抖阴社区

GUS MBELING

By _fifiafidah04

383K 21.5K 3K

Kisah ini menceritakan tentang seorang Gus bar-bar dan Ning jutek. Dua insan yang memiliki karakter bertolak... More

#prolog
#chapter satu
#capter dua
#chapter tiga
#chapter empat
#chapter lima
#chapter enam
#chapter tujuh
#chapter delapan
#chapter sembilan
#chapter sepuluh
#chapter sebelas
#chapter dua belas
#chapter tiga belas
#chapter empat belas
#chapter lima belas
#chapter enam belas
#chapter tujuh belas
#chapter delapan belas
#chapter sembilan belas
#chapter dua puluh
#chapter dua puluh satu
#chapter dua puluh dua
#chapter dua puluh tiga
#chapter dua puluh empat
#chapter dua puluh lima
#Chapter dua puluh enam
#chapter dua puluh tujuh
#Chapter dua puluh delapan
#chapter dua puluh sembilan
#chapter tiga puluh
#chapter tiga puluh satu
#hapter tiga puluh dua
#chapter tiga puluh tiga
#chapter tiga puluh empat
#chapter tiga puluh lima
#chapter tiga puluh enam
#chapter tiga puluh tujuh
#chapter tiga puluh delapan
40 || Cemburunya lucu
41 || LDR
42 || Merindu & Kabar Buruk

39|| Suprise

5.5K 322 42
By _fifiafidah04

SEBELUM BACA, WAJIB FOLLOW!

Plagiat dalam bentuk apapun jangan mendekat, hak cipta dilindungi oleh undang-undang akhirat, yang dilindungi oleh Allah langsung!

<<< HAPPY READING >>>

•••••••

Jam dinding tengah menunjukkan pukul dua puluh lebih empat puluh lima menit. Malam semakin larut, namun masih tidak membuat Aisha memejamkan matanya setelah mendapat kabar bahwa malam ini sampai beberapa hari kedepan dirinya akan sendiri karena ditinggal suaminya acara diluar kota, itulah yang dikatakan Gus An'im.

Sore tadi, Aisha mendapatkan kabar bawah Gus An'im ada acara yang tidak bisa membuatnya  pulang ke pesantren. Mau bagaimana lagi, Aisha tidak bisa memaksanya pulang. Dirinya hanya bisa berdoa untuk keselamatan suaminya, dimana pun berada, dirinya akan selalu menjadi pendukung  setiap langkah yang ditapaki di jalan kebaikan.

Rindu.

Satu kata yang selalu perempuan cantik itu rasakan, setiap detik, hingga menit.

Layar kotak, dengan merek iPhone 13 pro. Yang digenggam gadis bernama Aisha, yakni istri tercinta Mas Gus paling ganteng tidak ada tandingannya, kata Gus An'im. Itu menampilkan wajah penuh sang pemilik nama Gus An'im.

Sedari tadi, kedua pasangan halal itu saling menuangkan rindu dan saling menghibur dengan cara Gus An'im. Yakni tingkah random Gus An'im mempu membuat Aisha sedari tadi tertawa tidak habis-habis, dan selalu merasakan akan keberadaan Gus An'im didekatnya walaupun jauh.

Jika sudah seperti ini, bagaimana bisa Aisha jauh darinya? Dimanapun Gus An'im berada Aisha selalu merasakan kehadirannya.

Aisha merasa bahagia mendapatkan suami seperti Gus An'im, mungkin di dunia ini tidak ada laki-laki yang sangat sempurna di matanya seperti sosok seorang Gus An'im.

Laki-laki Sholeh, berhati baik, penyabar,  tampan, menghargai dan sangat mencintai perempuannya, faham agama, Hafidz, Gus muda incaran Santri, Ustadz muda, apa lagi yang kurang dari seorang Gus An'im? Hanya satu, yaitu kerandomannya dan bar-barnya terhadap sang istri. Namun,  berbeda saat di luar. Selain itu, dulu sebelum menjadi orang yang seperti sekarang, Gus An'im adalah termasuk dalam daftar Santri paling bandel di pondoknya. Sangat cocok dijuluki dengan julukan Si Gus Mbeling pada saat itu, bukan?

