Hari ke sembilan. H-2 sebelum malam tahun baru.
Pukul 8 pagi, Xinlong baru saja terbangun dari tidurnya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu ia turun ke lantai satu menuju dapur untuk membuat sarapan.
Namun, sesampainya di sana, ia dikejutkan dengan ketiga kakaknya yang terlihat sedang sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan. Karena tidak biasanya ketiga kakaknya itu terlihat berkumpul bersama saat di rumah. Terlebih lagi kedua kakaknya, Jackson dan Yugyeom yang jarang pulang ke rumah, mereka akan selalu sudah tidak terlihat lagi di pagi harinya walau pun di malam sebelumnya mereka baru saja pulang.
"Xinlong, kau sudah bangun." Ucap Jinyoung.
"Selamat pagi, hyungdeul." Sapa Xinlong.
"Selamat pagi juga Xinlong." Ucap Jackson dan Yugyeom secara bergantian.
"Jackson hyung, Yugyeom hyung, kalian tidak biasanya masih ada di rumah saat pagi." Ucap Xinlong.
"Hari ini kami ada waktu senggang. Jadi kami bisa lebih lama berada di rumah." Ucap Jackson.
"Xinlong, mau susu hangat?" Tanya Yugyeom dengan menampilkan senyuman ramah.
"Mau, hyung." Jawab Xinlong dengan senyuman cerah terlihat di wajahnya.
Jinyoung yang melihat interaksi mereka hanya bisa tersenyum nanar. Memori di otaknya mulai memutar kembali ingatan tentang beberapa kalimat yang Jaemin ucapkan untuknya semalam.
"Apa yang akan hyung lakukan jika Xinlong tahu bahwa hyung adalah seorang pembunuh? Apa hyung pikir dia akan senang dengan hal itu?"
"Apa kalian bertiga tidak memikirkan nasib Xinlong nantinya, jika kalian tertangkap oleh polisi dan masuk penjara? Kalian tega meninggalkan Xinlong sendirian?"
"Apa hyung akan lepas tanggung jawab begitu saja sebagai seorang saudara?"
Jinyoung mulai merasakan sesak pada dadanya. Tetapi ia buru-buru mengatur nafasnya agar bisa normal kembali.
"Hyung, apa masih lama memasaknya?" Tanya Xinlong yang tiba-tiba berdiri di samping Jinyoung hingga membuat Jinyoung sedikit tersentak kaget.
"Ini sudah selesai." Jawab Jinyoung sambil tersenyum.
Setelah itu ia menyajikan masakannya ke dalam sebuah mangkuk berukuran sedang. Lalu Xinlong membantunya untuk membawa masakan tersebut ke atas meja makan.
Makanan untuk sarapan pagi sudah siap dan mereka pun segera menyantapnya.
"Selamat makan~"
Jeno baru saja terbangun dari tidurnya. Ia semalaman ada di markas dan tidur di sana.
Tak berapa lama kemudian Haechan dan Renjun datang. Mereka masuk ke dalam markas secara terburu-buru.
"Kalian kenapa?" Tanya Jeno dengan suara beratnya.
"Dingin." Jawab Renjun. Ia dan Haechan langsung menuju penghangat ruangan yang terletak di samping kiri televisi, sedangkan Jeno masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
"Kau baca artikel yang dirilis tepat tengah malam dini hari tadi?" Tanya Haechan.
"Tentang kabar Tuan Zhong dan Tuan Ham yang menjalin kerjasama lagi?!" Tanya Renjun untuk menebak artikel yang Haechan maksud.
"Eum." Haechan menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku membacanya." Ucap Renjun.
"Apa yang dipikirkan Tuan Zhong hingga ia mau menjalin kerjasama lagi dengan orang seperti Tuan Ham?!" Tambahnya.
"Entahlah. Tapi apa kau pikir hal itu terasa ada yang janggal?" Tanya Haechan.
