¶¶ÒõÉçÇø

Secret Admirer || UN1TY × Sta...

By TRMirae27

18.7K 3.5K 162

"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia... More

Him
Kezia Lizina Alexandra
Ahmad Maulana Fajri
Fenly Christovel Wongjaya
Pain
Beginning
New Student (?)
Canada and Germany
Muhammad Fikih Aulia
After School
1. AUTHOR
Meet
Tent
Washington, DC.
Promise
Help
Night Sky
Let It Go
Smile
Contest
Comeback Home
Morning Time
Bookstore
Before D-Day
Birthday Party
Regret
Sibling
Change
Racing
Between Two "F"
Distance
Elang Kawah vs. Cheetah Putih
Wanna Go
Past, Present, and Future
Relationship
Bottle and Paper
Threat
Be (Care)ful
Cheating (?)
Dream or Love
Business or Feeling
6,800 Miles
Graduation Day
2. AUTHOR
UPDATE!!

Judge

302 57 2
By TRMirae27

Satu minggu sudah Kezia menjalani hubungan dengan Fenly. Sejak hari foto Fenly dan Kezia tersebar di mading sekolah, Kezia makin mendapat banyak cibiran, khususnya dari para siswi. Entah siapa yang memasang foto tersebut, tidak ada satupun yang mengetahuinya atau mungkin tak ada yang ingin memberitahunya. Beruntungnya Kezia, Fenly selalu ada di sisinya. Fenly makin tak peduli untuk mengumbar hubungan mereka. Fenly sadar, mau bagaimana dia menutupinya, pasti akan terungkap. Tak ada yang tidak mengenali mereka berdua.

Satu minggu pula Kezia tak bercanda gurau dengan Abelle, bahkan mengobrol santai pun tak bisa, pembicaraan mereka hanya sebatas masalah tugas sekolah. Kezia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya jika Abelle terus menghindarinya. Kezia kehilangan seorang sosok sahabat yang sangat dia sayangi di saat Kezia sangat butuh support system lebih.

"Gimana hari ini?" Fenly tersenyum tipis menatap Kezia dengan satu tangan memegang ransel yang tersemat di salah satu bahunya dan tangan lainnya dimasukkan ke dalam saku celananya. Kini, mereka berjalan berdua di tengah lapang menuju tempat parkir.

"Capek banget." Kedua tangan Kezia memegang lehernya, dia sedikit memutar kepalanya. "Pak Danu tadi suruh kita lari keliling lapang ini." Jari Kezia menunjuk tiap sudut lapang. Fenly terkekeh kecil.

Dari kejauhan, terlihat seorang laki-laki dengan seragam sekolahnya berlari ke arah Kezia dan Fenly. Laki-laki itu berhenti tepat di depan mereka. Kezia dan Fenly menatapnya heran.

"Fe..." Laki-laki itu mengerutkan dahinya berusaha mengingat nama Fenly.

"Fenly." Jawab singkat Fenly.

"Nah iya." Laki-laki itu mengangguk pelan. "Gue..."

"Iya, lu Fiki." Fenly memotong ucapan Fiki.

"Lah? Lu masih inget gue?" Fiki menatap kaget Fenly yang masih mengingat dirinya.

"Gue kagak pelupa kyk lu." Fenly menghela nafas.

"Gue juga kagak pelupa, cuma buat apa gue inget lu." Fiki memutar bola matanya.

"Lu mau ngapain ke sini?" Fenly mengalihkan pembicaraan. "Bolos sekolah ya lu?" Fenly menatap Fiki dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Fitnah mulu lu dari tadi." Jawab Fiki malas.

"Ya, terus lu kenapa di sini?" Fenly mendesah pelan.

"Gue mau pinjem Kezia." Fiki melirik Kezia. Orang yang dilirik hanya terdiam, menatap kaget Fiki.

"Buat apa?" Tanya Fenly cepat.

