Berhati-hatilah pada typo yg mungkin kelewatan(^^).
****
"Hoam..."
"Aku rasa ini terlalu pagi."
Pagi buta Anak-anak gadis 1A berkumpul di lapangan depan bangunan asrama.
"Hei, dimana anak laki-laki?. Kenapa hanya kalian bertiga?." Mina bertanya pada tiga orang yang satu-satunya turun dari asrama laki-laki.
Ketiga orang itu saling melirik.
"Apa kalian merasakan hujan air panas kemarin?." Todoroki memulai.
Yaoyorozu dan Uraraka mengangguk.
"Tunggu dulu, biar aku tebak. Itu Bakugo bukan?." Jirou menyela.
"Ya, seperti yang kalian tahu. Itu jelas Kacchan." Midoriya mengangkat bahu dengan ragu. Jika bukan karena dia terlalu khawatir pada Kota dia mungkin akan ikut terseret kekacauan.
Semua orang di kelas sudah menghafal karakter bom 1A. Karena kejadian kemarin sampai ke telinga Aizawa-sensei, semua orang yang terlibat bertanggung jawab untuk membereskan kekacauan yang telah mereka timbulkan.
"Lalu bagaimana kalian bertiga bisa selamat sampai di sini?." Mina bingung.
"Bisa dibilang karena keberuntungan." Dengan gaya anggun Aoyama menata rambutnya. Sama seperti mereka terbiasa dengan karakter Bakugo, perilaku unik Aoyama juga terlihat biasa di mata mereka.
"Baiklah semuanya berkumpul." Aizawa-sensei tiba dengan membawa Nagato di belakangnya. "Yang lain akan menyusul seperempat jam lagi. Kalian mulai pemanasan terlebih dahulu."
Seperempat jam kemudian anak-anak laki-laki yang lain ikut berbaris di lapangan dan mulai pemanasan. Mereka semua berwajah masam terutama Bakugo yang bergabung di barisan paling akhir. Itu semua terjadi karena Aizawa-sensei membangunkan mereka sebelum subuh dan membuat mereka membersihkan kekacauan di pemandian air panas hingga dini hari.
Aizawa-sensei melihat arlojinya kemudian pada Nagato yang sejak tadi diam dan hanya melihat orang lain melakukan pemanasan. "Cukup, berkumpul sekarang."
"Bakugo, berapa rekor lemparan bolamu saat pengetesan fisik?."
Bakugo mengingat sejenak. "705,2 m."
Aizawa-sensei mengangguk dan memberinya bola yang sama. "Sekarang coba lempar sekali lagi."
Bakugo menggenggam bola itu dengan erat lalu melemparnya jauh bersama dengan ledakan. "MATI!!." Boom...
Bola terlempar jauh kehutan. Setelah menunggu sekitar beberapa detik Aizawa-sensei mengangkat alat penghitung yang di pegangnya.
709,5 m.
Angka itu mengejutkan hampir semua orang disana. Begitu pula Bakugo.
"Inilah perkembangan kalian selama satu semester. Jangan kira hanya karena kalian menghadapi berbagai macam bahaya yang lalu kalian merasa telah berkembang pesat. Bahkan dengan talenta berbakat yang dimiliki Bakugo bersama dengan semua latihannya selama ini, hanya inilah hasilnya." Aizawa-sensei menunjukkan angka itu pada semua orang.
"Jadi karena inilah kalian menjalani pelatihan ini. Jangan samakan kegiatan ini dengan camping atau liburan. Bersikaplah serius pada latihan. Perbaiki kekuatan kalian, dan kembangkan bakat kalian. Agen Wild wild Pussycats akan membantu untuk mencari kelemahan kalian dan memperbaikinya. Semuanya paham?!."
"YA SENSEI!." Dengan jawaban keras itu maka pelatihan berat di musim panas telah resmi di mulai.
Bakat setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Aizawa-sensei sejak awal telah menyadari hal ini. Maka dari itu setiap pelatihan yang diberikan juga berbeda sesuai dengan kemampuan quirknya masing-masing.
