Astagfirullah, Alzam! (On Goi...

By NilaLestari132

151K 6.6K 837

⚠️17+ (Berisi kata-kata kasar, harap bijak!) Spin of Bukan Cerminan [Religi - Teenfiction] Apa yang terlintas... More

AishaZam (1)
AishaZam (2)
AishaZam (3)
AishaZam (5)
AishaZam (6)
AishaZam (7)
AishaZam (8)
AishaZam (9)
AishaZam (10)
AishaZam (11)
AishaZam (12)
AishaZam (13)
AishaZam (14)
AishaZam (15)
AishaZam (16)
AishaZam (17)
AishaZam (18)
AishaZam (19)
AishaZam (20)
AishaZam (21)
AishaZam (22)
AishaZam (23)
AishaZam (24)
AishaZam (25)
AishaZam (26)
AishaZam (27)
AishaZam (28)
AishaZam (29)
AishaZam (30)
AishaZam (31)
AishaZam (32)
ATTENTION
AishaZam (33)
AishaZam (34)
AishaZam (35)
AishaZam (36)
AishaZam (37)
AishaZam (38)
AishaZam (39)
AishaZam (40)
AishaZam (41)
AishaZam (42)
AishaZam (43)
AishaZam (44)
AishaZam (45)
AishaZam (46)
AishaZam (47)

AishaZam (4)

4.2K 189 8
By NilaLestari132

Holla. Follow akun wp ku dulu ygy NilaLestari132

Typo bertebaran

Happy Reading pembaca tersayang :)

Semoga suka dan betah ^.^

Janlup vote dan komen sebanyak-banyaknya.

•••
Umi Sarah dan Maryam tengah bergelut dengan peralatan memasak mereka. Setelah selesai menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, dua wanita paruh baya itu bergegas ke dapur dan mengambil alat-alat tempur khas ibu-ibu di pagi hari.

"Huum, wanginya," puji Maryam menghirup aroma masakan yang sedang ia olah.

"Wangi, 'kan, Mbak?" Maryam mengibaskan asap yang mengepul dari panci itu.

Umi Sarah tersenyum sembari mengangguk. "Iya, wangi. Kayaknya enak banget."

"Bunda ...."

"Eh!" Maryam tersentak saat tangan mungil seseorang melingkari perutnya.

Maryam tersenyum saat tahu pemilik dari tangan itu. "Udah mandi? Hm?"

Aisha menggeleng di balik punggung ibunya. "Belum."

"Kok belum? Hari ini, 'kan kamu mau diajak keliling pondok," ujar Maryam dengan melepaskan lilitan lengan putrinya.

"Bentar lagi sarapan siap dan kamu harus siap-siap juga."

"Umi sudah bilang ke Nadya, buat ajak kamu keliling," timpal umi Sarah.

Aisha menatap bergantian dua wanita paruh baya itu.

Aisha menatap bergantian dua wanita paruh baya itu.

"Nadya siapa?" tanyanya.

"Ponakan Abah yang juga mondok di sini," jelas umi Sarah membuat Aisha manggut-manggut.

Maryam yang memperhatikan putrinya berujar, "Kenapa lagi? Mandi dulu sana."

"Kenapa lagi? Mandi dulu sana."

"Tapi Aisha gapunya temen, Bunda."

"Kita kan baru dateng, sayang, wajar kalo kamu belum punya teman, lagian nanti bisa kenalan juga sama Nadya," jelas Maryam.

"Bentar lagi Nadya datang, kamu siap-siap gih," kata umi Sarah menimpali.

Aisha mengangguk. "Siap, Bun, Umi," balas Aisha kemudian pergi meninggalkan dapur.

"Semoga Ais betah ya, Mbak, mondok di sini," ujar Maryam dengan menatap kepergian Aisha.

"Insya Allah, dia pasti betah," sahut umi Sarah tersenyum.

•••
Meja makan persegi panjang itu diisi dengan suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Semua orang tampak sibuk dengan makanan di piringnya masing-masing, terkecuali laki-laki dengan seragam SMA-nya itu. Sedari tadi ia sibuk curi-curi pandang pada gadis berkerudung hitam yang sibuk menikmati sarapannya.

