Pagi hari yang indah, dimana suasana sejuk seperti menusuk kulit tubuh kebanyak orang, tapi itu tidak berlaku kepada kami.
Suasana hangat seperti dulu kembali menyelimuti kami semua. Canda, tawa dan senyum lebar yang selalu kami perlihatkan.
Aku dan yang lain kini tengah duduk di sofa depan tv dengan semangkuk bubur ayam yang ada di tangan kami sebagai menu sarapan favorit kami semua.
Saat ini pukul 8 pagi, dan kami semua tengah sarapan sebelum berangkat menuju kota bandung untuk sekedar berlibur dan tentunya membuat konten pertama kami sebagai komunitas.
"Dira sama Dion lama banget" ujar Lily.
"dia udah deket kok ini, tadi dia ngabarin aku" balas Oline.
Yap, Dion pulang terlebih dahulu untuk sekedar membersihkan diri, membawa barang barang, mengganti motornya menjadi mobil dan tentu saja meminta izin kepada kedua orang tuanya.
Kenapa dia membawa Indira? Kalian tau sendiri bagaimana keras kepalanya Indira. Dia memaksa untuk ikut ke rumah Dion dengan alasan dialah yang akan meminta izin kepada kedua orang tua Dion agar kekasihnya itu di perbolehkan untuk pergi menginap di bandung.
"ngomong ngomong nanti yang pake drone nya siapa?" tanya Michie tiba tiba.
"gua bisa kok, tenang aja" balas Chika cepat seraya menyombongkan dirinya sendiri dengan nada jamet.
"kamu cocok kayanya sama Nachia Chik, sama sama jamet" timpal Levi.
"aku diam aja kena loh" ujar Nachia dengan nada melas.
Kami semua langsung tertawa sedangkan Chika dan Nachia tampak merengut sebal.
"ga di sini, ga sama Kai, gua di katain jamet mulu" keluh Chika seraya memanyunkan bibirnya.
"sama! emang teman teman jahat!" timpal Nachia.
"nah kan, sama sama jamet hahaha" lanjut ku yang masih ingin meledek mereka berdua.
Saat sedang asik bercanda dan tertawa, kami mendengar suara gerbang yang terbuka dan juga suara mobil yang masuk ke dalam pekarangan rumah.
"halo semuanya!" seru Indira yang masuk kedalam rumah bersama dengan Dion.
Yap, Indira dan Dion lah yang menimbulkan suara suara itu tadi.
"udah di izinin bro?" tanya ku pada Dion.
"udah bang, gua kaget Indira bisa cepet akrab sama nyokap gua, biasa nya nyokap gua ga kaya gitu" jawabnya seraya ikut duduk bersama kami semua.
"sama berarti, gua juga heran waktu pertama kali bawa Oline ke rumah" timpalku.
"wets! itulah pesona keluarga Manuel! ya ga ci!!" seru Indira yang merangkul Oline dengan nada tengilnya.
"iya dong! pesona cewe cantik dan sexy kaya kita gini ga akan bisa di tolak" balas Oline yang juga menyombongkan diri.
"cewe kita ini stress apa gimana si" ujarku ada Dion.
"ga tau bang, kadang gua juga bingung" balasnya.
Semua yang mendengar percakapan kami berdua hanya tertawa, sedangkan Oline dan Indira hanya menekuk mukanya nya karena sebal dengan ku dan Dion.
Kami melanjutkan sarapan kami hingga habis seraya saling terus melontarkan candaan satu sama lain.
Ohiya, aku juga sudah bilang kepada ibuku tentang aku yang akan mulai serius kepada Oline melalui pesan.
Ya aku tau, aku tidak sopan dengan ibuku karena memberitahu berita penting seperti ini tanpa bertemu langsung dengan nya, dan ibuku pun marah padaku.
Tapi aku mengatakan bahwa Senin nanti aku akan mampir kerumah ibuku bersama Oline sepulangnya kami dari bandung untuk membuat konten.
Dan untungnya ibuku mengerti dan tidak marah lagi kepadaku.
