happy reading sweetie
•
•
•
"hei hei, maafkan kakak hm? kakak hanya bercanda" ucap Leon serius, ia menangkup wajah imut sikecil.
"hueee kakak hiks nakall!" pekik sikecil, perlu diingat bahwa Axel itu sosok kecil yang sensitif dan cengeng.
"iya iya sayang, kakak nakal, silahkan balas kakak" ucap Leon seraya mengelus punggung sempit Axel.
"huaaaa huhuhuuuu hiks hiks" tangis sikecil semakin kencang membuat dua orang pemuda itu bingung.
"sudah ya menangis nya? nanti sesak lagi sayang" ucap Nathan, ia duduk di samping Leon, tangan besarnya menyeka lembut kening, leher Axel yang berkeringat.
"iya hiks tapi air matanya hiks tidak mau hiks berhenti kakak" adu si kecil lucu dengan mengerucut kan bibir nya.
Nathan dan Leon memalingkan wajahnya tak kuat menahan gemas dan tawanya, karena suara, alasan dan wajah lucu sosok dipangkuan Leon itu membuat mereka tergelitik.
Namun jika mereka tertawa, maka habis lah sudah mereka, pasti bayi mereka itu bertambah mengamuk dan tantrum.
"jangan tertawa huhuuuuu hiks jahatt!" pekik sikecil menyadari wajah Nathan dan Leon yang ingin tertawa. Tangan mungil itu memukul pelan dada bidang Leon namun tak terasa apa apa untuk Leon.
"iya sayangku baby ku, maafkan kakak hm?" Ucap Leon seraya memeluk lembut tubuh mungil di pangkuannya.
"huum hiks" tangis si kecil sedikit mereda membuat Nathan dan Leon menghela nafas lega. Sikecil memilih menyandarkan kepalanya di dada bidang Leon dan mendusalnya.
"jahil" ucap Nathan seraya terkekeh sembari menatap Leon yang sibuk mengecup Surai cokelat Sikecil yang beraroma shampoo bayi.
Nathan melihat jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangannya. Dengan berat hati ia meninggalkan sikecil dengan sang sepupu.
"baby" panggil Nathan. Axel menoleh dengan wajah sembab yang terlihat lebih menggemaskan itu.
"kakak meeting dulu oke?" tanya Nathan.
"jangan lama lama" pinta Axel malu malu.
"baik sayangku" ucap Nathan.
"kiss kakak?" pinta Nathan seraya menunjukkan pipi tegasnya pada sikecil. Leon yang mengerti ia mendekatkan tubuh Axel membiarkan bayi kecilnya itu mengecup pipi tegas sepupunya.
cup
cup
cup
"Thank you baby" Nathan tersenyum lebar kala mendapat kecupan di kedua pipi serta hidung mancungnya. ia balas mengecup wajah sembab itu dengan lembut.
"pastikan baby selalu bersamamu Leon" pinta Nathan dan dibalas anggukan mantap oleh Leon.
"bye kakak" ucap nya seraya melambaikan tangan mungilnya.
"bye sayang" ucap Nathan dan berdiri dari duduknya kemudian melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar.
cup
cup
"kakakk!" omel sikecil kala Leon mengecup kembali kedua pipi chubby nya.
"bayi" ejek Leon.
"adek sudah besar, bukan bayi!" pekiknya menukikkan alisnya tajam membuat Leon tertawa.
Axel terpana dengan wajah tampan yang selalu datar itu kini tertawa lepas. Perlahan tangan kecilnya menyentuh dan mengelus rahang tegas Leon. Leon memejamkan matanya menikmati elusan tangan lembut dari sikecil yang dipangku nya itu.
"kakak jika tertawa tampan sekali" gumam sikecil tanpa sadar membuat Leon terkekeh.
"baby suka hm?" tanya Leon membuka manik abu gelap nya.
"suka! kakak harus sering tertawa" balas Axel seraya tertawa lucu.
"baiklah" jawab Leon seraya mengecup hidung mungil Axel.
Leon harus menikmati momen ini, karena ia hanya berdua dengan bayi yang diperebutkan oleh semua anggota keluarganya.
"baby ingin menonton?" tanya Leon.