Setiap metode pelatihan unik yang diberikan akan membuat para murid mencapai batasan mereka dan dirancang untuk membuat mereka melewati batasan tersebut.
Suara gemuruh, teriakan dan ledakan memenuhi tempat itu. Suara paling keras terutama di keluarkan Bakugo bersama dengan umpatan khas miliknya. "Sialan!!." Boom!!.
Tidak jauh dari orang itu terdapat Todoroki yang berendam di dalam tong air hangat. Dia berusaha semaksimal mungkin menggunakan kedua kemampuannya secara bergantian untuk menjaga suhu dalam tong tidak mendingin atau memanas.
Nagato duduk berteduh di atas pohon sambil menonton pemandangan ini saat tiba-tiba melihat Iida lewat bagai motor sport. Saat dia menoleh ke tempat lain yang memenuhi matanya ialah cahaya menyilaukan milik laser Aoyama dan Uraraka yang menggelinding di dalam bola plastik menuruni bukit.
Dan untuk yang lainnya, Sero telah membuat segunung selotip. Combat Ojiro dan Kirishima. Shoji dan Hagakure yang bermain petak umpet. Sato dan Yaoyorozu yang terlihat seperti lomba makan cepat. Oh, sepertinya yang berada di belakang mobil van itu Mina, Tsuyu dan Jirou.
Yang belum dilihat Nagato. Koda yang berteriak dengan nyaring di puncak gunung, dan Tokoyami tentu saja. Sepertinya dia telah melupakan seseorang. Nagato mengusap dagunya.
"Lebih keras!."
"YA!."
"Buat tubuhmu lentur dengan musik itu!!."
"BAIK!."
Mata Nagato diam-diam berkedut ringan. Bagaimana bisa dia melupakan tokoh utama dalam cerita ini. Di bawah pepohonan yang teduh terdapat Midoriya yang sedang bersenam sambil diiringi teriakan semangat dari Tiger. Salah satu Pro Hero dari Pussycats.
Tidak jauh dari tokoh utama itu ada Aizawa-sensei dan wali kelas 1B Vlad King yang datang tidak lama.
Semua orang sibuk. Terkecuali Nagato.
Nagato membuka sketchbooknya dan mulai menggores. Memikirkan penyerangan komplotan Dabi yang akan mendatang membuat Nagato bingung. Haruskah dia ikut campur?. Tapi bukankah lebih nyaman jika hanya menonton.
Dalam pikirannya Nagato bukanlah bagian dari dunia ini. Jadi tidaklah baik jika dia ikut campur. Tapi keraguan membayangi hati nuraninya sebagai sesama manusia.
Setelah tinggal di dunia ini cukup lama. Dia sadar jika mereka ini bukalah sekedar tokoh, ataupun karakter dalam cerita. Mereka juga bernafas, beraktivitas, bercengkrama, bertingkah layaknya manusia pada umumnya.
Apakah benar dunia ini hanyalah dunia dua dimensi?. Sebelumnya Nagato berspekulasi jika dunia ini merupakan cerita fanfiction. Ada seseorang di luar sana yang terus menerus menggambar garis-garis kehidupan. Membuat mereka bisa hidup dan bergerak.
Tapi pertanyaannya adalah, Siapa?. Dan kenapa bisa menariknya kesini?. Kenapa harus Nagato?.
Klik.
Mata pensilnya patah. Barulah Nagato tersadar ternyata dia telah melamun dan menggambar banyak tanda tanya di atas kertas. Haah..., Nagato menghela nafas. Kenapa juga dia memikirkan hal ini. Lagipula juga tidak berguna sama sekali.
"Hei, turunlah." Aizawa-sensei mengetuk batang pohon tempat Nagato bersantai.
Nagato melompat turun dari ketinggian dengan mudah menggunakan shinra tensei. "Ikuti aku, entah kenapa mataku gatal hanya melihatmu bersantai sementara yang lain berlatih keras."
Setelah berjalan jauh ke tengah hutan lebat Aizawa-sensei berhenti. Kemudian berkata tanpa ekspresi. "Keluarkan serangan terkuatmu."