---------------------------------------------
"kalian udah siap semua?" tanya ku pada yang lain.
Sudah pukul 9 pagi dan kami semua kini tengah memeriksa barang bawaan kami yang ingin kami bawa ke bandung agar tidak ada yang tertinggal.
"udah ketua!" ucap mereka dengan kompak.
"ga usah ketua ketua, malu ih" ujarku pada mereka.
Aku mengatakan itu karena gerbang besar rumah ini sudah terbuka lebar dan banyak nya orang berlalu lalang yang sedang berolah raga pagi.
Dan seperti biasa, mereka hanya tertawa sedangkan aku menunduk malu.
Setelah keributan kecil yang kami timbulkan itu, kami langsung masuk kedalam mobil masing masing dan mulai menjalankan mobil kami.
Kami saling beriringan dijalan hingga setiap orang yang kami lewati selalu aja melihat ke arah kami.
Bagaimana tidak, kalian pun pasti akan seperti itu jika melihat 10 mobil diesel yang sudah full modif jalan beriringan di jalanan dengan suara bising khas diesel nya.
Dan seperti biasa, saat kami semua memasuki jalan tol, Oline menyambungkan voice call ke kami semua agar kami selalu beriringan dan saling memberi kabar jika terjadi sesuatu.
"kaya biasa ya! mumpung jalan sepi! tapi selalu inget jaga jarak aman dan jangan arogan" jelasku pada mereka semua.
Mereka semua hanya menjawab 'siap' sedangkan Chika dan Dion yang baru pertama kali terlihat kebingungan dengan kata kataku.
"kalian ikutin Axel aja, jangan terlalu deket ngekornya" ujar Lily pada Chika dan Dion.
Setelah Chika dan Dion paham, kami pun mulai berjalan dengan kecepatan yang lumayan.
Dan seperti orang orang pada umumnya, Oline membuka kaca dan mulai mengambil video dan foto dari mobil kami yang sedang melaju lumayan kencang satu persatu secara bergiliran.
Indira yang berada di mobil Dion pun melakukan hal yang sama. Tapi sayangnya kami tidak bisa menggunakan peralatan yang lebih bagus lagi karena semua kamera berada di mobil milik Chika.
"gua dong lin! dapet ga?" ujar Flora.
"dapet kok, jalan aja aku yang videoin" jawab Oline yang masih setia merekam menggunakan ponselnya.
Selama kami masih di dalam tol Jakarta-cikampek kami terus mengambil video dan foto secara bergantian. Ya sebenarnya hanya Oline dan Indira yang bergantian karena yang tidak menyetir hanya mereka berdua.
Tapi saat kami memasuki Tol Cipularang, aku menyuruh mereka berenti dan kembali fokus pada jalanan karena jalanan Tol ini sangat berbahaya.
Aku selalu memperingati mereka semua dengan jalan tol ini seperti biasanya agar mereka ingat akan hal apa saja yang tidak boleh mereka lakukan agar tidak menimbulkan kecelakaan.
Singkat cerita sampailah kami di rumah Oline pukul 11.15. Karena kami datang dengan mobil yang lumayan banyak, kami lagi lagi di berhentikan oleh security komplek. Tapi saat Oline berbicara kepada mereka, mereka langsung mengizinkan kami semua masuk.
Dan, karena mobil kami semua tidak bisa masuk ke dalam pekarangan rumah Oline akhirnya beberapa mobil terpaksa parkir di luar pagar rumah Oline.
"mama, ayah, Kaka!!" seru Indira pada Ibu, Ayah dan Ara yang sedang menunggu kami di ambang pintu dan langsung memeluknya.
Kami semua yang baru turun dari mobil langsung berjalan menuju mereka bertiga yang sedang menunggu kami.
"gimana dedek kabarnya, sekarang jarang ngasih kabar ya sama mama" ucap ibu seraya mengelus putri bungsunya itu.
"hehe, maaf deh ma, aku juga sibuk sama sekolah aku" jelas Indira seraya menggaruk tengkuk nya yang tak gatal itu.