"Mau gue sewa." Jawab Fiki kesal. Fenly manatap tajam Fiki. "Ya gue mau ngobrol bentar doang, pake nanya segala lu." Lanjutnya cepat.

"Ya, tinggal ngobrol aja." Fenly membuang pandangannya santai.

"Gue butuh privacy kali." Fiki melipat kedua tangan di depan dadanya. Fenly menoleh ke arah Kezia.

"Ya udah, lima menit, jangan lebih." Fenly menatap malas Fiki.

"Dih, disangka gue lagi rental PS kali ya dikasih waktu begitu." Ucap Fiki cepat.

"Jangan banyak protes lu, masih untung gue izinin." Jawab Fenly datar. "Aku tunggu di tempat parkir ya." Fenly menoleh ke arah Kezia, tersenyum tipis. Kezia mengangguk pelan.

"Aku tunggu di tempat parkir ya." Bisik Fiki dengan ekspresi mengejek Fenly. Refleks, Fenly menatap Fiki kesal. Dengan sigap, Fiki mengubah ekspresinya datar.

"Awas aja lu kalau aneh-aneh sama Kezia." Fenly melewati Fiki begitu saja.

"Ck. Laki-laki aneh itu siapa lu sih?" Tanya Fiki kesal saat Fenly sudah berjalan cukup jauh.

"Tadi lu mau ngomong apa?" Tak menjawab pertanyaan Fiki, Kezia mengubah topik pembicaraan.

"Oh, iya." Fiki lepas ranselnya dan mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalam tas ranselnya. "Lu masih mau bilang kalau lu kagak tau apa-apa tentang masa lalu gue?" Fiki menyodorkan beberapa foto, berisi foto seorang anak perempuan berbehel dan seorang anak laki-laki yang merangkulnya tersenyum lebar. Pada beberapa foto lainnya, anak perempuan berbehel itu dihimpit oleh dua orang anak laki-laki yang terlihat sangat bahagia saat foto itu diambil.

"Gue..." Tanpa menunggu Kezia menyelesaikan kalimatnya, Fiki membalik beberapa foto tersebut dengan cepat. Terlihat jelas nama lengkap tiga orang anak yang terukir dengan tulisan tangan.

Kezia Lizina Alexandra.

Muhammad Fikih Aulia.

Ahmad Maulana Fajri.

"Buat nama terakhir, gue pernah liat, tapi gue lupa di mana." Jelas Fiki singkat.

"Aji." Tanpa sadar, nama itu terucap pelan dari bibir Kezia.

"Eh? Itu bukannya salah satu temen lu yang ikut perkemahan juga?" Fiki mengerutkan dahinya. Kezia mengangguk pelan. "Lu berdua..." Fiki tak menyelesaikan kalimatnya.

"Gue kagak nyangka ternyata Kezia suka mainin cowok." Terdengar samar seorang perempuan berbisik dengan teman lainnya, jarak mereka tak terlalu jauh dari tempat berdiri Kezia dan Fiki.

"Iya, dulu sama Aji, terus kemarin sama Fenly, ini udah sama cowok baru, beda sekolah lagi." Balas teman perempuan tersebut dengan masih berbisik. Namun, Kezia dan Fiki dapat mendengarnya dengan jelas. Refleks, Fiki menoleh ke arah tiga orang perempuan yang sedang menatap sinis mereka berdua. Kezia menunduk perlahan, menghindari pandangan orang lain.

"Lu pada..." Fiki ingin sekali menegur para siswi itu, tetapi langkah dan omongannya terhenti saat melihat seseorang berjalan di tengah ketiga orang tersebut -membuat jarak antara seorang perempuan dan dua orang teman lainnya.

"Lu pada kalau kagak suka sama seseorang, ngomong langsung depan mukanya, baku hantam aja kalau bisa, jangan bisik-bisik dan sebar rumor kagak jelas." Seorang laki-laki berjalan santai di antara ketiga perempuan itu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku hoodie. Refleks, Kezia menoleh ke arah sumber suara laki-laki tersebut.