"ya! adek mawuu" semangatnya membuat Leon lagi lagi terkekeh gemas.
"baiklah, menonton apa hm?" tanya Leon sembari menyalakan iPad ditangannya.
"eumm film ini apa ya, ah! baby boss itu kakak" pintanya antusias.
"siap bayi" balas Leon dan mulai mencari film tersebut.
"ini" ujar Leon sembari menyodorkan sebotol Dot berisi susu varian madu itu.
"makasih kakak!" ucap Si kecil, ia sangat senang karena perlakuan semua keluarganya ini. Bukannya ia tidak peduli dengan sang paman, namun ia masih takut jika melihat kehadiran sosok tersebut.
cup
Axel mengecup rahang tegas Leon membuat Leon tersenyum tipis.
"bayiku yang manis" kekeh Leon sembari mengendus ceruk leher putih Axel yang beraroma bayi.
Sedangkan si kecil sudah anteng dipangkuan Leon tubuh mungilnya bersandar nyaman di dada bidang Leon dengan mulut mungilnya yang sibuk menyedot susu dan mata bulat nya fokus menonton film.
Setelahnya Leon sedikit membaca baca berkas juga iPad ditangannya dengan tetap mengawasi penuh sikecil.
•
•
•
Sedangkan di Mansion keluarga Daven, tepatnya dikamar Ryan, Stefano mengernyitkan dahinya kala merasa panas menjalar ditangan kanannya.
Dokter tampan itu perlahan membuka manik tajamnya, ia menoleh ke kanan dan menemukan Ryan dan Vex yang masih tertidur pulas.
Ia segera duduk dan menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang king size itu. Saat tangan kekarnya tak sengaja menyentuh lengan kekar Ryan, ia merasakan hawa panas ditangannya.
Stefano dengan sigap mengecek tubuh Ryan, ia menempelkan telapak tangannya di kening mulus Ryan, seketika rasa panas ia rasakan.
"kau demam Ryan" lirih nya.
Stefano memilih beranjak untuk kekamar mandi dan mencuci wajahnya serta menggosok gigi. Setelah selesai, ia membuka tas peralatan medisnya dan mengambil plaster penurun panas dan menempelkan nya di kening sang sahabat.
"eunghh" lenguhan terdengar dari bilah bibir Vex, Stefano melihat Vex yang perlahan mulai membuka manik tajamnya.
"ah Stef, ada apa dengan Ryan?" tanya Vex dengan suara serak khas bangun tidur nya, kala melihat dokter tampan itu sedang memasang jarum infus di tangan kiri Ryan. ia perlahan duduk dan bersandar diheadboard ranjang.
"Ryan demam Vex" jawab Stef seraya menempelkan plaster diinfusan Ryan.
"tidak heran, karena dia tidak memperhatikan kondisi tubuhnya akhir akhir ini" jawab Vex menggebu gebu membuat Stefano terkekeh geli.
"wajar saja Vex" balas Stefano pelan diangguki Vex. Vex beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka nya.
"shhh" ringisan itu membuat Stefano menoleh, mereka melihat Ryan yang mengerutkan keningnya.
"hey, tidurlah lagi" ucap Stefano setelah selesai dengan pekerjaannya.
"ah, kenapa diinfus?" tanya Ryan kala melihat tangan kirinya tertancap jarum infus.
"kau demam Ryan" jawab Stef membuat Ryan mengangguk, ia juga merasakan pusing di kepalanya dan perutnya yang sedikit tidak enak.
"sebentar, aku akan membuatkan bubur" Vex keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Lalu ia keluar untuk menuju dapur.
"ada yang sakit hm?" tanya Stefano.
"hanya kepalaku pusing dan perut ku sedikit tidak enak" keluhnya diangguki Stefano.
"setelah ini, makanlah dulu, jam makan dan tidurmu pasti akhir akhir ini berantakan kan?" tanya Stefano menatap tajam Ryan.
"tidak papa" jawab Ryan sembari meringis.
Stefano menghela nafasnya, ia kemudian duduk disebelah Ryan berbaring dan memijat pelan kepala sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya.
"terima kasih Stef" ucap Ryan seraya memejamkan matanya.