"Hayoo, sudah jam berapa sekarang?" tanya Gus An'im saat melihat jam sudah semakin larut.

"Jam sepuluh, tapi aku belum ngantuk, Gus," renggek perempuan itu, karena katanya tadi masih kangen. Dirinya tidak akan bisa tidur kalau tidak ada Gus An'im disampingnya, pernyataan itu keluar dari bibir Aisha setelah gadis itu mulai mencintai sosok Gus An'im.

"Nggak boleh gitu yah, cantik, Ning Aisha istrinya Gus An'im. Nanti kalau sakit gimana?  Katanya nggak suka minum obat kan? Makanya tidur, sayang, dan selalu tunggu kehadiran Mas suami di sampingmu," ucap Gus An'im menasehati seraya tertawa melihat raut wajah Aisha yang cemberut, sangat menggemaskan. "Tunggu aku, nanti akan hadir lewat mimpimu," kekeh Gus An'im.

"Nggih Gus, nggih," ujar Aisha. "Ehh Gus. Kok rame banget yah disana?" tanya Aisha yang merasakan keberadaan Gus An'im ada di keramaian.

"Lumayan lah, orang suamimu ada di luar, nggak di kamar," jawab Gus An'im.

"Owlh, gitu tah."

"____"

"Masih Rindu," renggek Aisha.

"____"

"Iyah deh, okok Aisha tidur kalau gitu, selamat bobo ya habibi."

Suara kekehan terdengar renyah di pendengaran Aisha. Senyum merekah dibalik layar menyalur membuat lengkungan indah karena adegan lucu yang keduanya ciptakan. Tidak lama setelah itu sambungan keduanya terputus bersamaan setelah bertukar salam.

"Ya Allah, ganjaran apa yang Aisha lakukan sampai bisa punya suami limited edition?" monolog Aisha sembari terkekeh tidak jelas.

Kerasukan jin apa seorang Nazneen Aisha Hanafi ini? Bukankah dulu dia menolak mentah-mentah berjodoh dengan Gus Mbeling nya itu? Upsss, bukan lagi Gus Mbeling yah sekarang, tapi si suami limited edition nya. Hhhhha.

Inilah definisi, termakan sama omongannya sendiri. Ahhh rasanya Aisha menyesali pernah berbicara seperti dulu, saat perempuan itu mengingatnya.

Malam ini Aisha terlihat sangat-sangat bahagia, walaupun tidak ada Gus An'im disampingnya, namun setelah berbicara, rasa rindunya terobati.

Hati Aisha sangat berbunga-bunga sehingga dengan mata terpejam, daun bibirnya masih merekah sempurna mewakili perasaannya.

Oh! Gus An'im! Dirimu telah membuat seorang Aisha gila.

0- 0- 2023

Untuk pertama kalinya, aku jatuh cinta.
Bukan sedarah, dia sosok laki-laki yang pernah menjabat tangan dengan Abi-ku  untuk menghalalkan ku.

Syair indah berupa kalimat qobiltu menggetarkan jiwaku dihari yang sempat ku anggap hari tidak keberuntungan ku. Sekarang keadaannya berbeda lagi.

Beliau suamiku, dia sosok laki-laki yang kepribadiannya tidak mudah dijumpai pada diri laki-laki manapun. Dia laki-laki yang limited edition seperti yang Ummi katakan waktu itu.

Didekatnya aku selalu bahagia, namun rasa itu selalu membuatku takut  dengan segalanya. Aku benci ketakutanku itu.

Setelah menulis beberapa bait kata dibuku diary-nya, Aisha kembali ke ranjang dan bersiap tidur.