Nagato terkejut sejenak. Kemudian mengerutkan kening. "Tidak, aku tidak mau."
Aizawa-sensei mengangkat satu alisnya. Matanya yang merah karena kurang tidur terlihat tenang. "Kenapa?. Ini mungkin menjadi satu-satunya kesempatanmu untuk melarikan diri dari tangan UA. Kau bisa saja bebas dengan mengalahkan aku. Aku beri tahu ya, pelacak di tanganmu itu hanya bisa di gunakan dalam radius lima kilometer dengan UA sebagai pusatnya. Bahkan jika kau melarikan diri hanya sampai pinggiran Tokyo. UA akan kesulitan menemukanmu. Apalagi di tempat ini. Yang sangat jauh dari Tokyo."
"Jadi ayo, berikan serangan terkuatmu." Meski berkata seperti itu, Aizawa-sensei tetap dalam posisi santai dengan dua tangan dalam sakunya. Tidak bersiap untuk bertarung sama sekali.
Nagato menggenggam erat tangannya. Jika yang di katakan Aizawa-sensei itu benar. Maka inilah satu-satunya peluangnya.
Rinegannya mulai berputar secara perlahan.
....
Gemuruh.
"Eh?, ini? apakah terjadi gempa bumi?." Jirou yang peka terhadap suara menangkap getaran dari earphone miliknya yang menancap di tebing.
"Gempa bumi?. Aku tidak merasakan apapun. Tsuyu-chan!, berhati-hatilah di atas!. Jirou berkata jika terasa seperti gempa bumi!." Mina yang berlatih di samping Jirou memperingatkan Tsuyu yang memanjat di atas mereka.
"Tentu, gero!." Tsuyu melambai dari atas.
Jirou merasakan dengan baik. "Tunggu, ini bukan gempa bumi. Ini seperti...,"
Kaboomm....!!
Semua orang menoleh pada ledakan di kedalaman hutan yang jauh. Dan menghentikan aktivitas mereka sejenak.
"Apa itu Bakugo?." Kirishima melihat asap tebal yang membumbung ke langit.
"Jika ledakan itu milik Bakugo. Lalu siapa yang berdiri tidak jauh di dekat Todoroki?." Perkataan Ojiro membuat yang lain menoleh ke tempat Todoroki secara serentak. Sementara Todoroki sendiri menengok ke orang berambut pirang runcing di dekatnya.
Jika Bakugo disini lalu siapa yang di sana?.
Kaboomm....!!!!
Ledakan kedua datang lagi tapi disertai dengan getaran yang kuat mirip gempa bumi.
"Semuanya berhati-hatilah!. Terutama yang berada di dekat tebing!. Berhati-hati terhadap bebatuan yang mungkin ikut terjatuh!." Iida berlari dan memperingatkan semua orang.
Kaboomm....!!
Bakugo mengepalkan tangannya. Tanpa di tebak pun dia sudah tahu siapa yang membuat ledakan itu. Hal ini membuatnya teringat kembali dengan perkataan Aizawa-sensei yang mengatakan tidak mereka tidak cukup berkembang bahkan dengan semua peristiwa berbahaya yang berhasil mereka hadapi.
Dia harus bisa menjadi lebih kuat dari anak kecil itu. Bakugo melanjutkan latihannya tanpa perduli tatapan orang lain. "SIALAN!." Boom!.
....
Kaboomm!
Suara itu sebenarnya bukanlah ledakan. Tapi puing-puing yang terdorong dengan kekuatan besar. Mirip seperti mobil sport yang tiba-tiba menabrak. Mobil yang melaju kencang cenderung membawa kekuatan besar yang tanpa suara.
Tapi begitu kekuatan besar itu tiba-tiba di hentikan. Maka akan langsung terpencar pecah kemana-mana yang akan membuat suara keras. Seperti itulah analisis Aizawa-sensei tentang shinra tensei setelah mengalaminya secara langsung.
Mobil perlu memanaskan mesinnya terlebih dahulu sebelum membuat kecepatan seperti itu. Atau jika tidak, maka mesinnya akan cepat rusak.