Setelah itu kami semua langsung bersalaman pada ibu dan ayah, dan Ara dia langsung memeluk ku dengan sangat erat hingga Oline merengut karena cemburu.
"ga usah cemburu gitu kali lin, sama ade sendiri aja begtu" ujar Nachia yang menyenggol Oline.
"engga, aku ga cemburu tuh" balas Oline dengan nada yang tidak benar benar marah.
"hehe, maaf ya ci, aku juga kangen kok sama Cici" timpal Ara yang langsung beralih memeluk Oline.
Aku hanya tersenyum melihat interaksi kedua Kaka beradik ini, mereka terilah tidak akur, tapi kenyataan nya mereka saling peduli dan menyayangi satu sama lain.
Tapi saat aku sedang berjalan di belakang mereka semua, tiba tiba Nachia menjatuhkan sesuatu dari sakunya.
Sesuatu yang bisa membuat dirinya dalam bahaya, bukan hanya dirinya tapi kami semua.
Aku buru buru mengambil barang itu dan menyembunyikan nya di saku ku lalu ikut duduk bersama mereka di sofa untuk sekedar beristirahat.
Kalian sudah bisa menebak apa barang itu kan? Yap, sabu. Dia membawa sekitar 1gram sabu yang di bungkus dengan plastik clip kecil.
"Ara bantu mama bikin minum yuk" ajak ibu dan Ara hanya mengangguk lalu berdiri.
"aku ikut juga dong ma, aku kangen mama" ujar Indira yang langsung mengikuti ibu yang sedang berjalan menuju kedapur.
"jadi kalian ada acara apa nih, itu kayanya banyak banget barang bawaan" tanya ayah pada kami semua setelah melihat tas yang berisi kamera dan drone yang kami bawa.
"kita mau bikin konten om hehehe" jawab Chika yang cengengesan.
"lah, ayah ikut dong bikin konten" timpal ayah yang tidak terima kalau dirinya tidak di ajak.
"dih, ini khusus anak muda, ayah kan udah tua" balas Oline yang meledek ayah.
Aku dan yang lain hanya tertawa, sedangkan ayah merengut sebal seperti anak remaja.
---------------------------------------------
Hari semakin siang, entah mengapa kota bandung hari ini terbilang cukup panas. Sinar matahari rasanya seperti membakar kulit tiap orang yang tersorot langsung oleh nya.
"aku mau keluar dulu ya sama Levi" ucapku pada Oline.
Kami semua kini tengah berada di kamar Oline dan sedang menyiapkan gear untuk membuat konten nanti malam dan besok.
Chika di bantu oleh Nala dan Delynn tengah menyusun bracket dan stabilizer kamera yang akan di pasang di belakang mobil nanti.
Sedangkan yang lain asik membaca bagaimana cara memakai drone yang di bawa oleh Lily.
"ih, mau kemana, aku ikut dong" balas Oline.
"kita cuma mau beli makanan sama minuman doang lin, udah kamu baca aja itu" bukan aku yang menjawab melainkan Levi.
Oline memicingkan matanya dan melihat kearahku dan Levi dengan penuh curiga. Tapi aku dan Levi berusaha memasang wajah tenang agar rencana kami tidak terbongkar.
Yap, aku dan Levi berencana untuk ke toko perhiasan sesuai rencana kami sebelum nya beberapa hari lalu.
"hm, yaudah deh. Jangan lama lama tapi aku mau di peluk kamu lagi" balas Oline yang akhirnya memperbolehkan ku dan Levi.
"yailah, iya iya manja banget apa apa mau di peluk" balas Levi yang sebal.
Entah mengapa semenjak setelah makan siang bersama tadi, Oline sangat clingy padaku. Dia selalu ingin menempel padaku bahkan selalu mendusel dusel manja seperti anak kucing.
Akhirnya aku dan Levi keluar kamar dan menuju ke bawah untuk segera ke tempat mobilku yang terparkir diluar.
Ruang keluarga tampak sepi, Indira dan Ara berada di dalam kamar Ara sedangkan ibu dan ayah entah berada dimana.