"Aji?" Ucap Kezia pelan.

"Hah?! Aji?" Fiki menoleh kaget Kezia dan langsung melihat ke arah Fajri.

"Dan buat lu." Fajri berhenti tepat di depan Kezia. Kezia terdiam menatap Fajri. "Jangan bucin di sekolah lah, males gue liatnya." Fajri menatap datar Kezia sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan beberapa pasang mata yang menatap heran sekaligus kaget kepadanya.

"JI." Zweitson berlari dari arah kelas dan berteriak memanggil Fajri.

Semua mata yang sebelumnya terpaku sama punggung Fajri, kini menoleh ke arah datangnya Zweitson. Tanpa alasan, Zweitson berhenti di antara kelima orang tersebut. Pandangan Zweitson berpindah antara tiga orang perempuan di sebelah kanannya dan dua orang di sebelah kirinya. Zweitson paham situasi yang sudah sering terjadi belakangan ini, dia mendesah pelan.

"Lu bertiga kagak punya kerjaan ya selain ikut campur urusan orang?" Zweitson menatap malas tiga orang perempuan di sebelahnya.

"Lu pasti kagak terima kan sahabat lu dijadiin mainan sama cewek sok baik ini?" Seorang perempuan menunjuk kesal ke arah Kezia.

"Ini kagak ada urusannya sama itu." Jawab Zweitson cepat. "Lu pada mending urusin sana nilai sekolah lu yang anjlok. Bentar lagi ujian kelulusan, kalian mau ngandelin status sebagai anak guru mulu?" Kalimat Zweitson mampu membuat geram ketiga perempuan di hadapannya.

"Lu mau gue laporin papah?" Salah seorang perempuan yang merupakan anak dari wakil kepala sekolah menatap kesal Zweitson.

"Dih, manja. Dikit-dikit orang tua. Dikit-dikit papah." Zweitson memutar bola matanya sembari melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Lu..." Seorang perempuan ingin meluapkan emosinya, tetapi langsung ditahan teman yang lainnya.

"Udah kita pergi aja." Ajak salah satu temannya dengan menatap sinis Zweitson.

"Awas aja ya lu." Perempuan itu terus saja mengancam Zweitson. Ketiga perempuan itu pergi, Zweitson mendesah pelan.

"Mending lu berdua pindah tempat kalau masih mau ngobrol." Zweitson melirik sekilas Kezia dan Fiki sebelum akhirnya pergi menyusul Fajri.

"Kenapa sih murid di sini aneh semua?" Fiki mengoceh pelan. "Oh iya, Zi." Fiki kembali menoleh ke arah Kezia. "Gue duluan ya. Lagipula udah lima menit nih kyknya, nanti pacar lu marah." Fiki terkekeh kecil. "Bye." Fiki berlari menjauhi Kezia, melambaikan tangannya.

"Pacar." Tanpa sadar, Kezia mengucap kata itu pelan. Kezia menatap kosong ke depan, entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Satu hal yang Kezia tahu, dia lelah dengan kehidupannya sekarang.

Continue Reading

You'll Also Like

4K 205 25
"Ketika aku dihujani kebahagiaan disitu aku lupa, bahwa seharusnya aku belajar untuk merasakan sakit." *Marshanda zemira Anastasia* "Aku terlalu bodo...
1.8K 20 33
• Karena aku menyangimu tanpa karena • - Zhendra Lee Miller - • Aku tidak perlu kisah sempurna untuk kita jalani, yang aku perlukan adalah dirimu t...
5K 728 23
"Aji, jagain umi, kak Yessica ya, kak Ricky pamit dulu untuk pergi ke Swis" ucap Ricky berpamitan. "Iya kak, hati hati ya" jawab Fajri. "Iya ji, aj...
9.8K 2.1K 32
"Woi! Ada anak baru, cewek cakep." -Gilang "Sedikit kagak penting sih ya." -Fenly "Oh, terus gue harus apa?" -Shandy "Siap aja nih denger ada yang pu...