"Janggal bagaimana maksudmu?" Tanya Renjun.
"Tuan Zhong pasti sudah tahu bagaimana sifat ambisiusnya Tuan Ham, sedangkan Tuan Ham pastinya sekarang sedang menyalahkan atau bahkan dendam pada Tuan Zhong karena putranya telah terbunuh di rumah kediaman keluarga Zhong saat menghadiri pesta yang diadakan oleh Chenle, dan mungkin saja Tuan Ham juga menuduh Tuan Zhong sengaja merencanakan pembunuhan terhadap Ham Wonjin karena dia dendam padanya." Ucap Haechan.
"Dari tiga hal itu, seharusnya Tuan Zhong mau pun Tuan Ham akan sangat sulit untuk saling menjalin kerjasama kembali." Tambahnya.
"Hmm, mungkin saja Tuan Zhong merasa bersalah atas meninggalnya Wonjin, dan karena hal itu Tuan Zhong ingin menjalin kerjasama lagi dengan Tuan Ham." Ucap Renjun.
"Itu mungkin saja. Tapi tetap saja aku merasa masih ada yang janggal. Terlebih lagi, di dalam artikel disebutkan bahwa Tuan Zhong baru semalam mengadakan pertemuan dengan Tuan Ham untuk membahas mengenai rencana kerjasama mereka, dan Tuan Ham langsung menyetujui rencana itu begitu saja." Jelas Haechan.
"Benar juga." Balas Renjun.
"Mungkin kau tidak sadar tentang satu hal janggal lainnya yang ada di dalam artikel itu." Ucap Haechan. Renjun memperhatikan Haechan dengan tatapan seolah-olah ia meminta kejelasan untuk ucapan Haechan barusan.
"Artikel itu dibuat oleh username Anonim yang keberadaannya tidak bisa dilacak."
"Perusahaan besar seperti milik Tuan Zhong dan milik Tuan Ham biasanya akan menggunakan patner seperti Media Relations untuk mempublikasikan sesuatu yang terjadi di dalan perusahaan mereka, dan biasanya ada dua artikel dari dua sudut pandang yang berbeda yang akan di publis dari dua Media Relations masing-masing perusahaan." Jelas Haecha.
"Aku tidah tahu kalau kau bisa tahu mengenai perusahaan sampai sejauh itu." Ucap Renjun kagum.
"Aku tahu hal seperti itu semenjak kita mengusut kasus rumit ini." Ucap Haechan.
"Jaemin ada menghubungi kalian?" Tanya Jeno yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Membuat Haechan dan Renjun seketika menengok ke arah Jeno.
"Tak ada." Jawab Renjun. Haechan menggelengkan kepalanya.
"Kau juga belum di hubungi?" Tanya Haechan. Jeno menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Jaemin juga tidak bisa di hubungi sejak dia pergi ke rumah Jinyoung hyung. Pesan pribadi dan pesan grup pun tidak ada yang di balas." Ucap Renjun.
"Aku jadi mulai merasa cemas." Tambahnya.
"Tenang saja. Tidak perlu cemas. Jaemin baik-baik saja dan sekarang masih berada di rumah." Ucap Haechan.
"Benarkah? Kau tahu dari mana? Katanya kau tidak ada di hubungi Jaemin." Ucap Renjun.
Tiba-tiba Haechan mengeluarkan ponselnya. Lalu ia memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan peta digital dengan titik merah yang ada di tengahnya.
"Peta apa itu?" Tanya Jeno.
"Peta lokasi Jaemin sekarang." Ucap Haechan.
"Karena Jaemin tidak memberi kabar sama sekali sejak semalam, jadi aku melacak keberadaannya melalui GPS yang ada di ponselnya." Jelasnya.
"Hmm, mungkin Jaemin sedang mengerjakan sesuatu setelah pulang dari rumah Jinyoung hyung, makanya dia tidak menjawab pesan kita." Ucap Renjun.