•---------•

Cup

Cup

Cup

Kecupan berkali-kali mendarat di wajah sang istri. Dari kening,  pipi, bibir, hidung, hingga mata. Sangking nyenyaknya tidur, perempuan si pemilik mata sipit itu tidak kunjung membuka matanya.

Oh ayo lah, istrinya Gus An'im kenapa malam ini sangat susah untuk di bangunkan? Seindah apa mimpinya sampai pemandangan nyata di depannya tidak membuatmu tertarik?

Gus An'in berusaha untuk membangunkan istrinya hingga akhirnya, usaha Gus An'im tidak sia-sia. Akhirnya sang istri membuka matanya perlahan karena merasa ada yang mengusik tidurnya.

Saat pertama  membuka mata, mata sipit itu mengerjap-ngerjap. "Aaaaaaaa!! Siapa kamu, jangan sentuh aku! Pergiiiiii! Malinggg!" teriak Aisha histeris.

Aisha mengambil guling untuk senjata dan memukulkannya kepada laki-laki yang mengusik tidurnya, Aisha masih setengah sadar dan panik.

Gus An'im pun malah mendekap tubuh Aisha dan juga mulut Aisha agar tidak terlalu bersuara. Untung saja kamarnya redap suara, Aisha yang nyawanya sudah mulai kembali pun merasa lega, dan sekarang posisinya membalas pelukan itu dengan erat.

"Huhhh, ya Allah. Kirain ada yang mau colong Aisha," celetuk Aisha sebal.

"Mana ada yang bisa dan berani nyolong istri saya, nyolong ruang dihatinya pun tidak akan saya biarkan," ujar Gus An'im dengan bahasa yang tidak biasa, Aisha tertawa mendengarnya.

"Suami di bilang maling, dosa lho. Mana ada sih maling masuk ke kamar kita kalau bukan Mas Gus paling ganteng gak ada tandingannya ini, hmmm?" Gus An'im terkekeh kecil.

"Yah lagian sih pulang gak bilang-bilang, baru saja lho kita VC-an dua jam yang lalu, Aisha juga baru tidur mungkin baru satu jam lebih sedikit. Dan sebelumnya sampean bilang nggak pulang malam ini, dan ini sangat tiba-tiba. Bukan salah aku dong kalau aku anggap...."

"Syutt, gaperlu dijelaskan. Disini Mas suami yang salah, karena memang disengaja mau kasih kejutan. Masa gak dimaafin hmm?" tanya Gus An'im, bibir laki-laki itu terus mengembang sedari tadi ntah mengapa.

Aisha sempat curiga dengan tingkah suaminya yang tidak biasa seperti ini. Raut wajahnya terlihat sangat gembira.

Untuk membuktikan, tangan Aisha mendarat di dahi Gus An'im, guna mengecek suhu tubuh sang suami. "Nggak panas perasaan," Aisha berfikir sejenak, lalu melihat kembali wajah itu.

"Yang seharusnya berfikir seperti itu, itu aku, bukan kamu. Suaminya pulang malah gak seneng, apa jangan-jangan..."

"Hutang penjelasan!" potong Aisha secepat kilat.

"Siyap ratu, namun, Suamimu tidak akan menjelaskan dengan kalimat. Momen malam ini akan menjawab pertanyannmu semua," ujar Gus An'im semakin membuat Aisha penasaran.

"Ihh ayolah Mas Gusku, Aisha tidak suka menunggu," renggek perempuan itu.

"Ehhh, aku lupa. Kalau aku masih ngambek." Perempuan itu memalingkan wajahnya, sembari melipat tangan didepam dada dengan bibir manyunnya.

"Jangan ngambek dong, ratu, cintanya Gus An'im, jodoh dunia akhiratku." Gus An'im berusaha membujuk sang istri, yang pura-pura ngambek itu.

"Apa? Awas kalau aneh-aneh," peringat Aisha saat Gus An'im akan bertindak sesuatu.

"Nggak dong, Sayang."

Cup

Gus An'im mengambil kesempatan di sela-sela ngambeknya Aisha.

"Ih modiusssssss!" pekik Aisha.