"ck seperti dengan siapa saja kau adik" jawab Stefano seraya terkekeh, tak lama, pintu kamar terbuka dan masuklah Vex dengan nampan ditangannya yang berisi bubur dan air hangat untuk sang Tuan.
"Ryan duduk dan makan, kau bahkan tidak makan dengan benar kemarin" omel Vex seraya menaruh nampan dinakas dan mengambil semangkuk bubur. Stefano terkekeh geli melihat seorang Vex mengomeli sang Tuan.
"aku kenyang Vex" balas Ryan.
"ck makan!" titah Vex tegas membuat Ryan menghela nafas.
Stefano membantu Ryan duduk dan bersandar diheadboard ranjang. Vex dengan sabar menyuapi sang Tuan seraya menasehatinya tanpa ampun.
"sudah" ucap Ryan kala sendok ketujuh ingin masuk kedalam mulutnya.
"hah~ baiklah" pasrah Vex, setidaknya tuannya ini perutnya telah terisi.
"terima kasih Vex" ucap Ryan, walaupun Ryan seperti itu, namun ia tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua orang karena didikan keluarganya, hanya saja dulu ia salah pergaulan, itu kesalahannya.
"get well soon kakak" ucap Vex seraya memeluk manja Ryan membuat kedua orang itu terkekeh.
"thank lil brother" balas Ryan parau. Tetapi tatapan Ryan menyendu membuat dua orang lainnya bertanya tanya.
"hei? kenapa hm?" tanya Stef.
"Vex, dimana sikecil El?" tanya Ryan lirih.
"akan kucari setelah kau sembuh" balas Vex, bukannya dirinya ingin menunda, hanya saja ia ingin tuannya ini sembuh total terlebih dahulu.
"tidak papa, kita cari sama sama ya" ujar Stefano menenangkan ketika melihat manik tajam Ryan berkaca kaca.
Stefano menghela nafasnya, ia beranjak mendekat dan mendekap erat sang sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya.
"tak apa, menangis lah jika itu membuat mu lega" ujar Stef tenang membuat Ryan semakin terisak hebat. Stef mengelus punggung lebar Ryan yang bergetar hebat, sementara Vex menatap sendu sang Tuan.
"a-aku hiks menyesal hiks s-stef" isaknya, suaranya teredam didada bidang Stefano karena Ryan memeluk erat tubuh kekar Stefano.
"hssst tak apa, kita sama sama perbaiki semuanya pelan pelan ya?" ujar Stef lembut, tangan kekarnya aktif mengelus punggung lebar Ryan.
Ryan mengangguk tipis ia semakin memeluk erat Stefano. Sementara Stef tak henti hentinya memberikan kata kata penenang.
•
•
•
Sementara di JHS, ketujuh pemuda tampan yang tak lain adalah twins dan yang lainnya sedang duduk bersantai di rooftop sekolah, ketujuh nya memilih untuk membolos di pelajaran terakhir yang menurut mereka sangat membosankan.
Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Darel, Axie, Zico, dan Varrel sibuk memainkan game mereka.
Sementara, Darren, Gio, dan Kevin memainkan ponselnya seraya terus memperhatikan keempat remaja lain di hadapannya juga ditemani beberapa minuman dingin dan makanan ringan seraya berbincang santai.
"Oh shit!! aku kalahh!" maki Darel.
tuk
"Awshh" meringis kala keningnya mendapat lemparan bungkus permen dan pelakunya adalah Gio. "Why Gi!" pekiknya kesal, ingatkan jika Darel itu remaja yang sangat sulit mengontrol emosinya, begitupun dengan hal hal kecil.
"Bahasamu Darel" tegur Gio dingin membuat Darel sedikit bergidik. Sementara sang adik tersenyum miring membenarkan perilaku Gio.
"Ck iya iya, maafkan aku" ucapnya bersalah.
Sedangkan temannya yang lain masih sibuk bermain gamenya. Ia sedikit merasa lapar, melihat roti cokelat di atas meja ia langsung menyambar dan memakannya lahap.
"Pelan-pelan" peringat Darren menggelengkan kepalanya. Satu roti habis tak tersisa dan Gio menyodorkan sebotol air mineral lalu diterima baik oleh Darel. Merasa bosan, ia merebahkan tubuhnya dan paha Gio yang menjadi bantalnya. "Tidurlah" titah Gio, tangan beruratnya mengelus surai silver Darel.