Dan berdasarkan pengamatan Aizawa-sensei. Nagato juga melakukan hal yang sama. Anak itu akan memerlukan beberapa waktu untuk melepaskan kekuatan yang besar. Semakin lama waktu yang dipersiapkan, maka akan semakin besar pula kekuatan yang di lepaskan. Aturan ini juga berlaku sebaliknya.
Tapi Aizawa-sensei mengerutkan kening. Setelah melompat ke pohon lain seperti ninja sekali lagi.
Nagato anak itu. Sama sekali tidak terlihat kelelahan bahkan setelah melepaskan kekuatan sebesar itu. Seakan anak itu memiliki energi tanpa batas.
Tarikan nafasnya tidak tersendat atau kelelahan. Kekuatan yang di keluarkan pun tidak melambat atau mengurang. Entah ini memang cara bertarungnya atau ini semua hanya kamuflase dari luar untuk mengelabuhi musuh supaya mereka berpikir jika Nagato memiliki energi tanpa batas.
Jika memang benar maka orang yang mampu mempertahankan kamuflase seperti ini hingga musuhnya menyerah memang benar-benar monster.
Tapi sayangnya Aizawa-sensei telah mengetahui kebenarannya. Recovery Girl telah mengatakan jika Nagato menggunakan quirknya secara berlebihan, maka akan memiliki efek samping. Yaitu tidurnya menjadi lebih panjang. Hal ini untuk mengganti energi yang telah terbuang selama pertarungan.
Tapi jika kau hanya perlu tidur untuk mengisi ulang penuh pelurumu kemudian kembali menembaki musuh hingga habis. Lalu tertidur lagi untuk isi ulang. Kemudian kembali menembaki lagi setelah terisi penuh.
Bukankah hal seperti curang?. Efek samping quirknya yang seperti ini terlalu sempurna untuk pertempuran jangka panjang. Seperti robot, mesin yang tanpa istirahat terus bekerja. Jika baterainya habis maka tinggal di cas ulang.
Hal seperti ini seakan buatan manusia.
Aizawa-sensei tiba-tiba mengelak ke samping. Besi hitam tepat melewati samping lehernya.
"Seharusnya paman tidak menghindarinya." Bisikan kekanak-kanakan terdengar dari sisi lain kepala Aizawa-sensei. Bersamaan dengan kaki kecil yang akan menghantam kepalanya. Duak!.
Aizawa-sensei mencengkeram kaki Nagato sambil mengaktifkan quirknya. "Baiklah cukup. Tidak sopan anak kecil menendang kepala orang tua."
"Tapi aku belum menang. Dan paman juga belum kalah. Ini bahkan tidak bisa di sebut seri. Paman menggantungkan pertandingan ini." Setelah kehilangan quirknya Nagato mengerutkan kening.
"Aku wasitnya. Jadi terserah padaku." Aizawa-sensei berjalan pergi tanpa memperdulikan ketidakadilan Nagato.
".... Dasar." Nagato diam-diam mengutuk tanpa sepengetahuan Aizawa-sensei.
Anak-anak kelas A dan juga kelas B melakukan yang terbaik dalam banting tulang mereka selama sehari penuh. Yang pada ujungnya di sambut oleh tawa main-main Ragdoll yang telah menyiapkan bahan mentah untuk di masak sendiri.
"Haha!!, lihat wajah-wajah menyedihkan kalian!!." Wanita bermata bulat terlihat puas tertawa tanpa memperdulikan perasaan orang lain yang ditertawakannya.
Dan dari ekspresi suram anak-anak sekolah itu Nagato menyimpulkan jika kemungkinan besar mereka mengharapkan perjamuan penuh makanan seperti kemarin. Tapi sayangnya kenyataan tidak pernah selalu sama. Mereka di haruskan membuat masakan mereka sendiri jika ingin makan.
Semua orang berbagi tugas dalam menyiapkan makanan. Beruntungnya mereka hanya perlu membuat kare karena nasinya telah di siapkan oleh Mandalay dan Pixie-bob.