"Mungkin saja." Balas Haechan.
"Lalu sekarang apa yang kita lakukan sambil menunggu Jaemin datang?" Tanya Jeno.
"Aku akan melanjukan merangkum informasi yang sudah kita dapat." Jawab Renjun.
"Aku akan mencari lanjutan dari artikel yang dini hari baru saja dirilis." Jawab Haechan.
"Artikel?" Tanya Jeno bingung.
"Artikel yang membahas Tuan Zhong dan Tuan Ham menjalin kerjasama kembali." Jawab Haechan.
"Oh, artikel itu. Aku sudah membacanya." Ucap Jeno.
Haechan dan Renjun melakukan tugas yang sebelumnya mereka ucapkan, dan Jeno sendiri yang tidak tahu mau melakukan apa, ia memutuskan untuk membantu Renjun menyusun bagian lembaran berkas yang sudah Renjun rangkum.
Setelah lebih dari satu jam, Renjun akhirnya selesai merangkum semua berkas informasi dua kasus yang sudah mereka dapatkan, sedangkan Haechan, ia tidak menemukan kelanjutan dari artikel yang sebelumnya sudah ia bahas.
Kemudian setengah jam berlalu begitu saja tanpa kegiatan apa pun, hingga akhirnya Jaemin datang dengan penampilan yang sedikit berantakan sambil membawa sebuah map berwarna krim yang di dalamnya terlihat seperti tumpukan lembaran kertas yang tebal.
"Jaemin, kau kenapa?" Tanya Renjun cemas.
"Aku tak apa." Jawab Jaemin saat ia sudah duduk di sofa sebelah kiri Renjun.
Haechan yang awalnya sedang berbaring di atas kasur segera menghampiri ketiga temannya yang berada di sofa lalu duduk di sebelah kanan Jeno.
Jeno, Haechan, dan Renjun memperhatikan Jaemin yang sedang membuka map yang ia bawa lalu mengeluarkan tumpukan lembaran kertas yang terlihat sudah terisi banyak tulisan. Jaemin juga mengeluarkan beberapa lembaran foto berukuran 3R dari dalam map tersebut.
"Itu tumpukan berkas informasi?" Tanya Renjun.
"Eum." Jaemin berdehem sebagai jawaban.
Kemudian Jaemin membagikan tumpukan berkas itu kepada ketiga temannya serta dirinya sendiri.
"Semalam aku mencari informasi mengenai silsilah keluarga Tuan Ham, dan aku menemukannya cukup banyak." Ucap Jaemin.
Ketiga temannya mulai membuka lembaran pertama berkas informasi tersebut.
"Aku akan menjelaskan poin-poin pentingnya, dan ini semua berkaitan dengan Tuan Ham." Ucap Jaemin.
"Sebelumnya aku ingin bertanya, apa kalian sudah membaca artikel tentang Tuan Zhong dan Tuan Ham yang kembali menjalin kerjasama?" Tanya Jaemin.
"Ya, kami sudah membacanya." Jawab Jeno dan di setujui dengan anggukan kepala oleh Haechan dan Renjun.
"Bagus. Jadi aku hanya harus menjelaskan alasan dibalik terjalinnya kerjasama dari dua pendiri perusahaan besar itu." Balas Jaemin.
"Kau tahu alasannya?" Tanya Renjun sambil menunjukkan ekspresi terkejut. Begitupun dengan Jeno dan Haechan yang tidak kalah terkejutnya dari Renjun.
"Eum. Sekarang dengarkan dan perhatikan berkas yang ada di tangan kalian sekarang ini. Aku akan menjelaskan secara berurut." Ucap Jaemin.
"Pertama, alasan Tuan Zhong menjalin kerjasama lagi dengan Tuan Ham. Itu karena Tuan Zhong telah mengetahui semua kebusukan Tuan Ham dalam mengembangkan bisnis perusahaannya. Tuan Zhong berencana untuk memberikan pelajaran pada Tuan Ham dengan cara merusak sistem kinerja para karyawan yang ada di Perusahaan Elektronik milik Tuan Ham."