Sementara Darel meringsut dan mendusalkan wajahnya di perut berotot Gio. Tak lama, dengkuran halus terdengar dan pelukan di pinggangnya mengendur. Gio menunduk dan menemukan wajah tampan Darel yang sudah terlelap. Ia terkekeh pelan dan membiarkan sahabat nya itu tertidur.
"Sudah bermain gamenya" ucap Kevin kepada tiga remaja lain membuat mereka berdecak pelan, bukan apa, tetapi mereka sudah lama memainkan game itu. Tapi tak ayal, ketiganya menurut dan menaruh ponselnya di saku celana abunya. "Baby sedang apa ya" gumam Axie seraya mencomot dimsum yang tersedia.
"Darren, Xie apa kalian tak khawatir dihukum karena membolos?" tanya Zico jahil.
"Kau bahkan akan dihukum mami" jawab Darren enteng membuat Zico mendengus. Zico mencomot dimsum dan memakannya perlahan sembari melihat ponselnya.
"Darren, bagaimana dengan paman dari baby itu?" tanya Kevin tiba tiba serius membuat atensi semuanya mengarah kepada Darren.
"Biarkan, selama ia tidak berbuat apa-apa, grandpa, daddy, papa and papi said" jawab Darren membuat mereka mengangguk.
Dan mereka kembali bercanda dan berbincang santai seraya menjahili satu sama lain dengan Darel yang tertidur pulas. Axie tak henti hentinya menjahili Zico begitupun sebaliknya.
"Ayo bermain ke mansion" ajak Axie dan diangguki mereka semuanya. Tak terasa, bel pulang berbunyi, mereka bersiap untuk pulang dan semuanya menuju mansion megah Jerganio. "Darel, bangunlah dulu, kita pulang dan lanjutkan tidurmu" ucap Axie seraya menepuk pelan pipi tegas Darel membuat si empunya melenguh.
Sebenarnya Axie bisa saja membopong sepupunya ini ala karung beras, namun ia masih punya hati untuk menjahili sepupunya ini.
"Ughh"
"Ayo, lanjutkan di mobil" ucap Darren diangguki Darel. Gio membantu Darel duduk dan berdiri. Ketujuh remaja tampan itu berjalan menuju parkiran untuk membawa kendaraan masing-masing.
Darren, Axie, dan Darel di mobil yang sama, sementara Gio, Zico, Kevin, dan Varrel menggunakan motor sport nya masing-masing.
Mobil yang dikendarai Darren melaju terlebih dahulu disusul keempat motor sport gagah itu membuat pekikan dari siswa dan siswi terdengar di pelataran tempat parkir.
"Xie" panggil Darel ia sudah sepenuhnya mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur tadi. "Hm? butuh sesuatu?" tanya Axie yang memang duduk di belakang Sedangkan Darren yang menyetir.
"Haus, minum" pintanya, Axie mengeluarkan tumbler Darel dari tas si empunya dan memberikannya. "Thanks" Darel segera menenggak air putih tersebut. Darel melihat spion depan dan memperlihatkan 4 motor sport yang tidak asing menurutnya. "Mereka?" tanyanya.
"Bermain di mansion" jawab Axie seraya memasukkan kembali tumbler Darel. Darel mengangguk dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar Axie.
"Pusing tidak?" tanya Axie, karena Darel baru tidur sebentar dan harus bangun kembali. "Tidak" jawabnya sembari memainkan tangan besar Axie.
Di dalam mobil itu hanya ada keheningan, Darren yang fokus menyetir, Axie memainkan ponselnya dan Darel yang hanya diam, ia sedang malas saat ini, sesekali memainkan tangan, telinga, perut hingga wajah tampan Axie. Axie? dia hanya pasrah.
Mobil yang dikendarai Darren tiba depan gerbang tinggi Mansion, diikuti keempat motor sport di belakangnya. "Ayo" ajak Darren dan mereka berjalan menuju pintu utama.
"Ayo ke kamarku saja" pinta Darel diangguki semuanya. Mereka semua beranjak menuju kamar Darel.
