersekian detik, ekspresi mamah Fiki berubah menjadi khawatir. Kezia menunduk, mengangguk pelan.

Fajri mengalihkan pandangannya. Tanpa sengaja, terlihat Fenly yang melewati mereka dengan tatapan kesal dan langsung pergi -tak menghiraukan pandangan sinis Fajri. Disusul dengan Abelle dan Fiki dari belakangnya. Melihat mamahnya, Fiki menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Abelle yang melihat Kezia dan Fajri.

"Mamah?" Fiki menatap heran mamahnya dan Kezia yang terlihat sangat dekat.

"Eh, Fiki." Mamah Fiki menghentikan elusan pada Kezia dan tersenyum manis kepada anaknya.

"Mamah kenal mereka?"

"Em." Mamah Fiki melirik ke arah Kezia. "Iya, ini anak temen mamah." Lanjutnya.

"Temen mamah yang mana? Kok Fiki gak tau?" Fiki mengerutkan dahinya.

"Eh, Fik. Kamu udah ketemu Chelsea kan? Tolong kasih hadiah ini buat dia ya, dari mamah sama papah." Dengan cepat, mamah Fiki memberikan sebuah kantong besar kepada Fiki.

"Gak mamah kasih sendiri aja?" Fiki menerima kantong tersebut.

"Mamah ada urusan mendadak, tolong titipin salam ya buat Chelsea." Mamah Fiki mengelus pundak Fiki dan sedikit mendorongnya kembali kepada acara Chelsea.

"O... Oh, oke. Fiki ke dalem dulu ya, mah." Fiki menatap mamahnya heran. "Bel? Ikut aku ke dalem ya." Fiki mengenggam tangan Abelle.

"Em, i... Iya." Abelle melirik sekilas Kezia dan langsung kembali masuk bersama Fiki. Kezia menatap kosong punggung Fiki dan Abelle.

"ZI." Abelle berteriak memasuki kelas sembari menggebrak kecil meja Kezia. Kezia yang sedang mengerjakan tugasnya mendesah pelan.

"Ada apa sih, Bel?" Kezia menoleh malas ke arah Kezia.

"GUE DITEMBAK FIKI." Abelle meloncat bahagia sembari menggoyang-goyangnya pundak Kezia.

"Serius lu?" Tanya Kezia pelan, tak percaya.

"Serius, Zi. Dia bawain gue coklat hari ini." Dengan antusias, Abelle menunjukkan sebatang coklat yang diberikan Fiki saat mereka menuju sekolah.

"Oh." Kezia menunduk perlahan. "Congrats, Bel."

"Kezia?" Mamah Fiki mengelus kembali rambut Kezia.

"Eh, iya. Kenapa, mah?" Kezia menggelengkan kepalanya pelan.

"Maaf ya." Mamah Fiki menunduk lemah.

"Mamah kenapa minta maaf?" Kezia memegang kedua lengan mamah Fiki.

"Setelah hari kecelakaan itu, dokter mengatakan Fiki kehilangan ingatannya sebagian. Mamah kurang paham akan penyakitnya, kalau gak salah itu amnesia retrograde. Mamah masih bersyukur dia tidak melupakan identitas diri dan keluarganya, tapi mamah minta maaf dia tidak bisa ingat Kezia dan teman-teman masa kecilnya." Air mata itu berhasil menetes ke permukaan pipi Mamah Fiki.

"Mamah gak perlu khawatir sama Kezia." Kezia menyeka air mata mamah Fiki. "Lagipula Fiki udah menemukan pengganti Kezia dan mereka terlihat cocok." Kezia tersenyum kecil -berusaha menenangkan mamah Fiki.

"Kezia anak yang sangat baik." Mamah Fiki tersenyum menatap Kezia. "Kezia juga udah ada pengganti Fiki ya?" Mamah Fiki menoleh ke arah Fajri. Kezia mengikuti arah pandang mamah Fiki.

"Em, eh, bu... bukan saya, tante." Fajri yang salah tingkah ditatap oleh dua orang tersebut, menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.

"Mamah tau Fajri juga anak baik, pasti dia gak mau Kezia jatuh ke tangan orang yang salah." Mamah Fiki kembali menatap Kezia sembari tersenyum hangat.

"Iya, mah. Em, Kezia sama Aji mau pulang duluan, gak apa-apa?" Kezia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh iya, udah malem juga ya. Mamah salam ya sama mamah Kezia." Mamah Fiki mengelus rambut Kezia dengan lembut.

"Iya, Kezia duluan ya, mah." Kezia memeluk mamah Fiki dan langsung berjalan pergi.

"Fajri duluan ya, tante." Fajri salam kepada mamah Fiki.

"Hati-hati ya, nak. Mamah udah gak bisa mastiin keberadaan Kezia lewat Fiki, mamah titip kenyamanan Kezia sama Fajri ya." Mamah Fiki mengelus lembut kepala Fajri.

"Iya, tante." Fajri tersenyum dan langsung mengejar Kezia yang sudah berjalan cukup jauh.

"Maafkan aku ya. Gak bisa menepati perjanjian untuk pernikahan anak kita nanti." Ucap mamah Fiki pelan sembari menatap kepergian Kezia.

Continue Reading

You'll Also Like

893 143 11
Perceraian, pengkhianatan, amnesia, kekecewaan, patah hati, semua itu tengah dirasakan oleh Vara Calista. Di usianya yang masih belia, ia lantas dili...
9.8K 2.1K 32
"Woi! Ada anak baru, cewek cakep." -Gilang "Sedikit kagak penting sih ya." -Fenly "Oh, terus gue harus apa?" -Shandy "Siap aja nih denger ada yang pu...
5.4K 1.2K 25
Sebuah grup baru mendapat rating yang buruk setelah penampilan mereka dalam salah satu ajang musik dan memutuskan pindah gedung untuk ke sekian kalin...
17.4K 2.8K 69
~Takdir ingin membuat kesan indah, bahagia dan duka diciptakan berdampingan, karena itu bersiaplah dengan segala kemungkinan.~ ~~~~ ~Dunia boleh meng...