"Nggak papa modiusssss dong, jugaan sama istri sendiri." Gus An'im terkikik melihat wajah istrinya.

"Tutup mata, Sayang," perintah Gus An'im membuat Aisha semakin penasaran.

"Wajib tutup mata yah?" tanya Aisha was-was, takut sang suami melakukan aneh-aneh.

"Nggak wajib, tapi ini perintah dari sang suami, si Mas Gus yang paling ganteng gak ada tandingannya sejagat raya," ujar Gus An'im yang setia tertawa renyah.

Aisha pun meghadiahi pukulan ringan di lengan Gus An'im. Percaya diri sekali suaminya ini.

"Ok, istri akan nurut perintah suami LE," ucap Aisha pasrah.

"LE, apa tuh?" bingung Gus An'im.

"Limited edition, kata Ummi."

Gus An'im pun menanggapi dengan anggukan kemudian memakaikan penutup mata, "harus di tutup pakai kain yah, Gus?" tanya Aisha.

"Iyah dong sayang, harus."

"Oke."

"Ayo jalan, aku tuntun." Gus An'im merangkul Aisha dari samping. "Mau kemana si Gus, malam-malam gini ada-ada saja yang mau kamu lakukan. Awas aneh-aneh," peringat Aisha untuk kesekian kalinya.

Setelah sampai ditempat, pnutup mata itu Gus An'im buka. Namun, mata sipit indah itu masih terpejam.

Pemandangan malam ini begitu indah, malam yang begitu sunyi, langit malam yang dihiasi bintang dan juga bulan sabit mewakili indahnya cinta mereka.

Gus An'im membawa Aisha ke pinggiran pembatas, dan Aisha yang masih memejamkan matanya. Gus An'im meinggalkan Aisha sekejap untuk mengambil sesuatu untuk sang istri.

"Sudah boleh Aisha buka, matanya?" tanya Aisha meminta izin setelah kembalinya sang suami.

"Sebentar, sebelumnya aku mau nunjukin sebarapa indahnya kisah cinta kita setelah kita sama-sama tersadar bahwa kita saling mencintai. Namun cinta ini lebih indah dari pemandangan itu."

Dari arah belakang, Gus An'im memeluknya dari belakang. Reflek tangan Aisha meraba tangan Gus An'im yang tertenggar diperutnya. Kini, dagu Gus An'im bertumpu dibahu Aisha. "Satu, dua, tiga, buka mata indahmu ya zaujati," bisik Gus An'im tepat ditelinga Aisha.

Spoi-spoi angin malam  menusuk kulit kedua pasangan itu hingga ke tulang paling dalam. Semilir angin menerpa rambut yang tergelerai indah. Wajah cantik itu sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya. Matanya membulat dengan mulut terbuka melihat ciptaan tuhan didepannya.

Jarang sekali dirinya memandang pemandangan seperti ini.

Pemandangan yang sangat indah, langit malam yang terhias oleh ribuan hingga jutaan sampai tak terhingga jikalau di hitung, bintang.

Bulan sabit di atas sana mampu membuat mata Aisha tidak berkedip, keindahannya seakan membuat Aisha terpaku, tidak berhenti ia mengucap syukur karena tuhan masih mengizinkannya melihat keindahan ciptaannya.

Air mata Aisha menetes, ntah Kenapa. Hatinya menghangat melihat pemandangan  indah pagi ini dengan suasana romantis bersama suaminya.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 00.14.

"Malam ini akan menjadi malam paling berharga, kita akan bahagia. Saya akan pastikan tidak akan ada setetes tangisan karena penderitaan."

"Ning, kamu harus tau, dari dulu aku mencintaimu, aku adalah Gus An'im yang mencintaimu tanpa syarat. Aku mencintai semuanya yang ada pada dirimu, dan itu semua tidak lepas karena Allah yang baik menjaga perasaan ini. Jika bukan karena Allah, maka rasa cinta ini akan sirna begitu cepat."