"Hah~ lelahnya" lirih Zico.
"Lelah apanya? lelah membolos?" cibir Axie.
"Ck kaca mau" jawab Zico yang sudah merebahkan tubuhnya di kasur king size Darel.
Sementara Gio, Kevin dan Varrel duduk di sofa kamar Darel. dan si kembar sedang mengganti seragam sekolahnya.
"Sebentar aku ke dapur" pamit Axie.
"Di mana Xie?" tanya Darel, ia sudah menggunakan pakaian santainya.
"Ke dapur" jawab Zico. Darel mengangguk dan berjalan menuju tv besar di kamarnya seraya menyalakan game untuk mereka mainkan, memang mereka biasanya memainkan game di kamar Darel.
"Grandpa dan yang lain di mana?" tanya Gio, ia melepas kemeja seragamnya dan tersisa kaos hitam yang membaluti tubuh kekarnya.
Cklek
Darren dan Axie masuk bersamaan, Axie yang kembali dari dapur dan Darren yang dari kamarnya sendiri, Darren dan Axie duduk di karpet bulu tebal yang sudah ada Zico di sana.
"Ah iya! ck baby ikut bersama kak An dan kak singa" jawab Darel, ia sedikit kesal kala mengingat tadi pagi mereka memperebutkan si kecil. "Dan yang lain seperti biasa, bekerja dan mengumpulkan uang untuk kita" jawab Axie enteng membuat mereka terkekeh geli.
Tok
Tok
"Tuan muda, ini pesanan anda" ucap bodyguard di luar pintu, Axie beranjak.
"Tolong bawakan masuk" pinta Axie, Bodyguard yang tak lain adalah Rexie dan Alex mengangguk patuh, mereka berjalan dengan masing-masing membawa nampan besar.
"Terima kasih Rexie, Alex" ucap mereka. "Sama sama tuan muda, mari" ucap dua orang itu dan berjalan kembali keluar dari kamar Darel.
"Bermain game?" tanya Darel.
Sebagian mengangguk dan sebagian memakan camilan yang disediakan oleh tuan rumah ini.
Mereka hanyut dalam permainan game mereka, ada yang sibuk bermain, bercerita seraya memakan makanan ringan, bercanda dan lain lain.
•
•
•
Sementara di kantor megah Samuel, Javier dan kedua putranya yang tak lain adalah Samuel dan Jevano sedang membahas pekerjaan nya.
"Lihatlah tadi, cucu-cucuku beserta temanya membolos" ucap Javier tiba tiba yang sedang melihat iPad di genggamannya. Melihat itu Samuel dan Jevan terkekeh kecil.
"Twins beberapa kali seperti itu, aku sudah tau namun tak tahu harus bagaimana" ucap enteng Samuel diangguki Jevan membuat Javier mendengus.
Karena memang, keduanya tidak pernah memarahi para putranya jika kesalahannya tidak sangat fatal. Ia pun memaklumi karena semuanya juga pernah mengalaminya.
"Biar dad yang urus" jawab Javier seraya tersenyum miring, melihat itu Samuel dan Jevan memutar bola matanya malas, karena tidak mungkin daddy nya itu menghukum kasar, namun ada saja yang sulit ditebak oleh mereka.
_____________________
jadi gini, El mau kenalin lagi tokoh tokohnya dan juga nama panggilan mereka, soalnya masih ada beberapa kakak kakak El yang masih bingung katanya hehe.
Axelio Daven Jerganio = baby El
Samuel Dazian Jerganio = Daddy El
Nathaniel Dean Jerganio = Kak An
Leandra Stevan Jerganio = Kak Lean
Darelio Zael Jerganio = Zael
Darrenio Ziel Jerganio = Ziel
Javier Aeron Jerganio = Grandpa
Jevano Sebastian Jerganio = Papa
Jovano Austin Jerganio = Papi
Leonid Divie Jerganio = Leon
Axie Stephen Jerganio = Xie
yang lain seperti biasa.
______________________________________
sore everyone, el pemikat hati uncle aunty datang lagi xixixi 🤗
chapter ini santai dulu aja yawwwww
jangan forget star nya ya bund muachhh, lop yu sekebonn 💋❤️🤸