Ini cerita fiktif, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Cash dan gambar hanya untuk visualisasi. So, bijaklah menjadi readers❤
💜🍒💜🍒💜🍒💜
Note; Semoga jadi obat penawar kerinduan kalian ke cerita ini🥲
💜🍒💜🍒💜🍒💜
Happy Reading😍
Jangan lupa tinggalkan jejak❤
" Disini kayaknya adem? Mau disini aja atau cari tempat lain lagi?. " Kursi roda yang Anna dorong berhenti diarea taman samping rumah sakit.
Rachella menggeleng kan kepalanya pelan, " Disini aja mamih. "
" Oke siap. " Anna membantu Rachella pindah agar duduk bersebelahan disalah satu kursi bata yang terdapat ditaman itu.
" Padahal aku bisa jalan ko, tanpa harus pake kursi roda. Aku udah sehat sekarang. "
" Teu bisa sayang, kamu belum pulih bener kondisinya. Kalo tiba-tiba pingsan di Koridor kumaha?. "
Rachella terkekeh, " Mamih berlebihan. "
" Inget Ra, sehat itu mahal. Jadi kamu kudu jaga kesehatan tubuh kamu dengan baik. "
" Karna mamih sayang sama anak-anak kost termasuk kamu, mamih bawain sarapan. Biar kamu makan terus cepet balik ngumpul lagi sama kita. " Anna dengan semangat mengeluarkan seluruh hidangan yang dirinya bawa dari paper bag. Senyum tulusnya membuat Rachella tak tega untuk menolak.
Gadis berambut pirang itu sudah sarapan, ingatkan Jerrel yang membelikannya satu jam lalu.
" Gimana suka gak? Mamih denger dari Edghar kamu suka pisan buah mangga. "
Rachella mengangguk, " Aku suka, makasih banyak mamih. "
" Sama-sama sayang, sok dimakan hela atuh. "
Dengan perlahan, tangan mungil Rachella terulur mengambil sepotong sandwich dihadapannya. Anna mengulas senyum ketika Rachella mengunyah makanan yang dirinya buat.
" Orangtua kamu gak ada yang dateng apa?. "
Uhuk-
" Astaghfirullah, jangan buru-buru donk makannya. Pelan-pelan aja Rara. Mamih gak bakalan minta kok. " Anna segera memberikan air putih botol pada Rachella yang tersedak.
Kurang pelan bagaimana? Padahal Rachella menggigit makanannya sedikit sekali disetiap kunyahannya- agar lama habis karena perutnya masih merasa kenyang sepertinya.
" Boleh aku tanya sesuatu?. "
" Boleh, tanya aja. Mamih siap jawab pertanyaan dari kamu. " Anna tersenyum, setelah mengelap sudut bibir Rachella memakai tisu.
Apa kalian beranggapan Rachella sengaja mengalihkan topik? Tentu saja iya jawabannya. Namun pertanyaannya sekarang tak kalah penting menurut dirinya.
Gadis berambut pirang itu belum siap terbuka soal keluarganya pada siapapun termasuk Jerrel sahabat kecilnya.
" Mamih ada hubungan apa sama kak Chandra?. "
Raut ceria Anna seketika hilang, kini wanita paruh baya itu murung dan Rachella bisa merasakan kesedihan yang mendalam dikedua mata teduh Anna.
" Gak papah, aku gak terlalu ingin tau kok. Aku cuma nanya aja. " Rachella menggenggam tangan Anna yang bergetar.
" Chandra putranya Mamih, kakaknya Shaka. "
Sebenarnya Rachella sudah beranggapan begitu, namun apa salahnya memastikan bukan?
" Kenapa? Apa kalian saling kenal sebelumna?. " Mengingat Chandra pernah berkuliah diJakarta, Anna berinisiatif untuk bertanya.
Rachella mengangguk, " Kami satu universitas, kak Chandra senior aku dikampus. "
" Oh yah? Dunia beneran sesempit ieu ternyata. " Anna memang tersenyum, namun ekspresinya tak bisa berbohong- wanita itu sedang berduka.
" Kamu tau? Chandra sering banget nyeritain prempuan yang dia suka sama mamih kalo lagi nelpon. Katanya prempuan itu tipe idealnya pisan. ".
Apa gadis yang dimaksud Chandra adalah dirinya? Seorang Rachella Agatha?