Jadi malam itu mereka mengisi tenaga dengan nasi kare dan kemudian mandi di pemandian air panas.
Yang berbeda adalah suasana pemandian itu sangat sunyi karena Aizawa-sensei menunggu di depan pintu pemandian. Memastikan mereka tidak membuat kekacauan lagi.
Rutinitas di hari kedua masih sama seperti kemarin. Setelah latihan mereka membuat kare kemudian membersihkan diri lalu istirahat.
Kemudian saat hari ketiga dimulai. Nagato tidak bisa tidak merasa was-was. Dia tidak gelisah atau takut. Hanya..., bagaimana menyebutkannya.
Saat kau tahu akan ada hal buruk yang akan terjadi apa yang akan kau lakukan?. Memperingatkan semua orang?. Bersiap melindungi diri sendiri?. Atau memilih beberapa orang yang kau percayai untuk diberitahu?.
Nagato sangat ingin melakukan hal-hal itu. Tapi yang dia khawatirkan adalah keadaan yang nantinya akan berubah liar jika dia ikut campur. Nagato berusaha keras untuk menutup mulutnya setiap kali bertemu dengan Aizawa-sensei. Takut mulutnya akan terlepas untuk menceritakan jalan cerita yang akan terjadi nanti.
Nagato tidak tahu bahwa bahkan tanpa dia ikut campur. Takdir dunia telah berbelok dengan sendirinya. Sebagaimana yang terjadi di kota Hosu.
"Semuanya berkumpul!." Ragdoll melambai dengan semangat.
"Jadi, untuk menjaga semangat kalian selama camp ini!, malam ini akan di adakan uji nyali antar kelas!!." Semua anggota Pussycats berkumpul di tengah lapangan bersama dengan rombongan kelas A dan B.
"Yatta!!. Tidak ada pelajaran tambahan malam ini!!!." Kaminari, Mina, Sato, Sero, serta Kirishima melompat dengan gembira saat setelah Ragdoll mengumumkan itu.
"Siapa yang mengatakan seperti itu?." Aizawa-sensei tiba di belakang lima orang itu dan mengikat mereka dengan perbannya.
"Pelajaran tambahan tetap dilakukan sementara mereka melakukan uji nyali."
"Apa?!. Tidak!!.. Sensei!." Jadi Aizawa-sensei menyeret mereka diiringi ratapan orang-orang itu.
Pixie-bob dan Ragdoll menjelaskan cara bermain dengan semangat. Mereka harus berjalan memutari semua area yang telah ditentukan. Tim lawan akan berusaha keras untuk menakuti lawannya. Tim dengan murid yang paling banyak ketakutan akan kalah.
"Aku tidak sabar melihat kalian sangat ketakutan hingga mengompol!." Ragdoll tertawa bersama Pixie-bob. Banyak orang berwajah gelap setelah mendengar komentar ini.
"Kelas B yang akan menakuti terlebih dahulu. Kalian mempunyai Lima belas menit untuk bersiap-siap di lokasi. Sementara kelas A akan terpecah menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang. Silahkan ambil undian di kotak untuk menentukan anggota kelompoknya." Tiger yang besar membuat kotak undian yang di pegangnya terlihat sangat kecil.
Masing-masing orang telah mendapatkan anggota kelompoknya. Kecuali satu orang.
".... Aku, sendiri?." Ekspresi Midoriya memucat setelah berulang kali dia menghitung jumlah orang yang ikut uji nyali.
Lima belas orang mengikuti kegiatan ini karena lima orang harus melakukan pelajaran tambahan. Dan dalam jumlah ganjil ini, dengan apesnya Midoriya memiliki satu kelompok beranggotakan satu orang saja. Dan itupun kelompok urutan terakhir.
"Baiklah! lima belas menit telah berlalu!. Sekarang kita mulai permainannya!!." Tanpa memperhatikan wajah pucat Midoriya, Mandalay telah memulai permainan.
Kelompok pertama berisi Bakugo dan Todoroki.