"Sedangkan alasan kenapa Tuan Ham mau menerima bekerjasama lagi dengan Tuan Zhong walau pun Wonjin tewas terbunuh di rumah kediaman keluarga Zhong, itu karena Tuan Ham berencana ingin menjatuhkan Perusahaan Properti milik Tuan Zhong dengan cara yang sama seperti saat Tuan Ham menjatuhkan perusahaan koleganya sendiri yang di pegang oleh Tuan Yoo."
"Mereka manjalin kerjasama hanya untuk menyingkirkan satu sama lain." Gumam Jeno.
"Kedua, Wonjin sebenarnya bukanlah anak kandung dari Tuan Ham dan istrinya, Ham Soyou, melainkan anak dari hubungan antara Ham Soyou dan suaminya terdahulu yang bernama Sohn Hyunwoo. Sohn Hyunwoo ini adalah detektif yang dulunya menangani kasus ledakan polonium di Big Mall. Tetapi setelah dua minggu Detektif Sohn mengusut kasus tersebut, dia dinyatakan hilang dan hingga saat ini keberadaannya belum di temukan."
Jaemin menunjukkan kepada Jeno, Haechan, dan Renjun dua buah foto dengan tampilan jarak potret dekat dan jauh. Dua foto tersebut sama-sama memperlihatkan seorang pria bertubuh besar dan kekar yang hendak keluar atau masuk ke dalam mobil. Orang yang ada di foto itu adalah Detektif Sohn.
"Setelah satu tahun kemudian, Tuan Ham melamar Sohn Soyou dengan diiming-imingi bantuan pencarian Detektif Sohn, dan karena bujukan itu, Sohn Soyou akhirnya mau menikah dengan Tuan Ham."
"Tuan Ham selalu mencampakkan Wonjin yang menjadi anak tirinya, karena Tuan Ham hanyalah menginginkan Sohn Soyou saja. Hal itulah yang menyebabnya Tuan Ham tidak peduli dengan kematian Wonjin dan malah terlihat semakin sibuk mengurus perusahaannya." Ucap Jaemin.
"Jadi itu sebabnya Wonjin membenci Chenle dan selalu berkelahi dengannya. Itu karena Wonjin iri dengan kehidupan Chenle yang selalu diberi kasih sayang oleh Tuan Zhong." Gumam Renjun.
"Ketiga, Tuan Ham memiliki seorang adik yang terlahir bisu bernama Ham Changkyun. Tuan Ham memanggilnya dengan nama I.M. Kode nama yang diberikan oleh Tuan Ham."
"I.M adalah orang yang meletakkan bom polonium di Big Mall serta meledakkannya. Dia juga orang di balik hilangnya semua artikel di internet dan arsip koran di Perpustakaan Kota yang membahas tentang ledakan bom polonium itu, dan dia pula orang yang telah sengaja menabrakkan mobilnya ke mobil Kun hyung saat Renjun masih berada di dalam mobil hingga membuat Renjun mengalami luka ringan."
Renjun sangat terkejut saat mendengar apa yang baru saja Jaemin ucapkan. Tak terkecuali Jeno dan Haechan.
Jaemin kembali memperlihatkan dua buah foto kepada ketiga temannya. Di foto pertama memperlihatkan wajah dingin seseorang dari jarak kamera yang cukup dekat, sedangkan di foto kedua memperlihatkan seorang pria yang mengenakan masker serta topi dan hanya terlihat mata tajamnya saja.
Renjun memperhatikan dua foto itu dengan teliti. Lalu ia mengambil foto kedua untuk melihat lebih dekat foto itu.
"Aku pernah bertemu dengan orang ini." Ucap Renjun. Matanya tetap fokus memperhatikan selembar foto di tangannya.
"Di mana?" Tanya Haechan.