"Mas..."

Aisha berbalik badan menatap Gus An'im untuk memeluknya, yah Allah ada apa ini? Bukan ke arah Gus An'im Aisha menatap. Melainkan ke arah sekitar yang sedari tadi ia belum sadari.

Aisha melepaskan pelukannya saat melihat sekitar, dan Gus An'im berjongkok secara tiba-tiba detik itu juga.

Diulurkannya sebuah booket bunga. Mata Aisha beralih menatap manik mata sang suami dengan dalam. Aisha terharu.

(Anggap saja bunganya seperti itu yaps)

"Untuk aku?" tanya perempuan itu.

"Untuk istriku. Barokallah fii umrik, ya zaujati," jawab Gus An'im membuat lengkungan manis dibibir istrinya Gus An'im.

Barokallah fii umrik? Apakah Aisha perlu membuka kalender agar teringat ini tanggal dan bulan apa?

"Mas Gus nggak lupa?" Gus An'im menggeleng sembari tersenyum bak sabit.

"Hari lahirku sendiri kenapa aku bisa lupa, ya Allah. Harusnya aku akan berpuasa dan mensyukuri nikmat ini, engkau telah menambahkan umurku sampai aku masih bisa menikmati besarnya nikmatmu."

"Terimakasih sudah hadir di dalam hidupku, selamat mengulang tanggal dan bulan kelahiran yang ke 19 kali.  Do'aku untuk istriku tersayang, semoga menjadi peribadi yang lebih baik, menjadi istri yang sholihah, berbakti kepada suami. Semoga Allah panjangkan umurnya, sehatkan badanya, di mudahkan setiap langkahnya, di beri keselamatan dunia akhirat, tabahkan hatinya, kesabaran, keikhlasan, dan semoga selalu Istiqomah, iman dan takwanya, semoga apaun yang selalu di semogakan semoga segera terkabulkan, dan semoga selalu mencintai Gus An'im suaminya, Aamin."

"Aamin ya Allah," Aisha mengamini doa Gus An'im. "Jazakallah  khair, suamiku untuk doa terbaiknya, semoga Allah kabulkan dan membalas kebaikan untukmu. Tolong bantu Istrimu berjalan dijalan kebaikan dan kebenaran until jannah, Aamin."

"Aamin, untuk bentuk rasa sukur dihari kelahiranmu, kita berdoa untuk kebaikanmu, lalu potong kuenya disana," tunjuk Gus An'im di bangku diseberangnya yang sudah ia siapkan.

(Anggap saja Ning Aisha lagi berdoa)

Setelah berdoa, Aisha memotong kuenya dan memberi suapan pertama untuk Gus An'im, lalu di susul suapan kedua yang di di suapkan ke mulut Aisha dari tangan Gus An'im.

"Terima kasih, Mas Gusku." Aisha memeluknya sangat erat. "Ana uhibbuka fillah ya zauji," lirih Aisha.

"Uhibbuki fillah ya zaujaty." Gus An'im mengecup kening Aisha lamat. Aisha sangat bahagia, ini adalah kejujutan terindah seumur hidupnya setelah menikah.

"Aku ada hadiah untuk kamu, ini." Gus An'im menyodorkan dua paper bag untuk sang istri.

"Untuk aku semua?" tanya Aisha heboh.

"Iyah untuk kamu, alhamdulilah suamimu masih diberi rizki untuk menyenangkan istrinya, semoga suka, ya istri," ujar Gus An'im dengan bibir yang masih mengembangkan senyumnya.

Aisha membuka paper bag yang pertama, dibuatlah mata Aisha jatuh cinta. Ia sangat suka dengan hadiah yang suaminya kasih.

Mushaf Al Qur'an yang sangat cantik, tasbih dan juga mukena. Demi Allah, Aisha sangat menyukainya.

"Untuk kamu, supaya makin semangat ibadahnya, Istiqomah muraja'ahnya," ujar Gus An'im sebelum Aisha bersuara.