"Kenapa aku harus satu kelompok denganmu." Bakugo menggerutu saat dua orang itu mulai berjalan. Sementara Todoroki mengabaikannya.
Setelah beberapa menit Mandalay meminta kelompok kedua masuk. Kemudian yang ketiga dan seterusnya.
"Ne, Tsuyu-chan. Apa kau tidak takut?. Aku ketakutan." Uraraka menggenggam tangannya yang mulai gemetaran.
"Kau takut Ocako-chan?. Kau bisa memegang tanganku jika mau, gero. Karena aku tidak takut, gero." Tsuyu mengulurkan tangannya. Uraraka mengangguk dan memegang tangannya.
"Kawai-nee, kalian sangat imut saat berpegangan." Bisikan centil terdengar dari kegelapan kemudian sebuah pisau kecil melesat keluar.
"Ocako-chan, awas!." Tsuyu melempar Uraraka dengan lidahnya. Tapi karena itu lidahnya terserempet oleh pisau. "Mhn!,"
Setelah melompat menggantung di pohon terdekat Tsuyu melihat baik-baik siapa yang telah menyerang mereka.
"Tsuyu-chan Tsuyu-chan, panggilan yang sangaaat imut. Bolehkah aku juga memanggilmu begitu?." Gadis bermata merah keluar dari semak-semak. Dengan mengenakan topeng di wajahnya dan menggendong sebuah tabung kecil di punggungnya. Gadis itu mengeluarkan pisau lain dari sakunya.
"Tidak, gero. Hanya teman-temanku saja yang boleh memanggilku dengan panggilan itu." Tsuyu menjawab dengan tegas.
"Kalau begitu, aku akan menjadi temanmu!. Tsuyu-chan!!." Toga melompat dengan pisaunya.
"Tsuyu-chan!." Uraraka ingin membantu tapi Tsuyu telah berhasil menghindar kemudian melompat mundur.
"Hati-hati Ocako-chan. Gadis ini berbahaya, gero." Tsuyu berdiri di samping Uraraka.
Toga melihat kedekatan Tsuyu dan Uraraka. Ekspresinya mendingin. "Hubungan kalian membuatku iri. Ngomong-ngomong, karena kita akan berteman jadi perkenalkan, namaku Himiko Toga, Tsuyu-chan~." Toga melepas topengnya sambil tersenyum cerah hingga pipinya memerah.
Dalam waktu yang bersamaan, tempat para murid berkumpul juga mengalami kekacauan.
Pixie-bob tiba-tiba tertarik menjauh dengan cepat kemudian batang besi besar menghantam kepalanya ke tanah yang langsung membuat perempuan itu tidak sadarkan diri.
Perlu dua detik untuk debu yang berterbangan menghilang barulah semua orang di sana tersadar dari trans setelah melihat pelaku yang menahan kepala Pixie-bob.
"Villain!." Dengan satu teriakan itu semua orang bersiap dalam mode bertarung.
"Pixie-bob!, Singkirkan kaki kotormu!!." Tiger langsung melompat berlari untuk memulai pertarungan.
"Kalian semua hati-hati!." Mandalay mengerutkan kening. Bagaimana mungkin para villain ini mengetahui tentang tempat ini?. Seharusnya kegiatan ini menjadi rahasia. Tanpa mampu untuk berpikir lebih jauh, Mandalay hanya bisa ikut menyerang para villain untuk melindungi murid-murid disini.
Sementara Midoriya pergi mencari Kota di tempat rahasianya dan yang lainnya juga ikut membantu bertarung sebisa mereka.
Di tempat lain Aizawa-sensei baru saja selesai menghajar tiruan Dabi hingga menjadi lumpur. "Ini penyerangan."
Aizawa-sensei melompat ke pohon dan melihat asap hitam yang membumbung tinggi. Segera saja pria itu menuju lapangan tempat murid-murid pembawa masalahnya berada.
Gas berwarna mulai naik dari timur. Sementara di barat asap hitam serta kobaran api juga terlihat. Dan di antara dua asap berbeda warna itu kabut hitam Kurogiri samar-samar terlihat dari kejauhan. Bau hangus terbakar menyebar hingga ke asrama.
