"No, itu hadiah dariku untukmu. Aku gak menerima kembalian. Kalau kamu ingin membayarnya mari kita makan bersama di kedai itu." Tunjuk Samuel, pada kedai di ujung jalan.
Kini keduanya berjalan memasuki kedai yang menjadi permintaan Samuel. Pria itu menuntunnya untuk duduk di meja yang berada di dekat jendela.
Pegawai kedai menghampiri meja mereka, setelah keduanya menyebutkan pesanan pegawai tersebut meninggalkan meja keduanya.
Kedai tersebut penuh dengan pasang-pasangan muda, Calluna tak sengaja menatap intens pada sepasang kekasih yang saling menyuapi. Terlihat menggemaskan menurutnya, ia yang dikedua dunia menjadi bagian jomblo akut mudah sekali gemas jika ada muda mudi yang bermesraan.
Samuel yang melihat Calluna memandang arah sebrang mengikuti arah pandangan Calluna. Sudut bibirnya tertarik sedikit, Calluna terlihat seperti anak ayam yang baru lepas hingga memiliki rasa ketertarikan tinggi akan dunia luar.
"Mau juga disuapi?" Tawar Samuel mengalihkan pandangannya untuk menatap Calluna.
"Gak, tanganku masih berfungsi normal. Ngapain pake disuapi segala." Calluna meliarkan pandangannya karna tak sanggup ditatap intens dan terlalu dekat dengan Samuel.
Tak berselang lama makanan yang mereka pesan datang. Membuat Calluna menghembuskan nafas lega.
"Selamat makan, Calluna."
"Selamat makan, Sam."
Baru saja Calluna menyendok makanannya, sebuah sendok dengan makanan terulur kedepan wajahnya.
Samuel memberi isyarat untuk Calluna menerima suapannya.
"Buka mulutnya, aku tau kamu mau disuapi. Itung-itung trial pas syuting besok," ucap Samuel dengan godaan.
Calluna masih menatap enggan, hingga kalimat yang keluar dari bibir Samuel membuatnya terkekeh.
"Ayolah, aku sudah terlihat seperti pria yang mengenaskan karna suapanku tak kunjung kamu terima. Lihat, mereka mulai mengasihaniku." Samuel mengedik kesamping memberi tahu Calluna pada pengunjung yang mulai mengasihaninya.
Mulut Calluna terbuka menerima suapan Samuel. Membuat senyum Samuel mengembang.
Lalu pria itu berbalik memakan makanannya. Mereka melanjutkan makan dengan sesekali bertukar cerita.
***
Nagara dengan serius menatap berkas laporan perusahaan, ia beberapa hari ini disibukkan dengan banyaknya pekerjaan yang bahkan sulit ditinggalkan. Beberapa kali juga ia harus menginap di kantor karna beberapa masalah internal kantor.
Ia terlarut hingga jam kantor menunjukkan waktu pulang, Nagara meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, matanya menatap lurus ke jendela ruang kerjanya, terlihat semburat jingga dan beberapa lampu perumahan mulai menyala.
Meraih ponsel yang ada di sampingnya, sebuah notifikasi tentang berita dunia perfilman muncul di bar.
Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat saat mengetahui bahwa Calluna menjadi headline berita tersebut sebagai pemeran utama.
Nagara menggulir berita tersebut hingga muncul nama dan foto sosok yang menjadi lawan main Calluna. Senyum yang semula mengembang langsung hilang tak bersisa.
Tanpa pria itu sadari ada letupan panas yang menyerang sudut hatinya. Ia bahkan meraih cangkir kopinya lalu meminum dalam sekali teguk. Rasanya masih tak berkurang, ia biasanya akan meminum kopi jika suasana hatinya gundah dan hal itu selalu manjur.
"What's wrong with you, Gara?" Desahan nafas kasar keluar dari mulutnya. Ia beranjak dari kursinya setelah membereskan pekerjaannya.
Nagara turun menuju parkiran mobil, ia memasuki mobilnya lalu melajukan mobil tersebut membelah jalanan.
Diperjalanan ia tak sengaja melihat sebuah toko roti yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Karna penasaran Nagara membelokkan mobilnya menuju toko tersebut. Tanpa sadar ia teringat tentang Calluna dan ingin memberikan perempuan tersebut roti dari toko ini.
Pria itu keluar dari toko roti dengan sekotak red velvet cake, ia kembali memasuki mobil. Melajukan mobilnya meninggalkan toko tersebut.
Ia akan pulang terlebih dahulu untuk membersihkan diri sebelum ke tempat Calluna. Tak mungkin ia datang dalam keadaan yang belum mandi.