"kira kira abis berapa ya lev?" tanyaku saat kami berdua baru saja masuk kedalam mobilku.
"tergantung model lah, sama kaya lu beli perhiasan emas biasa" jawab Levi.
Aku hanya mengangguk dan mulai menjalankan mobil ku menuju toko perhiasan yang di maksud oleh Levi.
Singkat cerita kami berdua sampai di daerah toko perhiasan itu. Dan saat aku mau membelokan mobilku untuk masuk ke pekarangan parkir ruko, aku melihat mobil yang sangat familiar untuku.
"lah itu bukan nya mobil Kai ya lev?" tanyaku seraya menunjuk salah satu mobil yang juga sudah terparkir di depan toko perhiasan itu.
"lah iya, kok ada dia disini" ujar Levi yang juga ke bingungan.
Aku dan Levi turun dari mobil dan langsung saja masuk kedalam toko tersebut.
Saat menginjakan kaki ke dalam toko, aku langsung bisa menerka seberapa mahalnya perhiasan yang mereka jual.
Dilihat dari perhiasan yang mereka pajang di dalam etalase toko saja aku langsung bisa melihat betapa mewah dan premium nya barang yang mereka jual.
Dan mengenai mobil tadi, benar saja ternyata ada Kai, Oniel dan seperti nya dua orang lain itu adalah teman teman Kai yang dulu pernah bertemu denganku saat mempunyai masalah Freya dulu.
"lah, lu ngapain brok" tanyaku pada Kai.
"lah, lu yang ngapain bang" ujar Kai yang bertanya balik.
"gua mau beli cincin buat cewe gua" balasku.
"lah gua mau ngambil cincin buat Oniel" timpal Kai.
Sedangkan itu di sisi Levi....
"ci, mereka emang kaya begitu ya kalo ketemu?" tanya teman Kai yang bernama Dani kepada Levi.
"haah, mereka berdua tuh kaya bocah kalo ketemu, apa apa di debatin" jawab Levi yang mendengus pasrah melihatku dan Kai yang berdebat seperti anak kecil.
"cowo lu Niel, gila apa ya debat sama bang Axel gitu" timpal Amanda teman Kai yang lain.
"ga tau aku juga, mereka kalo di chat akur kok, kaya abang ade malah" jawab Oniel yang sedikit malu.
balik lagi kepadaku...
Aku berada beberapa meter di depan Levi yang seperti sedang berbicara pada Oniel dan kedua teman Kai yang lain.
Aku sedang melihat lihat model cincin yang sekira nya Oline sukai.
Jujur aku sedikit bingung karena aku baru pertama kali membelikan perhiasan untuk Oline tanpa mencari tau terlebih dahulu model atau ulir yang di sukai oleh Oline.
"lu mau nikah bang?" tanya Kai yang berada di sebelahku.
"niatnya, tapi ini gua mau setidaknya tunangan dulu biar hubungan gua serius" balasku tanpa melihat kearahnya karena sedang fokus melihat perhiasan yang ada di dalam etalase.
"lah, gua harus nikah duluan dah dari pada lu" ujar Kai tiba tiba.
Aku yang sedang sedikit membungkuk langsung menegakkan tubuhku lalu melihat kearah Kai.
"yaelah bro, kuliah dulu ga sih selesain, nikah nikah aje lu" balas ku dengan nada meledek.
"wets, gua cumlaude nih lu liat aja bang" balasnya dengan nada sombong.
Sang penjaga toko perhiasan itu hanya melihat kami berdua dengan ekspresi bingung karena kami terus berdebat.
Tak lama, aku dan kai meringis sakit karena telinga kami di tarik dari arah belakang.
"berisik! ngoceh mulu kalian, buruan pilih xel!" ujar Levi yang menarik kupingku.
"tau! debat Mulu kaya anak kecil aja" timpal Oniel yang juga menjewer telinga Kai.
Setelah perdebatan kecil itu aku memilih satu model cincin yang menurutku sangat cocok bertengger di jari lentik milik kekasihku itu.