Nagato sedang mengepak barang-barangnya ke dalam tas untuk memudahkan mengungsi saat polisi datang nanti.
Tok tok tok
Nagato membuka jendela membiarkan Itachi masuk. Burung itu hinggap di tasnya dan menatap Nagato dengan intens.
"Aku tahu. Tapi aku tidak akan ikut campur." Nagato menjawab dengan pelan setelah membaca pikiran Itachi.
Itachi terbang dengan gelisah. Nagato mengabaikannya dan bersandar di ambang jendela. Suara ledakan terdengar di area lereng perbukitan. Itu merupakan tempat pertarungan Midoriya dan muscle. Tidak lama kemudian Nagato melihat kilatan hijau melompat ke pepohonan.
Semua terlihat berjalan sebagaimana mestinya. Apa dia akan ikut campur?.
Atau, dia menggunakan kesempatan ini untuk bersatu dengan Ryosuke?. Nagato masih agak ragu dengan perkataan Aizawa-sensei. Tapi yang jelas, Nagato menghadapi jalan bercabang disini.
Dalam anime pertarungan malam ini memiliki episode yang sangat panjang. Itu karena setiap tokoh memiliki arc pertarungannya sendiri-sendiri. Padahal waktu yang sebenarnya tidak lebih dari dua jam.
Nagato melihat kilatan hijau Midoriya beberapa saat yang lalu. Kemudian sesaat setelah Nagato melihat Aizawa-sensei berlari ke gedung dengan menggendong Kota. Jika begitu mungkin saat ini ada tiruan Dabi yang sedang berhadapan dengan Vlad King di dalam.
Nagato meremas ambang jendela. Itachi yang berisik membuatnya semakin gelisah.
"Persetan dengan jalan cerita!." Nagato melompat keluar dari ambang jendela. Karena dia tidak berani terbang dengan Shinra tensei, dia hanya bisa melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan kecepatan maksimalnya.
Tempat yang dituju Nagato adalah bayangan raksasa milik Tokoyami yang mulai mengamuk menghancurkan pepohonan seperti buldozer. Itu mungkin saat Midoriya menggiring black shadow untuk membantu Bakugo dan Todoroki.
.....
Tbc wkwk(≧▽≦)
***
Gak usah ngeluh karena udah sering di kecewain wkwk. Yang penting diri sendiri aja. Nanti kalau datang kesempatan bakal Kuru kecewain balik. Meskipun kadang gak tega╮(^▽^)╭.
Ok, minna-san semua Kuru minta maaf karena gantung. Perasaan tiap chapter minta maaf terus yak?(≧▽≦). Tapi itu karena kalau Kuru terusin mungkin up-nya gak akan hari ini tapi bulan depan. Karena itu Kuru stop di titik gantung di atas.
Btw jempol Kuru sakit lagi jadi maaf untuk typonya. Buat muter kunci lemari aja gak kuat jempolnya wkwk. Tapi sekarang udah mendingan.
Terima kasih untuk belasungkawa dan suport kalian. Kuru cuman bisa bales lewat doa. Semoga minna-san semua sehat dan bahagia.
See you next chapter!!
###
Black shadow: udah?, tapi aku bahkan belum mengamuk sepuasku. (Ekspresi anak anjing)
Tokoyami: adegannya dipotong oleh authornya.
Midoriya: Tokoyami-kun, orang itu lebih suka menyebut dirinya Kuru.
Tokoyami: menyebut namanya sendiri. Terdengar seperti anak kecil. (Mendengus)
Black shadow mengangguk.
Midoriya: sebenarnya aku membuka akunnya beberapa hari yang lalu.
Black shadow: lalu?
Midoriya: ternyata arti nama akunnya adalah gila. Secara harfiah.
Tokoyami: tidak heran aku curiga jika dia orang aneh.=_=
Kuru: siapa yang mengijinkan kalian merekam behind the scene?!. Bubar! Bubar!. Syuting dilanjutkan besok!!.