"Terima kasih untuk segalanya."

"Buka lagi dong, masih ada yang spesial tapi bukan kamu," kikik Gus An'im.

"Ouh, jadi Aisha nggak spesial?" tanya  Aisha nyolot.

"Yang spesial tapi bukan kamu, kamu spesial tapi ini spesialnya beda lagi sayang," kata Gus An'im, Aisha hanya mengangguk saja.

Aisha pun menurut, di bukanya paper bag yang kedua.

Sebuah kotak. Yang isinya sangat tidak bisa Aisha tebak.

Dua menit mengotak-atik, akhirnya pun terbuka juga.

Jantungnya berpacu lebih cepat. Dari sekian banyaknya hadiah malam ini, suprise dan lain sebagainya. Aisha sangat di buat terkejut melihat apa yang sekarang ada di tangannya. Aisha tidak bisa  berkata-kata lagi.

"Mas Gus, ini beneran?" tanya Aisha.

"Mas, ini..." Mata gadis itu berkaca-kaca. Berkali-kali ia terus berucap syukur atas rezeki yang Allah berikan kepada keluarga kecil mereka.

Aisha berdiri dan memeluk Gus An'im dengan sangat bahagia yang tiada tara. Gus An'im membalas pelukan itu dengan sayang.

"Iyah, ini tiket pergi umrah sayang, maaf yah baru bisa ngasih sekarang."

"Mas, rasanya Aisha mimpi, tolong cubit Aisha. Ini adalah mimpi yang paling indah dari pada tadi," lirih Aisha yang kini berada dalam pelukan Gus An'im.

"Ma sya Allah, Mas Gus tau? Kapan terakhir Aisha pergi umrah?" tanya Aisha kepada suaminya.

"Waktu kamu masih umur enam tahun bukan?"

"Bener, kok Mas Gus tau? Kan kita belum pernah kenal waktu itu" tanya Aisha

"Tau lah, orang waktu itu sekeluarga kamu pergi ke sana, begitupun juga dengan Gus Haikal. Nah saat itu usia Gus Haikal masih dua belas tahun, dan kamu pasti enam tahun bukan?"

"Ihhh sayang Mas Gus." Aisha memeluk Gus An'im kembali erat. Mereka saling berpelukan dan menyalurkan kehangatan, sambil menikmati suasana selanjutnya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.14. Keduanya memutuskan masuk ke dalam setelah menikmati dan saling mengungkapkan kebahagiaan itu.

Setelah sholat tahajud. Aisha dan Gus An'im ke bawah dan Aisha pergi ke dapur untuk menaruh sisa kue . Karena mereka hanya memakan di piring yang di sediakan tadi. Dan mereka memang sengaja menyisakan untuk Ummi Hanan dan Kyai Mahmud, tidak lupa pula Aisha membagi kebahagiaan ini kepada keluarga Gus Haidar, kakak laki-laki Gus An'im.

Sampainya di ruang tamu, terdengar suara ngaji yang sangat merdu. Siapa lagi kalau bukan Ummi Hanan? Di susul lah oleh keduanya.

"Ummi," panggil keduanya.

"Lho Gus, kamu pulangnya kapan?" tanya Ummi Hanan yang dibuat bingung dengan keberadaan nya, gimana tidak bingung? Bukankah tadi malam Gus An'im tidak pulang dan sudah izin ke beliau juga.

"Tadi Ummi."

"Lah, bukannya semua pintu ndalem sudah Ummi kunci semua, kok bisa masuk?" tanya Ummi Hanan berpikir keras.

Oh tidak, kenapa Gus An'im hanya cengengesan saja.

"Pakai pintu Doraemon Ummi, ngomong-ngomong besok harus panggil pak tukang, pintu Doraemon nya harus diperbaiki," ucap Gus An'im cengengesan tanpa dosa, Aisha dan Ummi Hanan bingung.

"Maksudnya?" tanya kedua perempuan itu.

"Tuh," Gus An'im menunjuk jendela yang sudah rusak akibat ulah Gus An'im.