Nagara keluar dari rumahnya dalam keadaan yang lebih segar, pakaian formalnya juga sudah berganti menjadi lebih santai. Ia kembali meninggalkan kedaiannya.
Jalanan malam ini tak terlalu padat, jarak rumahnya dan Calluna hanya menempuh waktu 30 menit jika tak macet. Di perjalanan ia memicingkan mata saat melihat sosok yang tak asing baginya.
Nagara menghentikan laju mobilnya tepat beberapa meter dari mobil didepannya. Ia turun menghampiri sosok yang tengah membuka mesin mobil.
"Mobilmu mogok?" Tanya Nagara saat sudah menjulang disebelah sosok itu.
Edward, sosok itu adalah adik dari Calluna. Ia menatap Nagara tanpa sadar mengucap rasa syukur.
"Iya, Bang. Nih, tiba-tiba mogok. Mana ponselnya juga lowbat, sial banget." Keluh Edward mengadu seperti saat bersama Calluna.
"Emang mau kemana malem-malem gini, biar saya telponkan mobil derek. Saya juga gak ngerti mesin." Nagara meraih ponselnya lalu menelpon salah satu bengkel langganannya.
"Tempat Kak Calluna, dia tadi nitip beberapa daging sama seafood." Edward mengedik pada mobilnya yang terdapat sekotak besar belanjaan Calluna. Tujuannya memang akan berkunjung ke tempat saudarinya itu, namun naas ditengah jalan ia mengalami mogok mobil.
"Kebetulan saya juga mau kesana, mau bareng? Nanti mobilmu biar diantar pihak bengkel kalau sudah jadi," tawar Nagara setelah menyelesaikan panggilan ponselnya.
"Itu yang gue tunggu dari tadi, ya udah, ayok." Edward kembali dengan mode jailnya. Ia membuka pintu mobilnya lalu mengambil totebag belanjaan Calluna lalu tanpa permisi menyelonong memasuki mobil Nagara.
Nagara speecless dengan tingkah Edward. Ia bahkan tak bernajak dari tempatnya hingga teriakan Edward yang menyembulkan kepalanya dari kaca mobil mengembalikan kesadarannya.
"Ayo, Bang. Jadi gak? Keburu Kak Luna marah-marah," teriak Edward.
Pria itu menggeleng dengan tingkah Edward lalu berjalan menghampiri kursi kemudi. Ia kembali melajukan mobilnya menuju tempat Calluna.
"Bang, lo cinta sama Kak Luna?" Tanya Edward tiba-tiba. Pria muda itu sama sekali tak terlihat melirik Nagara. Namun ekor matanya bisa menangkap setiap gerak tubuh Nagara. Terlihat pria itu mencengkram stirnya lebih kuat.
"Ya, kalo saya gak cinta sama Calla. Mana mungkin kita berpacaran?" Balas Nagara, desir aneh dalam dadanya saat mengucapkan kata cinta pada Calluna. Hatinya merasa lebih ringan? Entah, ia juga masih menerka-nerka.
"Syukurlah. Ini pertanyaan terakhir. Dimana jika ada dua wanita yang tengah berada di ujung jurang dan satu diantaranya adalah Kak Luna siapa yang lebih dulu lo selametin?"
"Jelas Calla, untuk apa hal itu ditanyaakan lagi."
"Benarkah? Namun jika wanita yang satunya adalah sahabat lo, apa masih Kak Luna yang menjadi prioritas utama?" Edward menarik sudut bibirnya.
Nagara terdiam cukup lama. Hingga Edward kembali berbicara.
"Kita sudah sampai, gak nyangka perjalanan begitu cepat. Turun, Bang. Lo mau nginep di mobil?" Ucap Edward yang sudah melenggang pergi turun dari mobil Nagara.
Nagara menarik nafas kembali sebelum turun, pertanyaan basa basi Edward mengusik hati nuraninya.
Edward melangkah dengan tatapan datar, pertanyaan tersebut adalah pure random. Bukankah hal ini banyak terjadi di sekitar? Dimana pria akan dipusingkan dengan pilihan antara sahabat yang tidak tau diri dan kekasihnya yang selalu mencintainya. Terkadang juga mereka terlalu bodoh untuk menyadari telah menyakiti kekasihnya sendiri.
"Gue harap lo gak sejahat yang ada di otak gue, Bang," gumam Edward.
***
Hellow, author kembali.
Terima kasih sudah menunggu dan mohon maaf atas keterlambatan updatenya.
Jangan lupa follow, vote dan komen serta tambah cerita ini ke reading list kalian.
Jangan lupa follow ig : @nicejollye & tiktok : @nicejollye untuk info menarik berkutnya