" Tapi sayang, sampe dia gak ada pun mamih gak tau prempuan itu saha- namanya aja Chandra belum pernah bilang sama Mamih. "
" Gak ada?. " Seakan ngeblur, dua kata itu yang hanya Rachella dengar.
Anna tersenyum miris, " Chandra udah tiada, dia udah meninggal Rara. "
" A-apa?. " Pegangan pada sisi celana pasien semakin menguat. Rachella tak siap dengan fakta itu.
" Dua tahun lalu, lebih tepatna waktu kejadian kecelakaan yang mobilnya masuk jurang-
Chandra tewas ditempat. "
Bagai kepingan memori, sekelebat ingatan menghampiri kepala Rachella. Kini kedua tangannya memegang setiap sisi kepalanya sendiri. Ucapan dan ilusi berwarna abu-abu memenuhi pikirannya.
" Aaaaaaaaaa. "
" Yaampun, kamu kenapa sayang?. " Anna buru-buru menghampiri Rachella yang meracau dan kesakitan.
" Bukan, bukan aku. " Diiringi isak tangis, Rachella menjambak rambutnya guna menghilangkan percakapan kelam di penglihatannya.
" Rara, tenang sayang- ini mamih. " Anna kalang kabut, memeluk dan mengelus tubuh Rachella pun percuma- karena gadis itu malah semakin menghindar, menepis rangkulannya.
" SIAPAPUN TOLONG SAYA!!!!. "
" Liat nih bagus kan?. "
Erica dan Yohan yang bersebelahan saling tatap lalu menggelengkan kepala tak habis pikir.
" Aheng ari sia kunaon? ngapain dimasukin ke pot sih ahk. " Hampir saja Albara melempar sendok tembok kewajah Mahen yang cekikikan namun Arsen lebih dulu mencegahnya.
" Gak asik lu pada, gue kan becanda sialan. "
" Gini nih jawaban anak yang sering dikasih bubuk raginang. " Ejek Lylyana dengan ekspresi muka tengilnya.
" Sibangke. "
Gadis berponi itu berlari karena kini Mahen berangsur berdiri dan berjalan cepat kearahnya dengan gunting besar pencabut rumput ditangan Pria itu.
" Kesini lu barbie tikusruk."
Berbeda dengan anggota yang tertawa ikut terhibur, Maira malah mengeryitkan alis-
" Mel?. "
" Kenapa?. " Carmelita yang sedang menulis dibuku agenda menoleh.
" I-itu Mahen?. "
Awalnya sekertaris kkn itu tak mengerti tapi setelah melihat aksi kejar-kejaran Mahen dan Lylyana sekarang Carmelita tahu?
" Ahk lu cemburu ya Mey?. "
Tentu saja Maira menggelengkan kepalanya tak terima. " Bukan ihk. "
" Jangan ngelak Jir, muka lu gak bisa bohong soalnya. " Kegundahan Gadis itu lenyap tergantikan dengan senyuman.
" Maksud gue tuh ini Mel. " Sisi lembutnya sudah hilang karena Carmelita yang mengejeknya barusan.
" Apa masalahnya? Lu juga lagi nanem kan?. " Jangan bertanya pada Carmelita, gadis berambut hitam legam itu mana paham soal tanam menanam buah.
Ini pertama kalinya untuk Carmelita, Arsen dan Yusra ke tempat agenda langsung. Sebelumnya kan mereka bertiga bertugas diBalai desa.
" Gak guna nanya sama lu mah ahk. "
Carmelita terdiam, Maira secara tidak langsung mengatainya? Dan berlalu begitu saja?
" Wah parah tuh anak, Dasar munafik!. "
" Alin, mau gue bantuin?. "
Gadis yang disapa itu mendelik kesal,
" Telat sia mah, giliran udah selesai baru dateng kesini lu. "
Juandra tertawa pelan, " Lagian gue gak niat bantuin lu sih dari awal juga. "
" Apa? Sialan lu Junaedi anjing!. "
Jeanita memukul lengan Juandra sekuat yang dirinya bisa namun tangan kanan kekar pria itu menahannya. Asal kalian tahu, dari penglihatan Jasmine dan Edghar mereka itu seperti berpelukan.
" Wah, kalian berdua sedeket ini ternyata." Jangan berharap karena yang berbicara barusan adalah Sang ketua, bukan Jasmine si jutek- gadis itu terlalu malah lebih tepatnya tidak sudi.