"Ekhem!" Alzam berdehem membuat Aisha mengangkat wajahnya.

Pandangan mereka bertemu. Alzam tersenyum dengan mengedipkan sebelah matanya membuat Aisha merotasikan bola matanya malas.

"Alzam!"

"Iya, Bah?"

"Makan yang benar, jangan genit-genit seperti itu." Semua pasang mata menatap Alzam dengan menahan tawa terkecuali Aisha.

Alzam terkekeh. "Hehe, Abah mah suka gitu. Kayak gak pernah ngerasain jatuh cinta aja."

"Alzam!" peringat sang ayah.

"Iya, Bah, iya. Alzam diem ni," pasrahnya dan kembali melahap sarapannya yang tersisa beberapa sendok.

"Assalamualaikum." salam seseorang yang mengalihkan tensi mereka.

"Eh, Nadya. Ayo, Nak, makan dulu sini," ujar umi Sarah pada gadis yang berdiri di ambang pintu masuk dapur.

"Iya, umi, syukran. Tapi, Nadya baru aja selesai sarapan tadi," tolak Nadya halus.

"Ais udah selesai," ucap Aisha kemudian berdiri dengan membawa piringnya ke wastafel. Selesai mencuci piring dan gelas yang ia gunakan, Aisha mengelap tangannya kemudian menghampiri ibunya.

"Bunda, Umi, Papa dan Abah. Ais pergi lihat-lihat dulu, ya," pamit Aisha tersenyum manis membuat Alzam memegang dadanya. Lagi-lagi Lelaki itu terpesona.

"Jantung gue," gumamnya kemudian tertawa sendiri.

"Iya, hati- hati."

"Okey, Bunda, Aisha pergi dulu," Aisha menghampiri Nadya.

"Ayo."

"Pamit ke guenya enggak nih?!" teriak Alzam membuat abahnya menggelengkan kepala dan yang lainnya tertawa melihat tingkah remaja itu.

"Enggak!"

•••
Nadya mengajak Aisha berkeliling melihat setiap bangunan dari pesantren Ar-Rahman ini. Setelah mengunjungi perpustakaan kemudian pindah ke kantin dan di sini lah mereka sekarang, di asrama putri.

Saat pertama kali Aisha menginjakkan kakinya di asrama, seluruh pasang mata santriwati berpusat padanya membuat Aisha risih karena dipandang sebegitu jelasnya mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Gapapa, mereka semua aslinya baik-baik kok," ujar Nadya saat melihat Aisha yang tak nyaman karena diperhatikan.

"Aku ga nyaman di sini, ke tempat lain aja yu," ajaknya membuat Nadya tersenyum maklum.

"Kamu nggak mau liat kamar yang bakal kamu tempati selama mondok di sini?"

Aisha menarik sudut bibirnya terpaksa. "Ya ... mau, yaudah ayo."

"Kamarnya di sebelah sana." Nadya menunjuk kamar paling pojok yang akan di tempati Aisha nantinya.

"Jauh banget," keluh Aisha.

"Enak tau, kamar kita yang paling jarang dikunjungi sama keamanan karena terlalu jauh, haha."

"Jadi kita sekamar?" tanya Aisha dengan mata yang berbinar, karena setidaknya ia akan memiliki teman.

"Iya, kita sekamar. Ayo," ajak Nadya dengan mendorong pelan punggung Aisha.

Aisha mendekat. "Aku rasa ... mereka kayak mau nelen aku hidup-hidup, tau!" bisik Aisha di samping telinga Nadya yang tertutup jilbab.

"Hahaha, gak usah dipeduliin."

•••
Setelah selesai berkeliling, Aisha dan Nadya memilih beristirahat sejenak. Mereka menduduki sebuah bangku yang terletak di bawah pohon mangga yang ada di halaman pesantren.

"Kamu mau pindah ke asramanya kapan? Biar aku bantuin bawa barang-barangnya."

Aisha menoleh untuk melihat Nadya. "Kayaknya besok, setelah Bunda dan Papa pergi ke bandara."