"Di Perpustakaan Kota. Di hari saat aku dan Jeno pergi ke sana, dan sebelum Jeno menghilang." Ucap Renjun.
"Saat itu aku pergi ke toilet dan tak sengaja menabrak seseorang saat aku ingin masuk ke dalam toilet. Orang itu sangat mirip dengan orang yang ada di foto ini." Jelas Renjun.
"Kau yakin?" Tanya Jaemin.
"Aku sangat yakin, karena aku sempat melihat matanya."
"Pantas saja waktu itu dia melihatku dengan tatapan yang aneh." Gumam Renjun.
"Apa kau tahu kenapa I.M ingin mencelakaimu?" Tanya Jaemin. Renjun menggelengkan kepalanya.
"Itu karena sesuatu yang Tuan Yoo berikan pada Kun hyung." Ucap Jaemin.
Lagi-lagi ucapan Jaemin membuat ketiga temannya terkejut.
"Sesuatu? Sesuatu apa?" Tanya Renjun dengan panik. Tubuhnya kini sedikit bergemetar karena mendengar hal yang baru saja Jaemin ucapkan.
"Untuk itu aku belum tahu. Tapi kita, ah bukan kita, tapi kau yang akan mencaritahunya. Setelah diskusi kita selesai, kau harus segera menemui Kun hyung dan cari tahu apa yang sudah Tuan Yoo berikan padanya." Ucap Jaemin.
Renjun masih terkejut dengan penjelasan Jaemin mengenai Kun, tetapi ia tetap setuju dengan ucapan Jaemin.
"Dari mana kau mendapatkan informasi ini?" Tanya Jeno.
"Untuk informasi mengenai I.M, aku mendapatkannya dari Chenle." Jawab Jaemin.
"Aku meminta Chenle untuk mengambil black box yang ada di semua mobil milik Tuan Zhong, dan menyerahkannya padakku tengah malam dini hari. Karena aku mendapatkan informasi bahwa sopir sekaligus bodyguard pribadi Tuan Zhong yang bernama Nakamoto Yuta, pernah bertemu dan berkelahi dengan I.M." Ucap Jaemin.
"Perkelahian mereka di sebabkan karena Yuta tidak sengaja mendengar percakapan dua bodyguard Tuan Ham yang sedang membicarakan tentang rencana Tuan Ham yang ingin menyingkirkan Tuan Yoo."
"I.M yang melihat Yuta sedang memperhatian dua bodyguard Tuan Ham terlihat tidak suka akan hal itu dan langsung menghajar Yuta, serta dari situlah mereka mulai berkelahi."
"Semua itu terekam di dalam black box mobil yang pernah Yuta kendarai untuk pergi mengantar Tuan Zhong ke Perusahaan Elektronik milik Tuan Ham."
"Lalu di bagian mana kau bisa tahu kalau Tuan Yoo pernah memberikan sesuatu pada Kun hyung?" Tanya Renjun.
"Yuta pernah mengantarkan Chenle dan Jisung pergi ke Taman Deokjin. Di sana, black box yang ada di dalam mobil yang di kendarai oleh Yuta saat itu merekam kejadian saat Tuan Yoo memberikasn sesuatu pada Kun hyung. Tidak jelas benda atau sesuatu apa yang di berikan oleh Tuan Yoo, tapi Kun hyung terlihat terkejut saat Tuan Yoo memberitahukannya sesuatu."
"Memberitahukan apa?" Tanya Renjun.
"Aku tidak tahu. Karena suara mereka tidak terekam di dalam black box mobilnya." Jawab Jaemin.
"Sepertinya aku memang harus menemui Kun hyung. Agar kita bisa tahu dengan pasti sesuatu apa yang di berikan oleh Tuan Yoo." Ucap Renjun.
--Tbc--
________________________________________________
A Piece of Glass
Chapter 37 : Shocking Facts
Sunday, 26 September 2021