Levi langsung bertanya pada sang penjaga toko mengenai ukuran jari yang sekiranya mendekati ukuran jari Oline.
Dan betapa beruntungnya aku, ukuran jari milik Oline tersedia. Aku tidak harus menunggu proses pencocokan ulang ukuran jari seperti halnya dengan Kai.
"gelo! langsung ada brok!" ujar ku yang sombong pada Kai.
"cih, hoki aja lu bang" timpal Kai yang tidak terima.
"hayo mulai lagi!" ujar Levi dan Oniel dengan kompak.
Aku dan Kai langsung menunduk takut, sedangkan kedua teman Kai yang ada di belakang kami hanya tertawa kecil melihatku dan Kai yang ciut seperti anak kucing yang di marahi oleh induknya.
Tak hanya membeli untuk Oline, aku juga membeli untuk ku juga. Penjaga toko itu menyarankan beberapa cincin yang serasi dengan cincin yang ku pilih untuk Oline.
Dan pada akhirnya, pilihanku jatuh pada satu cincin dengan model sederhana namun tetap terlihat elegan saat aku memakainya.
Namun tidak seperti cincin untuk Oline, cincin yang aku pilih harus menunggu selama satu Minggu, yaitu bertepatan dengan tanggal anniversary ku dan Oline.
"yahaha nunggu juga kan lu bang hahaha" ledek Kai setelah mendengar perkataan penjaga toko perhiasan itu.
"cih, sebel aja gua dengernya" kesalku terhadap perkataan Kai.
Plak...
Plak...
"Aduh!! sakit" ujarku dan Kai bersamaan.
Yap, Levi memukul pahaku dan Oniel memukul paha Kai dengan sangat kencang.
"makanya jangan kaya anak kecil apa kalian berdua!" ujar Levi ya sudah benar benar muak.
"tau, kamu juga Kai, songong banget sama yang lebih tua, aku ga pernah ya kaya gitu!" timpal Oniel pada kekasihnya itu.
Aku dan Kai langsung menunduk kembali, sedangkan kedua teman Kai yang sedang menahan tawa sedari tadi langsung tertawa terbahak bahak.
Setelah itu, aku langsung membayar sepasang cincin yang aku beli tadi dan aku mendapatkan sertifikat resmi yang kurang lebih berisi bahwa cincin yang aku beli adalah murni berlian asli.
"untuk cincin pria nya bisa di ambil Minggu depan ya mas" ujar sang kasir padaku.
"oke mba, makasih banyak" jawabku.
Setelah itu aku dan Levi langsung keluar dan di ikuti oleh Kai, Oniel dan kedua teman nya.
"ini kalian mau kemana abis ini?" tanyaku pada Kai.
"jalan jalan paling, kalo ga nongkrong nyari suasana baru" jawab Kai.
"eh, kalian mobilnya nya diesel juga kan?" kali ini Levi yang bertanya.
Kai, Oniel dan kedua teman nya saling lihat sesaat lalu melihat kearahku dan Levi kembali.
"iya ci, emang kenapa?" tanya Dani.
"malam ikut aja lah kalo gitu kita ngonten, sekalian jalan jalan" ajak Levi seraya menaik turunkan alisnya dan menekankan kata 'jalan jalan'
Aku sudah tau apa yang di maksud dengan 'jalan jalan' oleh Levi, anak ini pasti akan mengajak kami minum minum.
Tapi mereka berempat menatap Levi dengan ekspresi bingung karena tidak mengerti apa yang di katakan oleh Levi.
"minum minum brok" jelasku agar mereka mengerti.
Mereka langsung membentuk huruf O pada mulut mereka menandakan mereka sudah paham.
"boleh kan nyil/man?" tanya Dani dan Kai pada kekasih mereka masing masing dengan tatapan penuh harap.
Oniel dan Amanda saling melihat satu sama lain untuk sesaat seraya berpikir.
"psstt, kalo abis minum biasa nya 'goyangan' laki laki gacor loh" bisik Levi pada Oniel dan Amanda.
Sontak Oniel dan Amanda membelalakan matanya dan wajah mereka berdua menjadi sangat merah.