Kedua mata wanita itu membola, "ya Allah, kok kayak maling saja, nekat banget kamu Gus, biasanya aja kamu tidur di pondok kalau ndalem sudah terkunci," celetuk Ummi Hanan.

"Demi istri Ummi, apapun itu bakal saya lakukan." Aisha yang mendengarnya pun tersenyum malu-malu.

Ummi Faizah beralih menatap menantunya itu yang sedang malu-malu, di balasnya dengan senyuman bahagia. Tidak lama kemudian, pandangannya jatuh ke sebuah kue ulang tahun di tangan Aisha.

"Aisha, milad?" tanya Ummi Hanan kepada Aisha, yang di jawab dengan senyuman manis dan anggukan kepala oleh sang pemilik nama, Aisha.

"Nggih Ummi, Aisha minta doa terbaiknya untuk anakmu ini nggih."

Kemudian Aisha membuat potongan kue, karena rencananya kuenya ia bagi dengan keluar. "Aisha suapain yahh, aaaa."

Ummi Hanan menerima itu, lalu menatap lekat wajah sang menantu.

"Ummi selalu mendoakan yang terbaik untukmu Nduk, jadilah istri yang Sholihah, langgeng terus pernikahan kalian. Semoga keselamatan selalu tercurahkan kepada kalian, jadilah pasangan yang harmonis, saling mencintai dan saling melengkapi. Semoga apapun yang belum terkabulkan selama ini semoga segera terkabulkan, "

"Aamin, terima kasih doa baiknya Ummi," ucap Aisha.

Kue yang Aisha pegang tadi beralih, dan kini kedua wanita cantik itu berpelukan.

"Ummi, sekalian kami minta izin, besok kita pergi ke pesantren Abi. Aisha mau minta doa Ummi Aisha, seperti setiap tahunnya." Izin Aisha kepada Ummi Hanan, memang sebelumnya sudah di rencanakan.

"Iyah Nduk, nitip salam saja, sama hati-hati yang paling penting," pesan Ummi Hanan.

"Nggih Ummi, terima kasih sudah menjadi ibu mertua yang sangat sayang sama Aisha." Aisha memeluk kembali sang Ummi.

"Kamu itu  anak Ummi, jangan ngomong gitu yah? Tidak ada ibu mertua atau anak menantu, kamu dan mbak Nadia adalah anak Ummi yang ketemu besar sayang. Ummi akan selalu menyayangi kalian sebagai putri Ummi sendiri."

Setiap kata-kata yang Ummi Hanan katakan membuat Aisha haru, sangat beruntung sekali dirinya mendapatkan keluarga kedua yang sangat-sangat baik dan menerimanya.





.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

Gimana chapter ini? Masih semangat untuk lanjut? Absen dong kalau masih semangat!

Baca elit vote komen syulit, sukanya minta update cepet lagi... Upsss maap sengaja🙏

Spam NEXT ⏩

Ada pesan untuk saya?

Jangan lupa follow Instagram di bawa ini👇

>> @fifiafidah04
>> @wp.santrikalong
>> @animfawaz_
>> @nazneenaisha_

Jepara Jawa Tengah
20 November 2022 (Update)
24 September 2023 (Revisi)

Continue Reading

You'll Also Like

122K 7.7K 52
Bagaimana jadinya jika seorang Gus menikah dengan seorang Perempuan keturunan Chinese yang baru saja mualaf? Itulah yang di rasakan oleh Abbiyya Airu...
7.2M 423K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] SUDAH TERBIT DI ID.TEKAD Dengan judul novel : Cahaya Cinta Gus Azzam "Hidup bagaikan berjalan di atas tali. Kapan dirimu l...
559K 20.2K 88
Muhammad zayn mudrikah, seorang gus yang berasal dari salah satu pondok pesantren terkenal di jakarta Al-mudrikah. Bukan kah seharusnya seorang gus i...
10.8M 724K 71
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Fae...