Nadya manggut-manggut. "Okey, kamu tinggal panggil aku aja, besok."

"YANG PAKE KERUDUNG HITAM LIAT SINI DULU DONG!"

Saat sedang asik bercengkrama tiba-tiba teriakan seseorang mengalihkan perhatian mereka, bahkan santriwati yang sedang piket dan berlalu lalang di sana pun ikut menoleh.

"WOY! CALON ISTRI! LIAT SINI! GUE MAU PAMIT BERANGKAT SEKOLAH DULU, NIH!" teriak Alzam dengan senyum menggoda yang ia tujukan pada Aisha.

Lelaki itu terkekeh geli saat Aisha merotasikan bola matanya, tampak menggemaskan sekali menurutnya.

Alzam menaiki motornya kemudian kembali menoleh pada gadis itu. "Babay calon istri, jaga diri baik-baik, ya! Calon suami mau cari bekal dulu biar rumah tangga kita sakinah mawaddah warohmah!" teriaknya sekali lagi kemudian melajukan motornya keluar dari halaman pesantren.

"Cie ... calon istri, haha," ujar Nadya tak dapat menahan tawanya.

"Apasih."

"Cie ... salting."

"Nadya!"

Nadya menghentikan tawanya. "Iya udah. Tapi serius loh, baru kali ini aku lihat kak Alzam kayak gitu, walaupun dia kayak berandalan tapi dia nggak suka ngegoda perempuan loh," jelas Nadya terlihat serius.

Aisha menatap Nadya sekilas kemudian memutar bola matanya. "Gak suka ngegoda perempuan? Yakin?"

Nadya mengangguk. "Beneran tau."

"Yang dia lakuin tadi itu apa? Aku bukan perempuan?"

"Bukan gitu maksudnya. Tumben aja gitu, kak Alzam goda perempuan, apalagi terang-terangan kayak tadi," terang Nadya.

Kedua gadis itu terdiam sebentar.

"Btw ... kok bisa dia sekolah di luar? Padahal orang tuanya punya pesantren," tanya Aisha penasaran.

Nadya memandang Aisha dengan mengulum senyumnya.

Aisha mengerutkan keningnya. "Nad?"

"Cieee ... kepo," ejek Nadya tersenyum menggoda.

"Enggak, aku cuma pengen tahu aja."

"Sama aja."

"Yaudah iya, jadi kasih tahu."

Nadya mengedikkan kedua bahunya. "Sebenarnya aku juga kurang tahu. Tapi dari kabar yang tersebar si ... katanya kak Alzamnya yang ngotot mau sekolah di SMA, abah dan umi pun nentang hal itu. Tapi kak Alzamnya ngancem mau kabur dari rumah."

"Nekat banget, sampe ngancem orang tua kayak gitu."

"Ya ... gitu deh. Mungkin dia pengen ngerasain dunia luar bukan dunia pesantren yang udah sejak lahir dia rasain."

"Aneh banget ya dia?" ucap Aisha seraya menggeleng heran.

"Tapi ganteng kan."

Bersambung ....

Hallo, gimana dengan part ini?

Semoga suka ya dan feelnya dapet :)

Ada pesan?

Lanjut?

Spam next di sini👉

Tunggu part selanjutnya

Vote dan komen dulu

👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

38.9K 3.1K 48
[Tentang kepercayaan yang dimainkan] 17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru] Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUB...
114K 4.1K 33
[Story 1] Fara Azzahra Nendra, seorang mahasiswa yang terpaksa menerima perjodohan yang diajukan oleh sang Ayah padanya. Tentu saja hal itu membuat...
972K 84.4K 38
Sequel "AZZAM" .. Abian Alghifari, seorang laki-laki yang hidup nya tak peduli sekitar, apalagi yang nama nya perempuan. Mengingat bagaimana mamah...
16.1K 1.7K 45
Menjadi istri dari seorang gus sholeh dari pondok besar, bukankah itu impian kebanyakan santri?. Tapi tidak dengan Najma Alshafa. Seorang pengagum r...