"ya-yaudah boleh" jawab Amanda dengan cepat.
"i-iya boleh deh sekali sekali" timpal Oniel.
Kami bertiga para laki laki hanya menghembuskan napas kami dengan kasar. Sejujur nya kami bertiga mendengar apa yang Levi bisiki kepada Oniel dan Amanda tapi kami hanya pasrah saja.
Setelah itu, kami berpisah di tempat parkir. Aku dan Levi berjalan menuju rumah Oline dan mereka berempat entah mau pergi kemana.
---------------------------------------------
Selama perjalanan menuju kerumah, aku dan Levi banyak bicara tentang aku harus bagaimana dan berkata apa saat melamar Oline.
Aku menjelaskan pada Levi aku ingin melamar nya nanti malam setelah kami selesai membuat konten.
Di kelilingi oleh mobil yang menyorotkan lampu padaku dan Oline yang berdiri di tengah tengah seraya aku yang berlutut di hadapan Oline.
"boleh sih kaya gitu, nanti gua bantu ngomong ke yang lain" balas Levi.
"makasih banyak ya lev, aku ga tau lagi harus apa kalo ga ada kamu" ujarku padanya.
"hehe iya iya, tapi jangan lupa janji nya ya, hari kamis aja pas kita wfh hehe" balasnya seraya terkekeh dengan senyum sus- nya.
Aku sebenarnya ingin menolak, tapi karena dia sudah membantuku sejauh ini, apa aku bisa menolak keinginan 'sepele' nya itu?
Aku hanya menjawab 'iya' kepada Levi dan kembali fokus kepada jalanan yang ada di hadapan ku.
Tapi saat sedang terjebak di lampu merah, aku seperti sedang menduduki sesuatu yang membuat duduk ku tidak nyaman.
Dan saat aku merogoh saku belakangku, aku baru teringat tentang barang yang di bawa oleh Nachia.
"lev, liat" ujar ku yang mengeluarkan barang haram itu untuk ku tunjukan padanya.
Levi langsung terkejut saat melihat apa yang aku keluarkan.
"gila, kamu nyabu!?" umpat Levi.
"bukan aku, Nachia" jawabku seraya menaruh kembali barang itu di saku belakangku.
"loh? kok ada di kamu?" tanya nya yang bingung.
"tadi pas kita sampe dia ngejatohin ini, untung ga ada yang liat, aku buru buru ambil aja" jelasku.
"udah kamu simpen aja xel, buang kalo bisa biarin dia sakau" kesal Levi saat aku menjelaskan.
"biar aku aja yang ngomong nanti, kamu ga usah marahin dia, kasian dia" ujarku.
Awalnya Levi tidak setuju dengan perkataanku, dia sangat ingin marah pada Nachia.
Tapi aku terus membujuk nya agar dia tidak memarahinya, karena itu bisa membuat ayah dan ibu tau tentang hal ini. Aku tidak mau Nachia terkena masalah oleh ayah dan ibu.
Singkat cerita, kamu berdua sampai dan kami langsung saja masuk kedalam kamar Oline.
Untuk kotak yang berisi cincin itu aku taruh di dalam mobil agar tidak diketahui oleh Oline lebih awal.
Oline langsung kembali memeluk ku dan mendusel duselkan wajahnya pada dadaku seperti apa yang dia bilang sebelumnya.
Aku juga memberitahu mereka semua bahwa aku dan Levi mengajak Kai, Oniel dan kedua teman nya untuk ikut membuat konten dan sedikit 'merayakan' liburan kami.
Untung nya mereka semua setuju dan terima jika Kai dan rombongannya ikut bersama kami nanti malam untuk membuat konten.
.
.
.
To be continue
Gelo!! Apakah apakah?
Hahaha
Kalian bakal liat bagaimana ketidak romantisan gua pas lamar bini gua nanti wkwkwkwk
Kepo gimana ceritanya? Donate ga sih geyzt...
butuh kopi loh ini...
Dah ah segitu aja, kalian ga mau donate soalnya bye