Jasmine berlalu melewati ketiganya sambil membawa beberapa gelas diatas nampan.
" Lu salah paham Yan? Gak banget gue lebih dari temen sama nih si bohay. "
" Lu yang homo bajingan. "
Keduanya kembali bertengkar dan Edghar ikut mengikuti balik Jasmine yang sudah duduk manis di saung.
" Selesai. "
Mata Syaugi dan Jasmine berbinar melihat jus buah dihadapan mereka.
" Beneran pake susu kan ini?. "
Erica menghela napas, " Lu kan disini dari tadi tolol. "
Bukannya tersinggung, Syaugi malah terkekeh. " Sensi amat neng, yaudah sini gue cobain. "
" Eit, gak boleh. " Jasmine dan Edghar ikut mengeryit, Erica membawa kembali gelas berisi jus itu.
" Kok diambil lagi sih?. "
" Yang ini spesial buat seseorang, lu pada bikin aja sendiri. " Tanpa merasa bersalah, Gadis mungil itu meninggalkan ketiganya yang menatapnya tak percaya.
" Bejirlah, terus dari tadi gue disini jadi kameramen gitu?. " Syaugi menyesal sungguh.
" Alay banget kamu Yog, sini biar aku buatin. "
" Beneran?. " Edghar mengangguk diiringi senyum manisnya. Dan Jasmine mendelik malas.
" Buru atuh gera bikin. "
" Kamu mau kemana Min?. " Melihat Jasmine yang berdiri dan kembali memakai sendalnya, Edghar inisiatif bertanya-
" Bukan urusan lu. " Melihat respone sarkas dari Jasmine, Edghar menghela napas sementara Syaugi mendengus-
" Sieta mah da hese berubah, dasar kepala batu."
" Yaudahlah biarin, untung aku bawa madu Yog. "
" Beruntung banget gue hari ini, gak papah gak dapet jus pake susu pake madu pun jadi eaaa. "
Pria jangkung yang menjulang itu semakin merapatkan jaketnya pada tubuhnya. London sedang berada di fase sunyi pagi ini. Tentu saja, orang lain sibuk berkelana dialam mimpi.
" Terbangun lagi?. " Suara lembut seorang gadis menyapa di indera pendengarnya disusul pelukan hangat dari belakang oleh sang kekasih.
" Maaf, kamu jadi ikut kebangun juga. "
" Gak papa, mau dibuatin teh?. "
Hendry menggelengkan kepalanya pelan,
" Aku cuma butuh pelukan. "
Sherlyna tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya dan sang pria dengan senang hati masuk ke pelukannya. Usapan dipunggung lebarnya membuat Hendry merasa nyaman.
" Aku rindu banget sama dia, sayang. "
" Aku tau. "
" Aku pengen ketemu dan peluk dia sama kayak kamu sekarang meluk aku. "
Sherlyna semakin mengeratkan rengkuh annya karena Hendry sudah mulai menagis saat ini.
Ingat, ini bukan pertama kalinya Sherlyna menenangkan sang pria. Hampir setiap malam Hendry selalu terbangun dan berakhir menangis.
" Satu minggu lagi sayang, itu gak akan lama. Dan kamu bisa ketemu sama adik kamu di Indonesia. "
" Tapi aku takut. "
Sherlyna mengusap air mata yang mengalir di salah satu pipi Hendry menggunakan jari lentik Tangannya lalu berjinjit dan mencium sekilas bibir yang sedang merenggut itu.
" Pacar aku harus berani donk, kamu harus buktiin kalo kamu bener-bener peduli dan sayang sama Rachella. "
" Ta-tapi?. "
" It's okay, ada aku. Aku bakalan bantuin kamu buat bicara sama Rara nanti-
Inget, papah sama mamah kamu nungguin perkumpulan kalian berdua. "
Tanpa mau berkata-kata lagi, Hendry kembali memeluk sang kekasih untuk kedua kalinya. kali ini dengan diiringi degupan kencang jantung pria itu namun kelegaan dapat dirasakan olehnya.
New Cash~
Park Hyungsik as Hendry Pratama~
Kang Seulgi as Sherlyna Qirani~
See you~
Belum revisi,
20November-
Semoga masih ada yang menunggu cerita ini;)
Next part~
~Teror sebelum perang?
Satu bulan ngilang, tapi aku bawa cerita baru- masih sama ya( spesial 97L)
Tolong vote dan share juga ya💓